06

8.8K 771 16
                                        

Jazikiel dan arken tiba dirumah sakit pukul 4sore, kiel menggandeng tangan Kean untuk masuk keruang dokter Jung, dokter keturunan korea yang menangani kean sejak kecil, bukan hanya kean dokter Jung merupakan dokter pribadi keluarga Narendra sejak dulu, bahkan dokter Jung yang membimbing mark saat ketiga anak itu di tinggalkan orang tuanya,  Dokter Jung pernah menawarkan mark untuk tinggal bersama, setidaknya sampai dia mampu mengurus adik-adiknya, tetapi mark menolak dengan alasan tak mau merepotkan dokter Jung, orang yang sangat berjasa di kehidupan mark.

tok tok tok

"Masuk" ucap dokter Jung celek dokter Jung mengalihkan atensinya ke pintu, senyumnya mengembang mengetahui pasien kesayangannya datang "Kean, Kiel sini duduk nak" ucap dokter Jung, kean dan Kiel berjalan duduk di depan dokter Jung, "Gimana kabarnya?" basa basi dokter Jung menanyakan kabar kedua mahluk didepannya.

"Baik dok allhamdulilah" balas Kiel

"Dokter denger kean sekarang sekolah formal nak?" tanya dokter Jung sembari memperhatikan bayi didepannya.

"Ah iya dok" Ucap kean gugup, bukan apa ia hanya takut dokter Jung melarang kean sekolah formal seperti kakaknya mark.

"Bagus, kalo kean udah sekolah formal berarti kean anak kuat dong, gimana rajin minum obat? sering kambuh nggak" pertanyaan beruntun datar dari bibir dokter Jung.

"Kemaren sempet kambuh, Saya lalai dok" ucap jazikiel seraya menunduk,  kean menoleh kesamping, bukan! bukan abangnya yang lalai, dia saja yang terlalu lemah, mungkin? kean menggengam tangan jazikiel dengan sorot tajam, tanda ia tak suka atas apa yang diucapkan sang kakak.

Dokter Jung tersenyum mendengar penuturan jazikiel, dia tau betul seberapa besar sayang kedua tertua keluarga Narendra terhadap bayi ayamnya, bahkan jazikiel sering kali menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada sang adik, satu tangan terangkat membelai puncak kepala jazikiel, sedangkan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang tangan arkean, serasa punya bayi dua "Kamu nggak salah Kiel, Udah ah kean siap nak?" tanya dokter Jung, kean mengangguk sebagai jawaban lantas langkahnya mengikuti sang dokter.

1jam lamanya kean menjalani berbagai prosedur, treatment pengobatan, kean kembali duduk di depan dokter Jung, gugup? tentu saja kiel yang melihat pun menggenggam tangan sang adik, berusaha menyalurkan kekuatan kepada adiknya.

"kean sering kambuh ya akhir-akhir ini?" Dokter Jung memberi pertanyaan matanya terus mengamati kean menelisik tiap inci wajah kean.

"I-iya" ada jeda yang kean berikan, iya takut, takut mengecewakan kakaknya karna merahasiakan semuanya, Kiel memegang tangan kean matanya mengisyaratkan agar kean mengatakan semuanya didepannya "T-tiap malem" lanjut kean.

Sontak jazikiel menoleh, menghadap kean, adiknya tiap malam berjuang sendiri, ia tidak mengetahui? tidak ia tak marah ataupun kecewa kepada adiknya, ia kecewa pada dirinya sendiri, mata jazikiel memburam ada banyak air mata yang siap meluncur kapan saja.

Menghela nafas lantas dokter Jung melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti "Fungsi paru-parunya hanya tinggal 50%, untuk saat ini belum ada pendonor yang cocok buat kean, saya sarankan mulai saat ini kean menjalani terapi nak" Penuturan lembut dokter Jung tak mampu membuat kean tenang, Ia tak dapat lagi menyerap semua kata yang dokter Jung lontarkan, hanya satu yang dapat ia tangkap bahwa ia tak baik-baik saja.

Melihat sang adik jazikiel membuka suara "Terapi? Bagaimana dok? " Jujur saja keadaan jazikiel tak jauh berbeda dari kean, namun ia harus mencoba kuat,  demi adiknya,  demi anak ayamnya, demi bayi tersayangnya.

"Terapi oksegen hiperbalik, Nggak sakit kok malah bisa buat kamu lebih mudah dapetin oksigen, mau ya ke?" tanya dokter Jung pada kean.

kean hanya melirik sang kakak pertanda ia tak tau apa yang harus di ucapkan lagi "Bisa saya bicarakan dulu sama kakak saya? " tanya jazikiel.

"Baiklah saya tunggu kabar selanjutnya" Dokter Jung menepuk singkat pundak kedua mahluk didepan nya.

Setelah pamit undur diri jazikiel melajukan mobilnya membelah jalanan kota jakarta, Suasana dimobil terasa menyesakkan bagi jazikiel, ia merasa gagal menjadi seorang kakak "Kenapa ga pernah ngasih tau ke?" ada getar disetiap kalimat yang diucapkan jazikiel membuat kean membenci dirinya yang selalu menyusahkan.

"Gu-Gue gue gapapa kok"Kean menjawab dengan senyum tipis yang ia paksakan, jazikiel menoleh, menepikan mobilnya lantas ia menggenggam tangan sang adik menatap lambat wajah sang adik, pipi yang dulu gembul sekarang menyusut, membuat ia benci menatap wajah pucat sang adik " Ke, kalo ada apa apa jangan disembunyiin, ada kakak, ada abang yang bisa jadi sandaran kamu,  jangan buat kita merasa gagal ngejagain kamu ke" Kean menggeleng "Kalian gapernah gagal jaga kean, Kean cuma masih berusaha menerima kondisi kean bang, kean udah cukup nyusahin abang sama kakak, kean tau lambat laun kean pasti bakal lebih nyusahin, kean takut bang" ada sesak yang kean tahan mati-matian ada getar dari setiap kata yang Kean lontarkan.

Jazikiel menarik Kean,  merengkuh tubuh ringkih Kean, berusaha memberi kekuatan dan kehangatan semampunya "Kean gapernah nyusahin kakak maupun abang ke, Bahkan saat Kean berada di kondisi terburuk Kean pun kita selalu berusaha ada buat kamu, jangan pernah ngerasa kamu nyusahin, lebih baik abang liat kamu nakal, liat kamu gabisa diem daripada liat kamu sakit, abang kecewa ke, kecewa sama diri abang sendiri, abang bodoh, kalo aja Paru-paru abang cocok pasti abang udah kasih kamu, abang sayang kamu ke abang sayangg.. " detik itu juga tangis Kean luruh ia meraung di dada bidang sang abang, ia lelah, lelah jika harus terus menyusahkan, ia lelah menahan rasa sakit yang tak pernah bisa bersahabat, ia lelah lelah menjadi lemah seperti ini, biarkan saja Kean menumpahkan semuanya terlebih dahulu, biarkan Kean menyerah terlebih dahulu terhadap takdir.

Ditemani senja jazikiel terus merengkuh tubuh sang adik, menghujani nya dengan kecupan, membiarkan sang adik menumpahkan semua keluh kesah lewat  air mata.

Setelah Lama menangis Kean merenggangkan pelukan dari sang kakak, mata sembab hidung merah persis joker tanah abang "Udah ah kenapa melo bangetsi, yaampun liat ni wajah dede Kean ga ganteng lagi huhu" keluh Kean sembari mengusap sisa air mata dengan kasar.

Jazikiel terkekeh dibuatnya, masih saja mementingkan penampilan anak ini, Memangnya ia tak melihat baju sang abang basah dengan air mata? Jazikiel melajukan mobilnya sampai rumah, membiarkan Kean tertidur setelah kelelahan menangis.

Setibanya dirumah bersamaan dengan sang kakak memasukan mobil di pekarangan rumah, Mark turun dari mobil menghampiri mobil sang adik, jazikiel membuka pintu "Dimana kean?" tanya mark saat melihat jazikiel turun tetapi bayinya tak kunjung turun juga.

"Tidur didalem, gue mau bangunin bocahnya dulu, udah sore mau gue suruh mandi dikamar dulu, tunggu gue di dalem ada yang mau gue bicarain" baru saja jazikiel hendak membangunkan sang adik namun urung saat mark suara menginterupsi "Biar kakak aja yang bangunin Kean, kamu mandi gih nanti kakak nyusul" Kiel mengangguk singkat membiarkan mark membangunkan bocah tersebut lantas Kiel melenggang memasuki rumah.

"Kee bangun yuk udah sore" Mark membangunkan kean dengan lembut, menepuk pelan pipi sang adik, Berhasil kean menggeliat, mengerjabkan matanya lucu, menatap mark lalu mengulurkan kedua tangannya, Mark dibuat terkekeh atas kelakuan bayi ayamnya ini, ia mengambil uluran tangan sang adik, menggendongnya ala koala,  memasuki rumah, membiarkan sang adik mandi terlebih dahulu.

"Sehat terus sayang" monolog mark dalam hati sambil megusap punggung ringkih dang adik.

Mau up hehe ;)

Arkean || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang