Pejuang Satu Kata

1K 192 85
                                    

Selamat malam semuanya... 👋🏻👋🏻👋🏻

siapa yang nungguin kelanjutan cerita ini? 🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

btw. sebelumnya sorry kalau baru update malam ini. tapi, ya ampun... aku update setiap hari dengan jumlah kata yang nggak sedikit dong ya.. hahahha... jadi, jangan lupa untuk tinggalin vote dan komennya ya... sebagai penyemangat dong ya... 😍😍😍

juga, selamat datang untuk yang baru gabung baca cerita ini. heran... sehari bisa ngelonjak banget yang baca... 😘😘😘

nah, jadi di tempat aku hujan berhari-hari... kalian tau perjuangan nulis di hari-hari dingin kayak gini? mau nya aku tu begelung aja di kasur... ahahhaha... 🤣🤣🤣

so, silakan dinikmati dan jangan lupa, tinggalin vote dan komennya... 🤗🤗🤗

===========================================================================

Gagal sudah memanfaatkan kesempatan yang tepat untuk mengajak Edelia naik ke pelaminan.

Argh!

Rasanya Jack benar-benar ingin menenggelamkan pelayan itu di Pantai Panjang saking kesalnya. Apalagi setelah kehilangan kesempatan itu, Jack benar-benar tidak mendapatkan kesempatannya lagi. Dari setelah kepergian pelayan yang telah mendapat pesanan mereka, Edelia justru mengajaknya menceritakan hal lain. Dari sebenarnya berapa ukuran sepatu Jack hingga masalah masker. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kemungkinan lamaran akan dilakukan dalam waktu dekat.

Terutama saat pesanan mereka sampai. Sudahlah! Makanan adalah pengalih semua hal. Benar kata orang. Kesempatan tidak datang dua kali.

Edelia menikmati makan siangnya, sedang Jack menikmati Edelia lewat matanya. Melihat Edelia makan seketika membuat Jack merasa kenyang.

Benaknya bertanya-tanya. Apa kalau aku menikah dengan Edel, itu artinya pengeluaran bulanan kami rendah ya? Soalnya nggak makan aja aku udah kenyang coba gara-gara ngeliatin dia.

Edelia hanya terheran-heran melihat Jack yang bertopang dagu seraya memandangnya yang sedang makan. Membuat wanita itu jengah dan menundukkan wajahnya. Jack akhirnya memutuskan untuk menikmati pesanannya walau sungguh! Perutnya terasa sudah kenyang.

Mereka selesai menyantap makan siang itu sekitar jam setengah dua. Jack mengamati piring Edelia yang bersih dan menyatakan dalam hati bahwa orang yang menghabiskan makanannya adalah orang yang mampu menghargai orang lain.

Edelia menyeruput minumnya. Mengelap bibirnya dengan tisu dan Jack memanfaatkan kesempatan itu dalamsatu potret di ponselnya.

Mata Edelia mengerjap, sedang Jack hanya tersenyum kecil.

"Ngetes ponsel aku. Kemaren kayaknya error. Soalnya nggak ada foto di galeri aku coba, Del," ujar Jack dengan nada serius.

"Sekarang masih error?"

"Ehm." Jack mendehem. Wajah polos Edelia membuat ia geli. "Nggak lagi kok. Makasih."

Edelia tersenyum. "Sama-sama."

Sebisa mungkin, Jack menahan tawanya yang mengancam akan meledak. Karenanya, Jack lantas menarik napas dalam-dalam. Persis seperti tokoh jagoan di film-film kolosal yang sedang mengumpulkan tenaga dalam.

"Ke hotel sekarang?" tanya Jack kemudian.

Edelia melirik jam tangannya sekilas. Mengangguk. "Iya deh."

Jack kembali membawa belanjaan mereka, membayar makanan di kasir, dan lalu dengan tangannya yang bebas meraih tangan Edelia. Dengan modus ia berkata.

Ehm... Mamma Mia [FIN] 🔞 - Seri 2 SingleparentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang