BINAR berjalan sendiri kehalte bis karena Nata sudah lebih dulu dijemput Papanya. Nata bilang mau ada acara keluarga. Makanya, Nata disuruh buat bantuin Mamanya masak didapur. Ya meski sudah bisa ditebak, bukannya mengurangi beban Tante Nesa tapi justru malah menambahnya.
Langkah Binar terhenti saat sebuah mobil yang sangat dia kenal berhenti didepannya.
"Ka Binar jalan kaki sendirian?" Tanyanya pada Binar sambil menyembulkan kepalanya keluar.
"Ya udah, ayo Ka pulangnya bareng sama kita."
"Ga usah Lin makasih, aku naik bis aja." Tolak Binar dengan halus diakhiri senyumannya seperti biasa.
Bukan Alin namanya, jika tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Alin bersikukuh memaksa Binar hingga akhirnya, Binar duduk juga dikursi mobil milik Syuja.
"Kamu duduk dibelakang, Binar didepan." Ucap Syuja pada Alin yang malah duduk didepan disampingnya.
"Alin ga bisa Ka, suka pusing kalo duduk dibelakang."
"Ga apa, aku ga masalah kok duduk disini."
Syuja menatap Binar dari kaca spion yang dibalas dengan senyuman hangat oleh cewek itu. Dan kemudian, Syuja kembali melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota.
"Ka Binar kenapa pulang sendirian? Ka Natanya kemana?" Alin menengok kebelakang tepatnya kearah bangku penumpang yang sekarang Binar duduki.
"Dia udah pulang duluan."
"Lo kok? Biasanya kan suka barengan? Harusnya kalau Ka Nata dijemput Ka Binar juga diajak sekalian. Biasanya kalau ada Ka Binar pasti ada Ka Nata. Mau deh Alin punya sahabat kayak Ka Nata, orangnya lucu. Ka Binar sama Ka Nata juga keliatannya sahabatan udah lama ya?"
"Alin ci anaks kepo." Cibir Syuja yang sejak tadi hanya diam mendengar ocehan Alin.
"Biarin, wleee.."
"Ka Ucha ih nyebelin banget sih, lepasin."
Alin berusaha melepaskan tangan Syuja dikeningnya. Menyebalkan, dari dulu Syuja memang selalu seperti itu jika pada Alin.
"Ini kening apa empang?" Goda Syuja diiringi tawa renyahnya yang semakin menjengkelkan dimata Alin.
"Bandara." Jawabnya ketus.
"Ka Ucha kayaknya dari dulu sampai sekarang hobi banget ya pegang kening Alin."
Sambil tersenyum, Binar memalingkan wajah kesamping memandangi keramain Jakarta dari kaca mobil. Hembusan nafas pelan keluar dari bibirnya.
Binar rasa, dia lebih seperti menemani temannya yang berpacaran sekaligus menjadi obat nyamuk bagi mereka.
Syuja maupun Alin malah membahas masa-masa dulu saat mereka bersama dan mengabaikan Binar yang hanya diam menyimak saja. Jujur, Binar sudah sangat tak nyaman berada disini. Dia ngin cepat-cepat pulang. Tapi, kenapa rasanya lama sekali.
"Bin."
"Hah? Iya, kenapa?" Sepertinya, sedari tadi Binar hanya melamun.
"Besok aku ga masuk sekolah." Ungkapnya.
"Kenapa? Kamu lagi sakit?" Tapi, jika dilihat-lihat Syuja baik-baik saja.
"Ka Binar ga tau ya, Ka Ucha itu diskors Ka sama Kepala Sekolah. Jadi, Ka Ucha ga boleh masuk kesekolah deh. Dasar bandel." Jelas Alin.
"Oh, diskors berapa hari?"
"Cuma 3 hari doang Ka, tapi kata Ka Ucha maunya satu bulan aja. Ga habis pikir Alin sama pemikiran Ka Ucha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Bentala Bianglala (END)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI GUEPEDIA] Binar Bentala Bianglala, nama yang indah juga puitis tapi, tak seindah itu kisah asmaranya. Dia, cewek yang dianggap paling beruntung karena memiliki pacar seorang Reygan Syuja Pratama, cowok tampan, temperamen dan ditakut...