12 - Anak Ayam

51 15 11
                                    

BI SUM bergegas kedapur dan menyuruh Binar untuk duduk diruang tamu. Tak ada siapa-siapa dirumah sebesar ini. Mungkin, karena Pratama dan Katrin sibuk dengan pekerjaannya.

Bingkisan yang Binar bawa, ia letakan diatas meja. Sembari menunggu Syuja, Binar menghampiri Bi Sum untuk ijin sebentar.

"Bi kalau ada Syuja, bilang ya Binar lagi dibelakang."

"Oh iya Non, nanti Bibi sampaikan. Kalau gitu minumannya Bi Sum simpan dimeja ya Non."

"Iya Bi, makasih."

Binar ingat betul dibelakang rumah Syuja ada lapang basket. Tak ada salahnya bukan jika dia kesana.

"Bintang pakai farfume apaan ya? Jaketnya bau gini." Ucapnya bermonolog sendiri sambil menciumi aroma pekat jaket cowok itu.

"AHAHAA.. Sini ambil Ka bolanya. Wleelee.."

"Lin, apa tuh dibaju kamu." Tunjuk Syuja.

"Hah, mana Ka? Ulat ya?"

"Huaaa buangin dong Ka, Alin takut!" Hebohnya sambil teriak-teriak minta tolong.

SRET.

"HAHAHA.. Tapi boong."

Alin yang sudah kesal pun mengejar Syuja yang berlari sambil terus mengejeknya. Bukan main basket, mereka berdua justru malah saling adu cubit dibawah langit sore.

"Aku juga ikut bahagia, meski bukan aku alasan kamu bahagia." Binar tersenyum kecil.

Bibirnya memang mampu mengatakan hal itu. Tapi, bagaimana dengan hatinya? apa hatinya pun mengatakan hal yang sama? Tak ada kata baik-baik saja untuk hal yang menyakitkan.

"Eh eh Ka Ucha udah ah, tuh tuh ada Ka Binar tau." Tunjuk Alin dengan dagunya berusaha menghentikan aksi Syuja.

Alin cukup merasa tak enak saat Binar melihatnya. Dia tak bermaksud membuat Binar sakit hati.

"Hmm pindahin monas dulu baru aku percaya."

"Aiisshh ditimpuk batu baru tau rasa entar." Ancam Alin.

Syuja tetap tak berhenti dan malah semakin gencar.

"Ahahaa geli Ka, udah deh iya iya Alin ngaku kalah. Seriusan Alin ga bohong ada Ka Binar." Finish Alin sambil memberikan vis.

"Kamu gimana kabarnya Lin, udah sembuh?"

Syuja membalikan tubuhnya dan ternyata benar, matanya langsung bertemu dengan manik mata kekasihnya.

"Ehehe.. Udah mendingan Ka."

"Bin, kamu sejak kapan disini?"

"Kemarin! Ya dari tadi dong!! Ka Ucha ini gimana sih." Jawab Alin sambil melengos pergi tapi langsung Syuja tahan.

"Diem disini!"

"Iihhhh ga mau. Ka Ucha lepasin dong! Alin mau kedalam."

Alin terus memukuli Syuja namun diabaikan oleh cowok itu. Jika dilihat-lihat, Syuja seperti sedang memeluk Alin dari belakang.

Binar menjadi saksi bisu diantara mereka. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Semuanya seolah terlihat baik-baik saja.

Kepalanya tertunduk kebawah merasakan sesuatu yang meremas hatinya. Dia ingin marah tapi tak mampu melakukan hal itu.

Tak seharusnya aku merasa cemburu pada Alin, yang sudah lebih dulu dekat dengan Syuja.

Ternyata, suasana hatinya tak seindah sunset sore ini.

Binar Bentala Bianglala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang