Siang hari Dihalaman teras belakang rumah Surya
Soffie yang sedang duduk di kursi roda ditemani Renata, sedang asyik mengobrol
"Ehhemm" suara wanita yg memberi tanda akan kehadirannya disitu.
"Eh tante Tutiek, sini tante duduk disini" sapa Renata
"maaf tante ganggu kalian?" tanya Tutiek
"Enggak kok tante , kita lagi ngobrol ringan disini, ooh iya tante kenalin ini mamah Soffie, mamahnya Anton kemarin tante belum ketemu, jawab Rena sambil memperkenalkan Soffie, Tutiek sedikit merenyit kedua matanya.
"saya Tutiek, ibunya Anna" Tutiek memperkenalkan diri, lalu duduk dihadapan Soffie sambil berjabat tangan
"Soffie" membalas dengan tersenyum
"Ehhh mbak Tutie, kebetulan mbak, saya lagi buat gorengan pisang, mangga dicicipin" tiba tiba Asih datang menghampiri. Tutiek gak membalas hanya menatap Asih.
"Kenapa mbak, ada yang Aneh pada saya" tanya Asih keheranan
"Eng... Eenggga, cuuuuma.." Tutiek merasa gagap untuk menjawab
"Kenapa mbak? Pasti mbak mau menanyakan status saya disini yach?" Tanya Soffie, Tutiek gak membalas pertanyaannya hanya memandang Soffie dan Asih.
"Bentar mah.. bu, Rena mo kedalam dulu ambil air minum" Rena beranjak ke dapur mengambil air minum.
"Mbak, kami berdua emang istrinya kang Surya" balas Asih.
"Mbak heran, kami berdua istrinya mas Surya tinggal bersama" tanya Soffie
"Eenng..enggak cuma terkejut aja secara Anna gak cerita.. Maaf kalo reaksi saya berlebihan" jawab Tuttiek
"Gak papa mbak, wajar kok melihat seseorang yang berpoligami disatu atapkan, ayo mbak cicipin" ujar Asih sambil tersenyum dan menyodorkan goreng pisang ke Tutiek dan Soffie, dan Tutiek pun gak memperpanjang pembicaraan yang sebenernya bukan urusan dia.
"Saya kesini mau ngobrol dengan kalian tentang Anna..!!" ucap Tuttiek, ucapannya terhenti ketika Rena dan Anna muncul bersamaan sambil membawa minuman
"Nduk, bapakmu dah pergi?" tanya Tuttiek
"Udah bu barusan" ujar Anna sambil menunduk wajahnya.
"Bentar..bentar ada apa ini kok seperti ada yang disembunyikan " tanya Asih sambil menarik Anna untuk duduk disampingnya,
Lalu Rena duduk disebelah Soffie.
Dan Belum juga Asih melanjutkan pertanyannya, Anna sudah mendahului membuka pembicaraan.
"Bu... Mah.. Ren.. Sebelumnya terima kasih banyak pada kalian yang udah banyak ngebantu Anna, menampung Anna, kasih sayang yang kalian berikan ke Anna sudah Anna rasakan di sini, tapi... Hiiikss" Anna tak kuasa menangis, Asih yang berada disampingnya lalu memeluk Anna
"Ada apa Na, coba bilang ke mamah" tanya Soffie menatap tajam ke Anna.
Sambil mengusap air mata
"Anna mo pamit, Anna mau pulang sama ibu dan bapak... hiiks" lirih Anna kembali tak kuasa menahan tangisnya
"Ren... Maafkan aku yah, aku yang selalu menjadi duri diantara kalian, mungkin ini saatnya aku musti menjauhi kalian hiiiks.." lanjut Anna terhenti mengusap air matanya, Soffie, Tutiek dan Asih hanya bisa diam tak bicara.
"Tapi kenapa Na, kamu bukan duri diantara kita, aku menyayangi kamu juga..!!" Rena mendekati Anna dan bersimpuh dihadapan Anna.
"Kita.... Anton, kamu dan aku udah berjanji akan terus saling menjaga, kita akan ngerawat dan membesarkan anak kamu setelah kamu lahiran nanti" cecar Renata, dengan nada yang bingung melihat keputusan Anna.
"Makasih Ren .., tapi aku udah pikirkan matang matang, aku akan membesarkan merawat anak ini sendirian karena ini semua ini akibat aku, dan sebelumnya ane takut kalo kalo ibu ama bapak gak nerima keadaan aku, tapi kenyataannya mereka nerima keadaan aku sekarang ini, !!" jawab Anna sambil menunduk tak kuasa membalas tatapan Renata,
"kenapa dadakan..?" Renata belum puas atas jawaban Anna
Anna menunduk seperti berat mengungkapkan alasannya.
"Sepertinya aku pengen bantu kamu masak buat makan siang biar badan ga kaku, sih!!" Celetuk Sofie , Sofie menilai Anna malu mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Dengan tubuh sedikit masih lemas Soffie mencoba berdiri
"Ia mbak bentar lagi kang Surya pulang, ayo Asih bantu berjalannya mbak, mbak Tutiek mau bantu kami, biar mereka berbicara berdua kita tinggal dulu" ajak Asih ke Tutiek, sambil memapah Soffie, Tutiek pun mengerti maksud dari Asih, dia pun beranjak mengikuti Asih dan Soffie.
Akhirnya tinggal mereka berdua diteras belakang. Sesaat mereka berdua terdiam, kemudian
"Na, sebenernya apa yang buat kamu pengen pulang..?" tanya Renata sambil duduk disamping Anna
Anna mengasongkan sepucuk surat pada Renata "Tolong Ren kasihkan surat ini ke kak Anton,!!" Ujar Anna lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menunduk, lama lama tubuhnya bergetar dan terdengar suara isak tangis.
Rena memeluk erat tubuh Anna direbahkan kepala anna di pangkuannya lalu membuka surat dan membacanya. kemudian setelai selesai membaca
"Kenapa kamu berubah pikiran, apa yang buat kamu berubah pikiran, Apa kamu ga akan memperjuangkan ciintaamu.. Pada Aan..ton" lirih Renata pandangan lurus kedepan, dengan tangan mengusap rambut Anna, suara isak Anna makin terdengar, Anna menggelengkan kepalanya sambil membenamkan wajahnya pada pangkuan Renata.
Renata lalu membangunkan Anna, ditatapnya Anna dengan sorot mata yang hangat tapi tersimpan kesedihan dalam diri Renata. Tersembul sebuah senyuman manis, dan tak terasa disudut mata Renata mulai menggenang air mata
"mmaa..aaff kan aaakku.. Reeenn.. Hiiks, aaaku mussti peergi, aaku ..!!" Anna yang yang tersendat ucapannya.
"Karena kamu udah gak pantas untuk anton... Aattau kamu sudah gak mencintai..!! Sebelum Rena selesai bicara
"Aaakuuu mencintai.. Annton.. Ren..,aaaku jugaa menyayangii dia hiiks, taapi aaku juga menyaayangi kamu.. Hiiks, dan yyaaah aaaku ggak paantas uuntuknya, aaku merasa kkamuyang lebih paantas dari pada akuu Ren... Hiiks, Aaku yaang berikan keehormaatan aku paada orang lain dibelakang dia, apa ittu pantasss.. Untuknya..?? Bbelum lagi Seekarang aakuu yyang ssudah bberbadan dua, Aantonn yaang hharuss menaanggungnya, " dengan keras disela isak tangis Anna meluapkan ganjalan hatinya pada Renata. Lalu dia menangis dengan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Huu.. Aakuu maaalluu Reen aaku mmalu pada diiri aku sendiri, ketika kamu hadir aaku meerasaa ceemburu paada kamu, cinta kaalian sungguh besar..hiiks, tapi kaamu malaahan mengulurkan taangan kamu pada aku, hiiiks.. Aaaku waanita boodoh yaang tak saadar akan dirinya sendiri.. Mengharaapkan sebuah cinta dengan menghalangi cinta yang saangatsayaang pada aku Reen. ... Maafkan akku Renn, aaku ssangat menyayangi kammu dann Antoon , maakanya leebih baik aku ppergi akku gak mau menghalangi ciita kalian.. Huuuhu.." Anna yang terus mengeluarkan isi hatinya dengan isak tangis
Renata terdiam tak bisa menjawab, airmata yang ditahan sedari tadi pun tumpah berderai di pipi, mendengar ungkapan hati Anna
Renata berdiri membelakangi Anna,
"Kamu kira aku pantas na.. Aku pun sama seperti kamu..Na, seperti kamu aku mencintai Anton dengan segenap hati aku, tapi kehormatan ku yang aku jaga pun diambil secara paksa... Hiiiks... Apa aku pantas untuk dia.. Na..hiiks"
Akhirnya Renata pun mencoba mengeluarkan beban dalam hatinya.
"Eh.. Ren, kkaamu..??" tangis anna terhenti mendengar pengakuan Renata.
Lalu Anna berdiri dibelakang Rena.
"Yah, aku gak beda ama kamu na, meskipun kondisi yang berbeda, tapi aku merasa aku pun merasa kotor, apa aku pantas.." lirih Renata
"Aku sudah menduga itu sebelumnya Ren, sewaktu kita di Bandung aku menangkap sesuatu diantara kalian, dari perubahan sikap kamu aku bisa tau Ren, maka dari itu aku lebih baik menjauh dari kalian, Aku tak ingin kamu mengalami apa yang aku alami, tolong Ren dampingi Anton mohon jangan pernah tinggalin Anton.., maukah kamu kalukan itu demi Aku" cecar Anna sambil membalikan tubuh Renata. Tapi rena diam tak menjawab, tapi sorot mata Anna seperti meminta jawaban dari Renata.
"Maaf Na.. Hiiiks aku...!!" Renata yang tak kuasa menahan emosinya, lalu berlari meninggalkan Anna.. Dengan telapak tangan menutupi mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar oleh yang lainnya.
Mamah Soffie, bu Asih dan bu Tutiek yang sedari tadi memperhatikan mereka di dapur, melihat reaksi Renata yang tiba tiba menangis mereka lalu menghampiri Renata.
"kenapa Ren..?" tanya Bu asih.
Rena tak menjawab hanya tatapan kosong memandangi bu Asih, air mata yang tak henti, lalu berlari ke depan meninggalkan mereka yang masih bingung dengan perubahan sikap Renata.
"Ren.. Ren.. Kamu mau kemana.. Ren..?" Asih yang berlari mengejar Renata, tapi Renata yang tak bergeming terus berlari hingga Bu Asih pun Tertinggal Jauh,
Dengan keadaan air mata yang tak henti mengalir dari matanya, Renata berjalan menyusuri pinggir jalan.
Renata tak kuasa lagi untuk berbalik ataupun sekedar melihat rumah Anton, Bahkan sepanjang perjalanan Renata menginggat masa-masa indah ketika bersama Anton dan masa-masa ketika mereka berdua berjanji satu sama lain.
"Nton maafkan aku, Aku Benci kamu, aku benci perbuatan kamu saat itu, meskipun itu diluar kesadaran kamu, tapi kamu telah merampas secara paksa, padahal selama ini aku jaga kehormatan aku hanya untuk kamu hingga saatnya nanti" lirih Renata sembari terus melangkah tak tentu arah seiring suasana hatinya
Ciiiit... Sebuah mobil berhenti disamping renata.
"Ren, kamu mau kemana? Tanya seseorang yang mengendarai mobil. lalu turun dan mendekati Renata.
Renata menatap pengemudi itu, sambil mengelengkan kepalanya dan mengusap air matanya
""Kamu gak papa 'kan, kamu kenapa...?" melihat Renata yang sedang menangis membuat pengemudi itu panik dan mengajak rena untuk ikut dengannya,
Renata hanya menatap pengemudi itu.
Bukannya menjawab, Renata langsung memeluk orang itu dan menangis keras tak menghiraukan suasana jalan yang ramai, , dan Akhirnya Renata pun menaiki mobil tersebut ikut bersamanya entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GELOMBANG NESTAPA
DiversosWARNING ⚠️⚠️ ADEGAN 21+ Seorang Pemuda yang mencari kebenaran masa lalu kelam kedua orang tuanya. Tak kala dirinya mencoba mengorek semuanya, orang orang yang di sayanginya semakin terancam hidupnya. Bagaimana dia bisa mengatasi itu semua? Mampuka...