BINAR memasuki rumah dan ternyata sudah ada Sarah yang duduk diruang tamu menatapnya. Tak butuh waktu lama, terdengar suara motor Yovan yang dihidupkan. Mungkin, sekarang cowok itu sudah meninggalkan pekarangan rumahnya.
"Assalamualaikum."
Binar menghampiri Sarah kemudian mencium punggung tangannya.
"Waalaikumsalam. Kenapa jam segini baru pulang Bin?" Tanya Sarah khawatir.
Dia sudah menunggu Binar sejak beberapa menit yang lalu setelah pulang kerja. Biasanya setiap Sarah pulang putrinya sudah ada dirumah.
"Maaf Ma, tadi Binar habis rapat OSIS. Jadi, pulangnya sedikit telat."
"Kamu pulang sama siapa? Yovan?"
Tentu saja Sarah tau, karena wanita paruh baya itu sempat mengintip dari kaca jendela mendengar suara motor didepan rumahnya.
Binar tak menjawab dia hanya mengangguk singkat. Pertanyaan Sarah barusan mengingatkannya pada sosok Syuja.
"Loh ga biasanya kamu dianterin Yovan? Seingat Mama, udah lama semenjak kamu sama Syuja ga pernah deket lagi sama Yovan." Jelas Sarah sedikit penasaran dan heran.
Dia masih ingat betul. Dulu sebelum dengan Syuja, putrinya memang sering main, kerja kelompok dan bahkan diantar jemput oleh Yovan kesekolah. Tapi itu semua sudah berakhir ketika Syuja menjadi kekasih putrinya.
Sarah mengerutkan dahi melihat raut sedih dari wajah Binar. Jelas sekali, jika diantara mereka berdua mungkin ada masalah. Sarah ingin bertanya, tapi dia mengurungkan niatnya. Ini urusan anak muda. Lagi pula, putrinya terlihat sangat lelah lebih baik istirahat saja.
"Ma Binar ngantuk, mau langsung kekamar."
"Ya udah nanti makanan sama susunya Mama bawa kekamar kamu."
"Ga usah Ma, Binar udah kenyang." Tolak Binar dengan kalimat bohongnya.
Sejujurnya, dia hanya makan bubur ayam. Itu pun, saat pagi-pagi bersama Nata. Ini salah, tapi bagaimana lagi. Kebohongan dan harapan palsu Syuja sudah cukup membuatnya kenyang, tak berselera makan.
Dia meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya dilantai atas.
"Aku kekamar duluan Ma. Selamat Malam."
"Iya selamat malam juga. Tidur yang nyenyak sayang, jangan terlalu banyak pikiran."
Andaikan saja semuanya bisa semudah yang Mama bilang. Batin Binar merasa miris.
Kata mudah dirangkai dan diucap, tapi tak semudah itu untuk melakukannya.
***
Dengan cepat Binar mengikat tali sepatunya karena suara klakson dari luar yang sudah tidak sabaran menunggunya.
"Ma, Binar berangkat."
"Hati-hati Bin."
Wanita paruh baya itu menepuk jidatnya lupa, "astagfirullah."
Sarah mengejar anaknya yang sudah keluar pintu. Beruntunglah anaknya belum berangkat masih memakaikan helm.
"Binar." Panggil Sarah setelah tiba didepan putrinya.
"Iya Ma kenapa?"
Binar sedikit terkejut, ada apa dengan Mamanya?
"Ini kotak bekal buatan kamu ketinggalan."
"Ya ampun Ma, Binar lupa. Hehee.. Makasih ya Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Bentala Bianglala (END)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI GUEPEDIA] Binar Bentala Bianglala, nama yang indah juga puitis tapi, tak seindah itu kisah asmaranya. Dia, cewek yang dianggap paling beruntung karena memiliki pacar seorang Reygan Syuja Pratama, cowok tampan, temperamen dan ditakut...