Past(1)

612 79 15
                                    

Budayakan menghargai karya penulis♥
Gak vote bisulan😎
.

Aku tidak pernah tahu mengapa aku begitu mencintai dirinya, aku bahkan tidak bisa mengukur rasa cinta yang aku miliki untuk dirinya sampai dengan bodohnya aku memberikan hal yang paling berharga dalam diriku sebagai bukti bahwa aku mencintainya...
Sesuatu yang tidak semestinya dilakukan anak remaja seusia kami justru kami lakukan...
Menyesal? Aku menyesal tetapi juga menikmatinya, bahkan trus berlanjut hingga kelas 3 SMA yang menjadi tahun terakhirku bersamanya dibangku SMA. Lebih fatalnya lagi 3 bulan sebelum Ujian kelulusan....
.
"Kookie aku hamil."
Sambil kutunjukkan padanya benda yang menunjjukkan dua garis merah.
Kulihat wajahnya begitu datar,aku tidak bisa menggambarkan ekspresinya sampai satu kalimat ia gemahkan,
"Gugutkan bayi itu." Sejujurnya aku begitu kaget mendengarnya,tapi kucoba meraih kedua tangannya dan kubawah hingga menyentuh perut rataku.
"Kau akan menjadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu." Dia tertawa. Jelas karena kami masihlah anak SMA.
"Apa kau bodoh hyun,kita akan ujian dan lagi aku belum siap menjadi seorang ayah. Aku masih ingin kuliah dan melanjutkan bisnis ayahku. Aku masih ingin menikmati masa mudaku bukan untuk mengurus anak jadi gugurkan bayi itu."

plakkkk....

Aku menamparnya, aku marah pada dirinya meski pada dasarnya kami memang sama-sama salah tapi bukankah sebuah kesalahan besar jika membunuh bayi yang tidak bersalah.
Dia ada bukan karena kehendaknya sendiri.
"Aku tidak menyangka dengan begitu mudahnya kau mengatakan untuk membunuh darah dagingmu sendiri kook,kau yang membuat dirinya hadir lalu berniat melenyapkannya. Cihh, aku merasa menyesal mengenalmu dan memberikan apa yang aku miliki padamu. Kuharap suatu saat kau akan menyesal."
Setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkan dirinya.
Apa yang kualami kukatakan sejujurnya kepada Ayah, Ibu dan Oppaku,mereka awalnya kecewa dan ingin marah tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, putri dab adik kesayangan mereka telah hancur.
Tapi aku tetap bersyukur karena mereka masih menerimaku dengan lapangdada.
3 bulan berlalu ujian kelulusan telah selesai dan aku dinyatakan lulus. Selama itu juga aku sudah tidak pernah lagi bertatap atau berbicara dengan Jeon Jungkook, karena pada dasarnya luka yang ia tanamkan sudah menjadi kebencian dalam hatiku.
.
.
.
"Mommy." Gadis kecil berusia 7 tahun menghampiri sang ibu yang bisa dikata hampit setengah jam berhayal mengingat akan masa lalunya yang kelam sampai gambar desain baju karyanya yang rencana akan ia rilis bulan juli mendatang menjadi terbengkalai. Beruntung putri kecilnya mengembalikan alam sadarnya.
"Yess honey, ada apa?"

"Can you calling daddy?"

"Of Course."
Meraih benda pipih dimeja kerjanya lantas menghubungi pria yang putrinya panggil daddy.

5 detikkkk, panggilan tersambung...

"Oppa dimana?"

"........"

"Yu mencari oppa."

"......."

"Baiklah akan kuberitahu."
Panggilan diakhiri.
.
"Bagaimana Mommy?"

"Sayang, Daddy akan datang sebentar lagi jadi bersabarlah menunggunya."
Sang Putri mengangguk dengan penuh semangat.
Beruntunglah sohyun karena Putrinya bisa iya didik dengan baik itu berkat bantuan orang yang putrinya panggil sebagai Daddy.
Kim Taehyung, Pria yang bukan hanya wajahnya yang tampan bak malaikat melainkan juga hatinya, Pria yang sudah 8 tahun menemani hari-hari sohyun sejak sohyun meninggalkan korea dan tinggal diaustralia perihal ia mengandung putrinya, bahkan sampai Yu lahir dan besar Kim Taehyung yang selalu ada disampingnya. Tak heran meski pun Taehyung bukanlah Ayah dari yu tetapi sikap dan kepribadiannya mirip dengan yu, kalau soal wajah 50% dari sohyun dan 50% tentu saja Pria bejat yang tidak mau bertanggungjawab, siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook.
.
.
.
.
.
klik.......

One/two ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang