21 - Kencan

36 10 11
                                    

Kryukk.. Kryuukk..

"Ya tuhan laper banget gue!" Bintang memegangi perutnya yang bersorak ria didalam sana.

Sungguh, hukuman Renata benar-benar menyiksanya. Dia melirik jam, udah jam sepuluh. Mamanya pasti sudah tidur. Bintang bisa melancarkan aksinya untuk diam-diam pergi kedapur.

"Kurang pengorbanan apa lagi gue buat Lo La?" Gumamnya pada diri sendiri merasa miris.

Demi patung liberty kapan berubah jadi pegang boneka ayam, dia ga pernah sekalipun punya pacar! Bukan ga laku, dia pilih-pilih woi. Emang kalian para fackboy mantan dimana-mana udah kayak sampah. iwwwhh..

"Pah, Bulan minta susu nya dong."

"Eh bentar ini Papa juga lagi buka."

"Waahhh baguuuss.. Main licik ga ajak-ajak gue nih!" Bintang sudah bersidekap didepan Bulan dan Prakasa yang sibuk jongkok didepan kulkas. Dasar maling!

Mereka berdua mengusap dada, untung saja bukan Renata.

"Syut deh ga usah berisik! Semua ini juga gara-gara Lo Abin bucin!" Bulan memberikan tatapan tajam sekilas pada Bintang kemudian beralih meneguk susu kotak yang Prakasa beri.

"Gara-gara kamu juga Papa jadi ga dapat jatah!" Timpal Prakasa.

Bintang mendengus kasar sambil menyingkirkan selada diwajahanya yang Prakasa lempar. Emang dasar Papa laknat.

"Yaelah ini juga kalau Papa ga nanya tentang ceweknya udah dapet atau belum, ga bakalan lah Mama tau. Dasar Papa ganteng!"

"Udahlah udah. Untung aja album gue masih aman, belum Mama jual."

"Kalian udah makan apa aja tadi?"

Bintang melihat kulkas kosong, hanya menyisakan telur, mentega, selada dan bahan sayuran lainnya. Kemana hilangnya semua cemilan keluarga Prakasa?!

"Kalian cuma minum susu doang?" Tanya Bintang meski ragu. Bau-baunya ada bakso dibalik soto!

"Ya kaleng!" Ucar Prakasa dan Bulan.

"Udah ah Papa mau tidur, udah kenyang."

Gila emang ya! Terus gue harus nahan laper nyampe besok gitu?!

Prakasa cepat-cepat berlalu dari dapur, takut-takut jika istrinya menyadari dia yang tidak ada dikamar. Memang tidak sayang anak. Anak bungsunya kelaparan pun dia tak peduli.

Tawa jahat Bulan pun menggelegar bersamaan Bintang yang menatap kesal kearahnya.

"Kita abis makan spageti sama pizza lah. Uh enak banget uy." Bulan mengusap-ngusap perutnya yang sudah kenyang sambil memanas manasi Bintang.

"Argghhh. Terus gue harus makan apa Marpuah?"

"Nih makan aja mentega, biar makin licin."

Sambil tertawa licik, Bulan meninggalkan Bintang didapur sendirian yang masih saja ngedumel.

"Eh Marpuah gue doain, Lo besok dikonser kelaparan! Pesawatnya macet! Si bitis itu sakit semua!"

Binar Bentala Bianglala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang