Dua hari sesudah kematian Arief, siang hari dalam ruangan tertutup di markas besar kepolisian seorang perwira menengah kepolisian yang sedang duduk berhadapan di meja kerja salah satunya dengan wajah terlihat marah.
"Anjing, gak salah lagi ini pasti ulah si Surya." sambil melemparkan surat kabar harian kota ke meja dan orang itu ternyata Hendrik
"Maaf 'dan, selama saya amati keliatannya bukan dia pelakunya, komandan tau sendiri surya itu orangnya sangat taat hukum dan aturan"" ujar polisi bintara satu yang bernama Bakti. Dia adalah anak buah hendrik yang sengaja disisipkan untuk mengawasi gerak gerik Surya..
"Jika bukan dia, siapa menurut kamu?" Hendrik sedikit meredam emosinya.
"Apa komandan ingat, waktu Si Roni bercerita siapa pelaku penggerebekan si Apong yang ternyata dia adalah Anton anaknya si Surya!!" jawab Bakti berasumsi.
"Anton..! Hmmm...! Anton, ya. Jadi kamu menyangka yang melakukan semua ini adalah Anton??" ujar Hendrik sambil mengusap-usap dagunya.
"Betul, 'Ndan. Kecurigaan saya pada Anton sangatlah mendasar. Minggu lalu, Komandan bercerita pada saya gimana ekspresi Anton pada Komandan saat datang ke pernikahan Surya sebagai tamu tak diundang. Kelihatannya dia mulai tahu siapa Komandan. Makanya mungkin dia melakukan aksi semua ini." terang Bakti. Hendrik hanya mengangguk-angguk lalu terdiam sejenak.
Dan tiba-tiba Hendrik tertawa. "Hahaha..."
"Jadi maksud kamu si Anton ini tahu siapa saya dan tahu apa hubungan saya dengan si Surya bapaknya yang sok suci itu!" jawab Hendrik dan dijawab Briptu Bakti dengan anggukan kepala.
"Hahaha..." Lagi-lagi Hendrik tertawa.
"Seorang lagi yang diluar perhitunganku. Dulu aku menganggap remeh ayahnya sekarang anaknya pun mulai mencoba menghancurkanku." lanjut Hendrik. "Tapi ini tidak bisa dibiarkan ini akan jadi duri sandungan bagi kita ini, kita harus melakukan sesuatu sebelum semuanya tak terkendali" ujar Hendrik dengan rona wajah yang sangat mengerikan menatap Bakti.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk..!" seru Briptu Bakti.
Lalu masuk seorang Polwan berpangkat Brigadir Satu bernama Briptu Arni. Dia adalah sahabat dari Briptu Eka Setiawati dan merupakan anak buah Surya, dia pun tak jauh dengan Briptu Bakti yang sengaja disisipkan ke kesatuan Surya setelah dirinya terjerat dalam lingkaran hitam Hendrik, apalagi Hendrik tau bahwa Briptu Arni adalah teman dekat Briptu Eka Setiawati selama pendidikan kepolisian jadi akan semakin mudah mengorek informasi dan tidaklah mungkin ada kecurigaan dari Briptu Eka Setiawati.
Alasan yang membuat Briptu Arni terjerat dalam jaringan Hedrik adalah saat tiga tahun yang lalu dirinya tengah menghadiri pesta reuni teman semasa SMA di sebuah diskotik, tidak terduga dirinya tertangkap tangan membawa beberapa paket narkoba pesanan temannya di saat penggerebegan yang dipimpin langsung oleh Hendrik. Dan Hendrik mengancam dirinya untuk melaporkan semua perbuatannya pada institusi kepolisian jika tidak mau mengikuti keinginannya. Dengan berat hati, akhirnya Briptu Arni pun mau melakukan apa yang diperintahkan Hendrik dari pada dirinya dipecat dari kepolisian dan berimbas membuat malu orang tuanya yang telah berharap pada dirinya menjadi seorang polisi yang baik.
"Lapor, 'Ndan. Setelah saya telusuri semua berkas yang ada pada Arief, tidak ditemukan berkasnya semua hilang di lokasi kejadian !!" Briptu Arni berdiri di hadapan Hendrik.
Braaaaakkkk!!
"Aaapppaaa...? Anjing...! Siapa yang berani mengambil berkas itu..?!" Hendrik berdiri sambil menggebrak meja, mimik wajah Hendrik mulai terlihat was-was. Briptu Bakti dan Briptu Arni tersentak kaget mereka hanya bisa diam melihat kemarahan Hendrik.
"Ini sudah gak bisa dibiarkan, di dalam berkas itu banyak tercatat aliran dana pada orang orang yang bekerja sama dengan kita termasuk kalian!" Sambil i menunjuk batang hidung Briptu Bakti, lalu Hendrik berdiri dan mondar mandir di depan meja kerjanya pikirannya kalut tak karuan.
"Briptu Arni...! Apa kamu yakin bukan si bangsat Surya yang melakukannya??" tanya Hendrik tegas.
"Saya rasa bukan 'Ndan. Untuk kematian istri simpanan Arief, Surya mengira hanya korban perampokan keji!!" jawab Briptu Arni yakin.
"Kamu sudah selidiki, siapa yang melaporkan pada si Eka tentang istrinya si Arief ini?" tanya Hendrik lagi.
"Sudah, 'Ndan. Menurut data BAP yang melaporkan itu adalah pedagang kopi di sekitar rumah Arief. Di dalamnya tercatat dia mencurigai gerak-gerik ke-empat anak buah Arief! Untuk sementara ini, gak ada hubungannya dengan Surya, 'Ndan." jawab Briptu Arni.
"Hmm...! Tapi, 'Ndan.. Saya yakin pasti ini ulah Anton! Kita harus lakukan tindakan sebelum berkas itu sampai ke tangan Surya!!" timpal Briptu Bakti.
"Briptu Arni, sekarang kamu tau apa yang direncanakan Surya saat ini??" tanya Hendrik.
"Untuk sementara pak Surya belum mengambil tindakan, dan dia belum datang ke ruangannya 'Ndan!!" jawab Briptu Arni.
Hendrik yang sedari tadi hanya mondar-mandir lalu merogoh sakunya lalu menelepon seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GELOMBANG NESTAPA
عشوائيWARNING ⚠️⚠️ ADEGAN 21+ Seorang Pemuda yang mencari kebenaran masa lalu kelam kedua orang tuanya. Tak kala dirinya mencoba mengorek semuanya, orang orang yang di sayanginya semakin terancam hidupnya. Bagaimana dia bisa mengatasi itu semua? Mampuka...