Selamat malam semuanya... 👋🏻👋🏻👋🏻
Part 46 ini adalah part terpanjang untuk cerita Ehm... Mamma Mia sejauh ini... total di word ada 5.000++ kata... di part ini juga semua pertanyaan kalian akan terjawab. buat kalian yang ingin mengetahui ayah Kenan dan berharap agar ayahnya muncul, di sini kalian akan mendapatinya...
aku nggak tau apa part ini akan membuat kalian marah atau sedih, tapi yang pasti tisu aku bertebaran...
kalau bisa, part ini tidak pernah aku tulis, tapi dengan berat hati aku mengakui bahwa ini adalah satu poin penting di cerita ini.
jadi, selamat meresapi...
PERINGATAN: BILA MERASA GA NYAMAN, SKIP LANGSUNG!
==============================================================================
14 Februari 2008.
Di sebuah kampung kecil di Kabupaten Bengkulu Tengah.
"Bu, Ibu!"
Terdengar suara seorang gadis bernada ceria memanggil ibunya. Gadis berkulit putih dengan senyum manis itu dengan cepat memasuki rumah dan langsung menuju ke dapur.
"Bu! Ibu..."
Teriakannya terhenti ketika ia telah berada di dapur. Ia melihat ibunya yang baru saja selesai merapikan perkakas yang telah dicucinya di rak piring. Ibunya menoleh.
"Dari mana, Del?"
Edelia tersenyum lebar. Sekilas saja tampak bahwa gadis berusia 14 tahun itu merupakan gadis yang ceria dan hangat.
Seraya beranjak untuk duduk di kursi, Edelia menjawab. "Dari main ke rumah Ani, Bu." Ia menarik napas dalam-dalam. "Tadi juga ngeliat Bapak ke kebun sendirian."
Ibu Edelia yang bernama Susanti mengangguk. "Iya, tadi katanya Bapak mau nyari singkong buat dibakar nanti malam."
Edelia manggut-manggut. "Makanya itu tadi pas Bapak lewat teman-teman aku pada nanya loh, Bu."
"Kenapa kamu nggak kayak Bapak?" tebak Susanti bertanya geli. "Iya?"
"Ck." Edelia berdecak. "Tapi, aku juga mau loh, Bu, kayak Bapak. Kulit Bapak putih, rambutnya pirang, kan kayak orang di film-film itu loh, Bu."
Susanti tertawa. "Orang kamu kayak gini aja udah cantik kok. Rambut kamu hitam tebal, kulit kamu putih, dan kamu juga punya senyum yang manis."
"Aku nggak cantik," gerutu Edelia. "Yang cantik itu kayak anaknya Pak Burhan itu, Bu. Si Mirna. Nah, dia kan sama kayak Bapak. Kayak orang di film-film."
"Terus kamu mau dipanggil turis asing sama teman-teman kamu?" tanya Susanti.
Edelia menarik napas seraya mengedip-ngedipkan matanya, setengah merenungkan pertanyaan ibunya di dalam pikirannya. Dan berat mengakui, Edelia menyadari hal itu.
Sebenarnya, bukan hal aneh kalau mendapati satu dua warga di daerah sana memiliki fisik yang menyerupai fisik orang Eropa, Belanda lebih tepatnya. Dengan tubuh tinggi, kulit putih, rambut pirang terang, dan hal-hal lainnya, orang-orang akan menjuluki mereka sebagai turis asing.
Nyatanya, hal ini diyakini adalah karena dampak masa penjajahan dahulu. Tak sedikit orang Belanda yang menikahi orang-orang pribumi dan menjadikan pernikahan itu sebagai awal pencampuran sifat-sifat tersebut. Dan hingga beberapa generasi, terkadang dampak dari pernikahan beda ras itu kembali muncul. Tak heran bila kemudian orang-orang asli yang memiliki kulit gelap dan tubuh rendah justru memiliki anak berkulit putih dan bertubuh tinggi. Seperti halnya Anwar, ayah Edelia. Pria itu persis terlihat seperti orang asing. Dan seringkali membuat Edelia iri karena tidak memiliki kondisi fisik seperti ayahnya. Satu-satunya yang ayahnya wariskan pada dirinya adalah kulitnya yang bewarna putih terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ehm... Mamma Mia [FIN] 🔞 - Seri 2 Singleparent
RomanceKUMOHON JANGAN DICOPAS, COPAS SANTET :P :P :P 21 + Yang di bawah umur harap tidak membaca, karena ada bagian tertentu yang ditujukan untuk usia di atas 21 tahun. Bukan karena ada adegan seksualitas vulgar, tapi lebih ke dunia orang dewasa. Kata mere...