EPISODE 34 ~~ MELEPAS IMPIAN MERAIH HARAPAN

267 8 0
                                    

Dikamar depan, saat Renata menemani Soffie yang sedang membantu bu Asih membereskan ranjang sambil mengobrol

"Sih, tadi pagi siapa yang datang" tanya Soffie yang sedang duduk

"orang tuanya Anna, mbak"

"Kalo boleh tau Anna itu siapa, dan hubungannya dengan Anton tuch apa..?" lanjut bertanya.

Asih terdiam sesaat ketika sedang melipat selimut, matanya menoleh ke arah Renata yang sedang membuka jendela

"Dia dahulu penah deket dengan Anton, boleh dibilang mereka pacaran, hingga sesuatu yang terjadi hingga berpisah" papar Asih, sambil terus memperhatikan Renata

"Ya sudah lah, tanpa kamu bercerita aku sudah bisa menangkap kemana arahnya" balas Soffie seakan tau Asih merasa risih bercerita karena ada Renata

"Ren, sini sayang duduk sama mamah" ajak Soffie, Renata pun duduk disamping Soffie dan Asih duduk dikursi dihadapan Renata

"Kamu gak keberatan selama ini Anna berada disamping Anton, jujurlah apa yang kamu rasakan, mamah gak mau kamu mengalami seperti mamah" tanya Soffie sambil memegang tangan Renata.

Renata hanya bisa menatap Asih dan Soffie bergantian, mulutnya terkunci.

"Mamah gak mau anton berpoligami seperti ayahnya, itu pun karena situasi yang berbeda Ren, kalo mamah boleh memilih pun mamah gak mau melakukan itu semua, tapi mamah sadar diri dengan perbuatan mamah, mamah menerima semua ini bukan karena papah tapi mamah menerima karena ketulusan ibu Asih yang mau berbagi cinta dengan mamah, maaf sih ini hanya curahan hatiku saja" ujar Soffie

"Bukan mamah egois yang tak menerima kondisi Anna, tapi yang mamah gak mau itu Anton memilih Anna dan menyakiti hati kamu" lanjutnya

"Tolong beri Anton kebulatan hatinya untuk memilih pasangannya, karena pernikahan yang terjadi karena perasaan iba itu gak akan sehat selamanya, itu seperti bom yang sewaktu waktu akan meledak menghancurkan pernikahannya, dan itu gak mau terjadi pada mereka" lanjut Soffie.

"Betul nak, apa yang mamah bilang, ibu hanya bisa mendukung kalian, kalian lah yang menentukan jalan hidup kalian" balas Asih sambil mengelus Renata

Renata yang tak kuasa menangis mengingat kejadian yang terjadi pada dirinya, mendekap erat bu Asih.

"Hiiks bu, rena gak tau apa yang terjadi kedepannya, kalo boleh jujur Rena tuch cemburu ada Anna di samping Anton, tapi dengan kondisi Anna, Rena sedikit iba" lirihnya

"Tapi dengan kejadian kemarin Rena, Rena hiiiks...!! Akhirnya Renata tak kuasa menangis

Asih dan Soffie hanya saling bertatapan seakan saling bertanya apa yang terjadi pada Renata, hanya elusan lembut tangan bu Asih dipunggung Renata meredakan kegalauan hati Renata.


***


Di waktu yang berbeda saat Anton mengantarkan Surya yang akan berdinas, diperjalanan menuju tempat Surya bekerja.

"Ton, apa yang papah takutkan akhirnya terjadi!! Apa yang akan kamu lakukan sekarang" ungkap Surya sambil mata lurus ke depan.

"Pah, seperti yang Bilang dulu Anton gak mau ada yang terjadi ama Anna, hanya karena rasa sayang padanya dan itu pun tak lebih, yang Anton hadapi sekarang hanyalah Renata Pah..!" jawab Anton dengan tatapan kosong kedepan, dengan insting seorang polisi, Surya menoleh kearah Anton, dalam benaknya hanya bertanya apa yang terjadi pada anaknya.

"Papah gak tau apa yang terjadi pada kalian berdua, tapi papah percaya kamu bisa lalui itu semua" sambil kembali pandangan ke depan

"Iya pah, semuanya musti berakhir Anton gak mau semua yang Anton sayangi mendapatkan penderitaan lagi, dan Anton akan lakukan semua itu agar semuanya berakhir" jawab Anton pelan tapi intonasi yang sangat menekan, dengan sorot mata yang tajam. Kembali Surya menoleh pada Anton.

"Kamu jangan berbuat konyol, tolong berpikiran jernih nak, papah gak mau terulang lagi pada diri kamu"

Dengan tersenyum tipis Anton menjawab, "tidak akan pah, Anton hanya menghancurkan permainan mereka yang akan menghancurkan orang yang Anton sayangi hanya itu saja"

Surya hanya mendengus saja mendengar kebulatan tekad Anton.


***


Di Tempat berbeda dan waktu disaat kedua orang tua Anna di kamar beristirahat beserta Anna.

Anna yang berbaring kepalanya diatas buaian ibu. Rambut anna dielus dengan lembut oleh bu Tatiek

"Nak, kamu ikut ibu yach, kita pulang, ibu gak mau kamu menanggung sendirian" ujar bu Tutiek sambil terus mengelus lembut rambut Anna

"Iya nduk, bapak gak mau kamu terlunta lunta begini, sakit rasanya hati bapak liat kamu begini, segimana salahnya kamu, kamu itu masih anak kami, kami yang harus ada di samping kamu" sahut pak Jarwo ikut berbicara

"Tapi pak, Anna gak mau bikin ibu ama bapak malu dengan kelakuan Anna, apalagi dengan kondisi anna yang hamil tanpa tau siapa bapaknya" lirih Anna sambil memejam matanya tangannya meraih tangan ibunya, lalu diciuminya tangan ibunya seakan isyarat dia memohon maaf yang sangat pada ibu bapaknya atas kondisinya.

"Nduk anggap aja semua ini hukuman bagi kamu, tapi kamu juga musti tau jangan terus kamu berdiam dari semua kesalahan kamu, perbaiki semuanya nduk, apalagi kamu bakal jadi seorang ibu, kamu musti terlihat tegar dihadapan dia nanti, bapak dan ibu gak malu nduk.." timpal pak Jarwo sambil membangunkan Anna agar duduk disampingnya dan bersandar disisinya

"Iya nak, mari kita pulang, kita hadapi semuanya, ibu gak mau kenapa kenapa ama kamu dan cucu ibu, mau kan kamu pulang ama kami?" balas bu Tutiek, lalu mendekap anak semata wayangnya beserta suaminya

"Anna pikirkan lagi bu, nanti Anna bicarakan dengan papah Surya, Anton dan Renata bu, bagaimana mereka yang selalu ada buat Anna" jawab Anna sambil ikut mendekap lengan ibunya

"Ya sudah nanti kita bicara ama keluarga Anton" ujar bu Tutiek sambil melepas pelukannya

"Oo ya, nak, maafin ibu yah yang sudah memaki dan melabrak Anton, karena ibu gak tau yang sebenernya terjadi, ibu gak nyangka Tita sahabat mu dulu jahat sama kamu" bu Tutiek menyesali perbuatannya yang melabrak.

"Iya bu, Anna pun minta maaf pada Ibu ama bapak gak bisa menjaga kepercayaan ibu bapak, mudahnya terpengaruh ama Tita" sesal Anna

"Yach sudah nak, kita musti pulang untuk menjauhi Tita, karena mungkin Tita gak akan berhenti menghancurkan kamu!!" timpal Pak Jarwo yang geram akan kelakuan Tita pada putrinya

"Nduk, kalo boleh tau perasaan kamu ke Anton bagaimana" tanya Pak jarwo, mendengar pertanyaan bapaknya, Anna beranjak berdiri lalu berjalan ke arah jendela lalu memandang keluar jendela

"Kalo boleh jujur pak, Anna gak mau berpisah dengan Anton, Anna cinta dia, kasih sayang yang Anton berikan sangat berarti buat Anna, tapi Anna sadar Anna telah menyakiti dia, Anna telah menghancurkan kepercayaan dan harapannya pada Anna. Lagian sekarang Anton Telah mendapatkan pengganti Anna, Anna rela melepas Anton meskipun berat hati, Anna musti lakukan itu karena Anna menyayangi Anton dan Renata, Anna gak mau ngerusak kebahagiaan mereka, meskipun itu sakit yang Anna rasakan, tapi itu sebanding dengan kelakuan Anna pada Anton" lirih Anna mengungkapkan perasaan hatinya. Dengan mata yang sendu menerawang jauh seakan melepaskan harapannya untuk hidup bersama Anton

"Bu.. Pak, Anna kebawah dulu ngambil minum dulu" ujar Anna menetralisi suasana hatinya.

Saat Anna mengambil minum di dapur, tiba tiba hatinya ingin menengok mamah Soffie, saat dirinya akan membuka pintu kamar, terdengar pembicaraan antara mamah Soffie, ibu Asih dan Renata yang akhirnya di urung membuka pintu, Anna hanya bersandar dibalik pintu mendengar percakapan mereka. Tanpa terasa Air matanya menetes saat mendengar curahan hati Renata, dengan mengusap air mata Anna beranjak meninggalkan pintu kamar, kembali ke kamar dimana orang tuanya beristirahat.

GELOMBANG NESTAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang