Terekspos

978 194 59
                                    

yang nungguin part 41... cuuung! 🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

btw. di part ini aku mau menunjukkan bahwa karma itu selalu ada ya... entah karma baik atau karma buruk... 😂😂😂

jadi, silakan dinikmati... 🤗🤗🤗

===========================================================================

Hari kedua di mana Ayuhdia dan Jack belum bertegur sapa. Walau dengan jelas bagaimana kedua orang ibu dan anak itu terkadang saling lirik, tapi mereka sama-sama tidak ada yang berniat untuk mulai menegur. Michael sudah berupaya membujuk istrinya, tapi wanita seperti Ayuhdia tidak hanya lembut, terkadang ia bisa lebih keras dari batu karang sekalipun.

Michael menenangkan diri pagi itu. Nggak akan lebih dari tiga hari, tenang saja.

"Malam tadi tumben kamu tidur cepat, Jack."

Jack melirik sekilas seraya mengunyah sarapannya. "Ehm... berasa capek aja."

"Kamu? Capek?" Abraham mendengus tak percaya. "Aku lebih percaya besok BBM gratis sehari."

Jack meringis mendengar tukasan tajam Abraham. Garpu di tangan kirinya terangkat. "Mas? Perhatian? Aku lebih percaya besok listrik gratis sehari."

Michael tertawa. "Kalian nggak malu dilihat Essa?"

Claressa geleng-geleng kepala. "Opa? Apa nanti kalau aku ada adik juga akan sering berantem?"

Abraham seketika tersedak mendengar pertanyaan Claressa. Wajahnya terasa panas. Matanya sontak saja melirik tajam pada putrinya itu.

"Sa, selesaikan sarapan kamu."

Claressa memanyunkan mulutnya. "Nanti kalau aku ada adik, aku bakal jadi kakak yang penyayang. Nggak boleh ada yang nganggu adik aku. Termasuk Daddy."

Jack mengulum senyum mendengar perkataan Claressa. Dia bertaruh, omongan Claressa bukan omongan kosong belaka. Rekor perkelahiannya dulu bisa menjadi bukti bahwa gadis kecil itu tidak main-main.

Ketika selesai sarapan, Abraham mengejar Jack yang menuju ke kamarnya. Sembari menaiki tangga, Abraham berseru.

"Jack!"

Jack bergidik. Dengan cepat ia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Membuat Abraham menggedor-gedor pintu itu dengan kesal.

"Jangan ngabur!"

"Aku nggak kabur!"

"Okey, kalau gitu open the door. We need to talk, okey?" tanya Abraham. "Boys talk."

Jack mendengus. Beranjak dari pintu. "I am not a child anymore, Mas. Nggak ngaruh bujukan gitu."

"Seriously? I never forget about the time when you came into my office just because Wenny Trianjela."

Bola mata Jack berputar-putar malas. "Cewek itu udah jadi masa lalu. Nggak ngaruh sama sekali."

Abraham menggeram. "Bukan masalah ceweknya. Tapi---"

"Karena statusnya?" tanya Jack memotong perkataan Abraham.

"For God's sake!" geram Abraham. "Bisa buka pintunya dulu baru kita ngobrol? Ini berasa kayak apa coba ngomong dipisahi pintu gini."

Jack mencibir walau jelas-jelas Abraham tidak melihatnya. "Aku mau dengerin musik pake earphone, so silakan cuap-cuapnya." Jack tergelak ketika sebelum earphone menyumbat telinganya, ia mendengar suara rutukan Abraham.

Berbantalkan kedua tangan di bawah kepala, Jack menatap langit-langit kamarnya. Ini beneran kebiasaan Mommy. Kalau ada apa-apa pasti ngadu ke Mas Ab.

Ehm... Mamma Mia [FIN] 🔞 - Seri 2 SingleparentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang