Sudut Yang Berbeda

875 190 45
                                    

Selamat beristirahat siang... jangan lupa makan dan semoga selalu sehat... 🤗🤗🤗

===========================================================================

Edelia perlahan melewati pintu. Berbelok menuju ke ruang istirahat. Dengan perasaan berdebar-debar, ia berganti seragam. Setelahnya, ia menarik napas dalam-dalam. Menguatkan diri untuk beberapa kemungkinan dan keluar dari sana.

Dari luar terdengar suara-suara dari dapur. Mereka terdengar berbicara dan tertawa seperti biasanya. Edelia melangkah masuk.

Suara bicara terhenti seketika. Begitupun dengan suara tawa yang langsung menghilang.

Edelia sontak menghentikan langkah kakinya di depan pintu. Dengan dua tangan yang saling mencubit di depan perut, Edelia menahan napas melihat seisi dapur yang menatapnya kompak.

"Se-Selamat siang," sapa Edelia dengan suara tercekat.

Rara mendehem. "Ehm... selamat siang, Del."

Kaki Edelia dengan berat berusaha untuk tetap berjalan masuk ke dapur. Ia bisa merasakan bagaimana aura di sekitar dirinya terasa berbeda. Bahkan hanya dengan kedatangan dirinya, semua keriuhan menghilang.

Edelia pasrah. Mungkin sebentar lagi ia akan dipanggil Chef Junan. Mungkin sebentar lagi ia akan dipecat.

Diam-diam, Edelia menghela napas. Menyadari bahwa ia harus mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat.

Vindy tampak mendekati Edelia. "Yang kamu bilang di grup itu, benar?"

Edelia terkejut mendapati Vindy yang udah berdiri di sebelahnya. Terutama dengan pertanyaan itu. Tapi, Edelia tetap mengangguk.

"Maaf semuanya. Bukan bermaksud untuk membohongi kalian, tapi aku memang sudah memiliki anak."

Perkataan Edelia yang terdengar lebih keras dari biasanya itu jelas saja menarik perhatian Tim Dapur. Mereka seketika mau tak mau teralihkan lagi pada wanita itu.

"Nama anak aku Kenan. Usianya sudah 12 tahun. Dan selama 13 tahun ini, aku dan Kenan tinggal berdua saja."

Mereka tampak saling lihat dengan salah tingkah.

"Ah! Iya, Del, iya." Vindy yang membukan pembicaraan itu merasa bersalah. "Ya punya anak kan memang manusiawi terjadi ke cewek."

"Aku tau kalian mungkin mikir aku yang nggak-nggak sekarang," lirih Edelia pelan. "Tapi, aku hanya ingin mencari pekerjaan halal di sini. Nggak bermaksud buruk sedikit pun."

Rara terlihat tertawa kaku. "Eng...nggak kok, Del. Bi-Biasa aja."

Tapi, Edelia bisa merasakannya. Sudut hatinya terasa sedikit sakit, tapi mau bagaimana lagi. Bukannya yang Tim Dapur rasakan saat ini manusiawi?

Agung mendekat. Ia tersenyum seraya mengacungkan pisau daging di hadapan Edelia. "Ehm... kami bisa maklum kalau kamu nggak mau jujur selama ini," katanya. "Lagipula, wanita mana yang bisa percaya diri mengungkap statusnya yang pribadi seperti itu?"

Edelia menundukkan wajahnya. Menyadari bahwa mulai sekarang ia harus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perubahan sikap mereka.

Vindy memegang pundak Edelia. "Nggak apa-apa. Gagal sekali berarti ada kesempatan yang kedua."

Edelia berusaha mengangguk.

"Lagipula kan udah ada, Bos," kata Vindy. "Nggak semua cowok itu sama, Del. Bos itu pria baik-baik. Kamu nggak usah merasa rendah, Bos juga nggak mungkin sembarangan milih cewek kok. Enam tahun di sini, Bos sama sekali nggak pernah dekat dengan cewek manapun."

Ehm... Mamma Mia [FIN] 🔞 - Seri 2 SingleparentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang