EPISODE 43 ~~ KOKOHNYA SEBUAH BATU KARANG

488 6 0
                                    

Dua hari yang lalu di sebuah tempat hiburan malam, seorang wanita setengah baya dengan berpakaian sexy sedang duduk di sebuah meja jauh dari hingar bingar para pengunjung lainnya, di hadapannya duduk sesorang lelaki .

"Bang Juned, kenapa cari gue? Bukannya Abang sudah gak tertarik lagi untuk jajan!" ujar wanita itu memulai pembicaraan dengan lelaki di hadapannya yang ternyata adalah Bang Juned.

"Tuti..Tuti... Itu adalah masa lalu, jaman kita masih muda dulu. Lagian kapan aku jajan dengan yang lain. Seingatku, cuma sama kamu 'kan? Dan kamu, ternyata masih tak berubah Tut. Kamu masih terlihat cantik dan sexy meskipun kamu sedikit montok bikin ngiler Abang. Hehehe... Kamu masih sendiri, Tut?" Bang Juned tersenyum sambil memanggil nama wanita itu.

"Akh, Abang bisa aja! Siapa pula yang mau dengan wanita sepertiku ini? Lagi pula, Cuma ada seseorang yang mampu singgah di hati Tuti. Tapi lelaki itu telah pergi dengan menikahi anak buahku dan sekarang dia telah berbahagia dengannya," timpal Tuti nama wanita itu. Dia sedikit kaget dengan gaya bicaranya Bang Juned sekarang lalu Tuti memalingkan wajahnya dengan muram menutupi kegundahan hatinya pada sosok lelaki ini di hadapannya.

"Apa lelaki itu dulu tidak memberi pilihan untuk hidup bersama kamu?" tanya Bang Juned sedikit mengintimidasi Tuti.

"Ya, dia dulu memberi suatu pilihan. Hidup bersamanya dan mau meninggalkan gemerlap kehidupan malam, atau .... !!" Tuti tak meneruskan perkataannya, di sudut matanya mulai menggenang air mata sambil memperhatikan para pengunjung yang sedang berjingkrak-jingkrak menikmati irama musik yang dimainkan oleh seorang DJ. Bang Juned menatap wajah Tuti dengan rasa haru.

"Ya, dulu aku sangat mencintaimu Tut. Aku ingin menikahimu tapi kamu tak mau meninggalkan profesi kamu. Dan di saat hatiku hancur, hanya Mirna yang mau mengerti aku. Dia mampu menggantikan kamu di hatiku dan akhirnya aku menikahi dia!" ujar Bang Juned.

"Ya, semua itu telah kusadari. Aku lebih memilih kehidupan malam, dan Tuti lihat, Abang telah berubah tidak seperti waktu itu." jawabnya pelan.

"Tidak, aku masih sama seperti Juned yang dulu. Aku tau alasan kamu, Tut. Kamu waktu itu dipaksa harus membayar hutang orang tuamu dengan menjual tubuhmu. Di bawah ancaman seseorang, bahwa mereka akan membunuh Ibu dan Bapakmu jika kamu tak melunasi hutang itu 'kan?" Bang Juned memegang tangan Tuti di atas meja, Tuti terbelalak matanya saat Bang Juned mengetahui alasan dirinya menolaknya dulu.

"Mirna sudah bercerita semuanya tentang kamu! Dan aku pun menyesali telah meninggalkan kamu sendirian di sini!" Bang Juned tersenyum sambil melirik seorang wanita lain yang mendatangi mereka.

"Teh..!" sapa wanita itu. Tuti pun menoleh ke belakang, dan seketika matanya terbelalak saat melihat siapa yang datang menemuinya.

"Mirna...!" Tuti berdiri lalu memeluk Mirna yang ternyata adalah Istri dari Bang juned. "Kamu sehat, Mir. Aku kangen kamu Mir, udah lama kita gak ketemu. Kamu sekarang punya anak berapa?" Tuti menarik tangan Mirna agar duduk di sampingnya.

"Sehat, Teh. Anak Mirna dua, Teh. Sepasang, paling gede 4 tahun yang kecil 2 tahun, Teteh sendiri gimana kabarnya?" jawab Mirna lalu ia pun duduk di samping Tuti.

"Masih seperti ini, Mir. Masih mencari rupiah di selangkangan mereka." Tuti tersenyum dingin sambil pandangannya tertuju pada sekumpulan gadis muda yang tak jauh dari tempatnya.

"Maaf, terbawa suasana! Oiya, pada ngapain kalian berdua mencariku?" Tuti mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya. Dalam hatinya, ada perasaan cemburu pada Mirna yang telah merebut hati kekasih hatinya itu. Mirna yang dulunya kupu-kupu malam sama seperti dirinya sekarang dia telah berbahagia dengan Bang Juned.

"Mir. Abang dulu ya, yang bicara?" ujar Bang Juned. dijawab dengan anggukan Mirna.

"Tut, Apa Tuti mengenal orang ini?" Bang Juned menunjukan sebuah foto lelaki berwajah oriental, Tuti mengkerut lalu mengangguk.

"Iya, Bang kenal. Dia adalah salah satu pelanggan VIP tempat ini dan juga pelanggan tetap aku. Dia selalu berani membayar mahal untuk gadis yang dipesannya untuk menemaninya setiap dia ingin berkencan, Bang!" Tuti menjelaskan sosok foto itu yang ternyata adalah pelanggannya.

"Iya. Aku tau itu. Makanya, aku coba menemuimu. Bahwa dia sering mencari gadis lewat kamu," ujar Bang Juned menjelaskan maksud kedatangannya menemui Tuti.

"Kalo Abang tau. Terus kenapa?" Tuti sedikit meninggikan suaranya. Dia mulai sedikit kesal dengan perkataan Bang Juned barusan. 

GELOMBANG NESTAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang