24 - Hari Keberuntungan

34 9 2
                                    

SEHABIS Nata dan Cihuy bertengkar, mereka dihukum oleh guru BK entah hukuman apa yang mereka terima Binar tak tau. Yang pasti, sejak kejadian adu jambak tadi mereka berdua tak ada dikelas hingga sekarang.

Dan Binarlah yang menjadi imbas ketidakhadirannya Nata.

"Nanti pulang sekolah bareng gue." Mon maap, ini lagi nanya atau merintah ya?

"Aku ga bisa, lagi ada urusan."

Memang benar, pulang sekolah nanti Binar berniat ke Rumah Sakit dimana Alin dirawat. Dia ingin menjenguk Alin sekaligus bicara pada Syuja soal kebenaran yang semalam.

"Emangnya urusan apa?"

"Kepo."

"Ga kepo engga nikmat. Yakin Lo nolak pulang bareng gue? Diluaran sana banyak yang pesen tiket cuma buat mau liat wajah gue." Sombongnya masih saja bersikukuh.

"Oh iya jangan lupa kita ada tugas satu kelompok dari Bu Senta."

Sambil menulis rumus, Binar berdecak pelan. Dia lebih baik diberi seribu orang seperti Nata kebanding satu aja tapi kayak Bintang.

"Ini aku bukan mereka."

Bintang merogoh sakunya mengambil benda cukup kecil berbentuk huruf S dan J, "meski ini imbalannya?" Tanyanya menunjukan benda itu pada Binar.

"Itu kan punya ak--"

"Eits ga semudah itu."

Binar melirik sekilas Pa Dito, takut-takut jika ucapannya menyita perhatian guru yang sedang mengajar itu. Kalian tau sendiri Binar pernah dihukum mengelilingi lapangan dan juga membersihkan semua wc. Cukup! Itu pertama dan terakhir kalinya dia begitu.

"Waktu itu kamu udah janji buat ngembaliinnya kan? Aku bahkan udah ngasih nomor ponselku sama kamu." Ucap Binar sepelan mungkin, bisa dibilang setengah menahan kekesalan juga.

Ok baik! Bintang masih ingat saat dirinya melakukan hal yang sama dengan memanfaatkan gentelan ini ditukar dengan nomor Binar. Dan sialnya Bintang kena tipu.

Wanita paruh baya alias Sarah Mamanya Binar menerima panggilan telepon Bintang dua hari yang lalu.

"Saat itu gue minta nomor ponsel Lo, bukan nyokap Lo."

Binar menggulum senyumnya, sambil terkekeh pelan, ah benar dia hampir lupa.

"Ekhem kamu udah nelepon Mama aku. Terus apa katanya?" Ya ampun ingin sekali Binar tertawa puas.

"Ga usah ngode gitu buat mau dilamar sama gue. Nyampe ngasih nomor Mama mertua segala lagi." Cibir Bintang.

Binar memutar bola matanya malas. Ya Tuhan apa katanya? Ngode minta dilamar? Heol sampai Bi Dodon jualan pizza sekalipun Binar ga akan mau.

"Oh iya sebenernya kenapa gentelan aku bisa ada dikamu? Dan sejak kapan ada ditangan kamu?" Tanya Binar sedikit penasaran. Sudah lama ingin dia tanyakan tapi selalu saja lupa.

"Udah lama dari waktu kita satu bis. Gue masih ingat sama Lo, tapi gue ga yakin kalau Lo inget."

Binar berusaha mengingatnya namun nihil. Thats right! Dia terlalu sering naik bis hingga tak ingat kapan mereka berdua pernah bertemu. Setaunya---saat di mini market.

Bintang tersenyum penuh makna. Seperti biasa otak liciknya mulai berpungsi.

"Gue bisa ngasih ini ke Lo," Bintang menjeda ucapannya, "tapi ada syaratnya." Lanjutnya lagi yang membuat Binar membelalakkan mata.

"Syarat apalagi? Dari dulu kenapa harus pakai syarat mulu sih? Gentelan itu emang punya aku, udah seharusnya kamu kembaliin. Kamu itu sebenarnya ikhlas ga sih bantu orang lain?" Samber Binar mulai tak terima. Apa-apaan ini? Apakah ini yang namanya pemanfaatan dan pemalakan?

Binar Bentala Bianglala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang