Dihari yang sama menjelang petang.
"Gimana perkembangannya?" Arief sedang menelepon dalam taksi.
"Kita masih mengawasinya di sini, dan dia masih bersamanya, Boss." seseorang menjawab di seberang sana.
"Oke, aku sedang menuju ke situ, tapi menggunakan taksi dan turun lebih jauh biar dia tidak curiga aku datang, persiapkan yang aku minta tadi." ujar Arief.
"Siap boss, kita semua dah siap bergerak tinggal menunggu perintah dari boss !!"
"Ya, aku akan segera sampai di situ beberapa menit lagi." sahut Arief sambil menutup HPnya.
--oo0oo--
"Bang Dai lihat itu!" Bang Kosan dengan membawa belanjaan istri lalu menurunkan sambil menunjuk ke arah kedua lelaki tadi.
Dai pun melihat ke arah yang dituju, salah seorang dari mereka berdiri menelepon, tak lama setelah menelepon lalu berjalan menjauh dari arah rumah yang diamatinya.
"Ada apa yang terjadi...?" gumam Dai terus memperhatikan kedua lelaki yang berjalan, hingga di sebuah perempatan mereka berhenti dan tak lama datang sebuah taksi mendekati mereka.
Dan degg.... Jantung Sakti berdegug kencang saat tahu siapa yang turun dari taksi.
Tiga orang lelaki yang turun dari taksi salah satunya lelaki yang berpakaian perlente ketika turun kedua lelaki tadi seperti menghormati dia.
"Bang, itu orang yang abang cari, Arief!" ujar Bang Kosan pelan.
"Iya, gue tau. Tapi kelihatannya, mereka sedang ada masalah, untuk sementara gue di sini dulu, Bang. Lihat perkembangannya!" jawab Dai.
"Lebih baik gitu, Bang! Lebih mudah kalau meringkus mereka dalam keadaan lengah, apa perlu aye panggil temen yang lainnya?" balas Bang Kosan, yang sekilas Bang Kosan adalah pedagang kopi kaki lima yang lugu dan udik. Tapi ternyata, Bang Kosan adalah salah satu anak buah Dai yang memegang kuasa di daerah ini.
"Jangan dulu, Bang!" cegah Dai. "Kita belum tahu apa yang terjadi, abang siap-siap aja, gue pengen tau apa yang mereka kerjakan?"
Dai terus mengikuti dan mengamati dari jarak yang sangat jauh, gerak-gerik ke lima orang yang mengendap-ngendap mendekati rumah diikuti Bang Kosan di belakangnya. Ketika mereka mendekati sebuah rumah yang jelas emang rumah kediaman sasaran meloncat pagar tanpa bersuara.
"Bang, kita gak bisa mengamati mereka dari dekat, kita musti mengamati mereka dengan cara lain." bisik Bang Kosan pada Badai.
"Keliatanya begitu, Bang Kosan punya saran." sambil terus mengamati kelima orang itu hingga mereka masuk ke dalam rumah.
"Ikuti saya, Bang!" ajak Bang Kosan sambil menarik Dai, dan mereka pun menuju sebuah tower telekomunikasi yang lumayan jauh dari seberang rumah tadi.
"Apa rencana kamu, Bang? Kita gak mungkin bisa mengamati mereka meskipun kita naik." tanya Badai pada Bang Kosan.
"Tenang Bang Dai. Jangan khawatir, udah gue persiapkan," kata Bang . sambil mengeluarkan sesuatu di balik jaketnya.
"Ini bang, teropong binokular, cepet abang naik, gue nunggu di sini aja!" perintah Bang Kosan.
"Ntar, gimana kalo ada orang?"
"Tenang aja gak ada yang berani, ke kita bang cepetan!" paksa Bang Kosan.
Akhirnya Badai menaiki tower, hinga menemukan titik yang tepat untuk mengamati.
"Gimana, Bang?" teriak Bang Kosan dari bawah.
"Susah bang tak terlihat, tapi kita tunggu aja di sini!" teriak Dai.
Hampir dua jam Dai mengamati rumah dari tower, dan pada akhirnya Badai melihat pintu samping rumah terbuka, dengan bergegas binokular Badai pake, beberapa saat mengamati.
Dan...
"Giiilaaaa..!" pekik Dai, dengan cepat dia turun kembali.
"Gimana, Bang?" Bang Kosan bertanya.
"Bang situ, cepet kumpulin orang-orang kita, kalo sudah abang tunggu dan tahan mereka jangan sampe meninggalkan itu rumah, gue akan ke sana lagi! Awas jangan sampe mereka lolos!" perintah Dai, dengan intonasi tegang.
"Siap Bang." melihat gelagat Dai, Bang Kosan pun gak banyak bertanya. Lalu dia bergegas pergi menuju kiosnya untuk menghubungi teman-temannya.
Badai pun kembali ke rumah sasaran dengan mengendap-endap dan sebelum sampai mendekati rumah, Badai menelepon seseorang sambil berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GELOMBANG NESTAPA
RandomWARNING ⚠️⚠️ ADEGAN 21+ Seorang Pemuda yang mencari kebenaran masa lalu kelam kedua orang tuanya. Tak kala dirinya mencoba mengorek semuanya, orang orang yang di sayanginya semakin terancam hidupnya. Bagaimana dia bisa mengatasi itu semua? Mampuka...