EPISODE 32 ~~ BANGKIT DI ATAS PENYESALAN

329 6 0
                                    


Diperjalanan menuju Rumah Sakit, bersamaan dengan deras-nya suara hujan yang tak berhenti mengguyur kota Bandung sedari subuh. Menggunakan jasa taksi online, Anton dan Renata duduk berdua berdampingan. Tak ada sedikit-pun kalimat yang terucap sampai saat ini.

Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, Anton masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Penyesalan yang tak berujung menderanya saat ini. Bagaimana tidak, gadis yang saat ini duduk di sampingnya. Yang telah direnggut kesuciannya oleh Anton. Gadis yang selama ini menjaga kesuciannya dan ingin mempersembahkan kepada pria yang akan menjadi suaminya kelak. Seorang gadis kecil, yang 15 tahun yang lalu berteman dengan Anton. Memegang janjinya terhadap Anton untuk bertemu 15 tahun mendatang. Dan kini, saat mereka bertemu justru Anton telah melukai-nya. Meskipun, impiannya selama ini bisa dipersunting dengan Anton. Namun, Anton sadar bahwa apa yang telah ia lakukan sangat susah untuk di maafkan.

Tapi atas kejadian tersebut membuka mata Anton. Bahwa, emosinya yang sesaat akan berdampak sangat fatal terhadap orang-orang di sekitarnya. Ini masih awal, dan korban pertamanya adalah Renata. Meskipun ia sendiri yang merenggutnya. Namun Anton sangat sadar bahwa pemerkosaan terhadap seorang wanita tentu saja akan membuat trauma di masa mendatang.

Anton tersadar dari lamunannya, saat mengingat akan sesuatu.

"Pak, disekitar sini ada cafe resto, bisa antar kami kesana pak." Ujar Anton kepada supir taksi.

"Eh kita mo kemana dulu." Tanya Renata sambil menoleh.

"Sarapan dulu di sana, gue laper... Dari semalam lom gue isi, apa loe gak laper." Anton balik bertanya, sambil menoleh ke arah Renata.

Renata hanya mengangguk lalu memalingkan wajahnya menghindari tatapan Anton. Dan Anton hanya mendengus melihat reaksi Renata padanya, semakin besar rasa bersalahnya terhadap kekasih hati-nya.

Sesampainya di tempat tujuan Anton memilih duduk di meja dekat pintu keluar, posisi mereka duduk berhadapan, seperti ada jarak diantara mereka. Tampak suasana café tidak terlalu rame, banyak muda-mudi yang mungkin sepasang kekasih sedang menikmati santapan mereka. Sesaat Anton menoleh ke kiri dan kekanan. Lalu, kembali menghela nafas.

Setelah memesan makanan, mereka pun menyantapnya, tanpa sepatah kata yang terucap dari bibir mereka. Hingga mereka menyelesaikan sarapannya.

Dalam keadaan mereka tak saling bicara membuat Anton yang merasa risih ditambah rasa bersalahnya makin mengiris-iris dalam hatinya. Merasa seperti orang asing yang duduk berhadapan, akhirnya Anton membuka pembicaraannya

"Mut, gue tau loe marah ke gue, gue tau pasti loe sakit banget atas perbuatan gue.. Memang gue tak pantas mendapatkan maaf dari loe.." Anton terdiam sejenak. Mencoba menetralkan perasaannya yang berkecamuk. Mencoba menatap Renata yang sepertinya masih enggan untuk berbicara. Renata, hanya memandang ke luar sambil memainkan sedotan dalam gelas minumannya. Sungguh suasana yang tak di inginkan oleh Anton, namun ia sadar. Bahwa sudah sepantasnya ia mendapatkan perlakuan seperti ini dari Renata. Bahkan, jika dibandingkan dengan apa yang ia lakukan terhadap gadis itu, maka Anton selayaknya mendapatkan hukuman yang sangat berat.

Helaan nafas dari Anton, sesaat sebelum melanjutkan ucapannya. "Sesuai permintaan loe... gue gak akan berjanji pada loe mut, gue cuma hanya mau katakan, gue gak akan lari lagi.. Gue gak akan nangis lagi.. Gue akan hadapi itu semua, dan ini karena gue tak ingin semua yang gue sayangin, mengeluarkan air mata lagi.. Mereka harus mendapatkan kebahagiaan yang telah hilang selama ini, Cukup sudah penderitaan mereka termasuk loe.. Meskipun harus gue tebus dengan hidup gue.." Ujar Anton dengan nada yang tegas penuh dengan emosi

Akhirnya, kalimat terakhir. 'Mempertaruhkan nyawa Anton' membuat Renata menoleh menatap Anton.

Anton tersenyum, kelegaan menghinggapinya saat mata Renata menatapnya. "Beberapa hal yang gue minta pada loe mut, jangan pernah loe tinggalin gue, jangan pernah loe berhenti ngingetin gue, Karena cuma loe yang membuat gue bertahan selama ini, cuma loe yang membuat gue bersemangat menghadapi semuanya.." Ujar Anton selanjutnya, lalu dia menyelipkan beberapa lembar uang di samping piring kotor.

Anton memilih beranjak dari kursi, tak menghiraukan Renata yang masih terduduk dengan pikirannya sendiri.

Anton melangkah keluar, dan kedua mata Renata mengikuti langkah Anton yang mulai menjauh. Saat Anton berada di dekat pintu keluar, langkahnya terhenti tanpa menoleh.

Matanya tajam menatap kedepan. Melihat air hujan yang semakin besar mengguyur kota Bandung. "Gue gak tau dengan apa gue menebus semua kesalahan gue ke loe mut, tapi gue akan selalu disamping loe, menjaga dan melindungi loe selama gue hidup.." Lirihnya. "Seperti yang gue minta, gue hanya minta loe terus disamping gue, mendampingi gue, untuk terus melangkah kedepan menghadapi semuanya." Lanjut Anton, lalu melangkah keluar dengan tenang tak peduli air hujan membasahi tubuhnya.

Air mata Renata mulai menetes, hatinya terenyuh mendengar curahan hati Anton. Rasa bersalah yang begitu besar pada dirinya, tapi dia merasa Anton yang dulu dia kenal telah kembali.


Dalam hatinya..

" Mungkinkah dengan kejadian malam tadi membuat Anton tersadar akan dirinya, Ya allah sungguh berat ujian yang aku hadapi, disaat aku ingin menyadarkan lelaki yang kucintai ternyata harus ditebus dengan hilangnya kehormatanku yang selama ini aku jaga untuknya nanti.."

"Ya allah apa yang harus aku lakukan.. Aku sangat menyayangi dia, tp dia telah menodai aku.." Sesaat Renata memejamkan matanya. Lalu dia memandang lelaki yang dicintainya yang masih terus melangkah dengan pasti menerjang hujan tak peduli tubuhnya yang telah basah kuyup.

Lalu Renata berdiri dan mendekati waiter dia berbicara sesuatu lalu waiter itu pergi sebentar lalu menyerahkan sebuah payung, Renata memberikan beberapa lembar uang, lalu dia berlari keluar mengejar Anton.

Anton yang terdiam terus melangkah dalam guyuran air hujan, sorot matanya yang kosong namun terlihat amarah dalam hatinya.

Dia terhenti saat akan menyebrang disebuah perempatan jalan menunggu lampu merah penyebrangan.

Tiba-tiba saja, Anton tersadar saat air hujan tak mengguyur tubuhnya lagi. Namun, ia mengernyit karena hanya dia yang tak terkena air.

Anton menoleh kesamping, dia melihat Renata yang berdiri memayungi dia disampingnya, sambil tersenyum tipis padanya. Lampu merah penyebrangan terhenti berganti lampu hijau, lalu Anton melangkah menyebrangi jalan, saat melangkah terucap kata di bibir Anton. "Terima kasih mut.. Teruslah loe berada di sisi gue, bantu gue melangkah.."

Renata hanya membalas dengan seutas senyum, tangan kanannya merogoh sesuatu pada lehernya lalu menggenggam kalung yang menggantung pada lehernya. Sebuah kalung yang dulu dipakai Anton untuk menjaga janjinya menunggu cinta sejatinya

Renata berucap dalam hatinya. "Aku akan terus disamping kamu Ton, aku akan terus mengingatkanmu aku akan terus disisi kamu, mungkin aku wanita bodoh telah memaafkan kamu atas yang apa kamu perbuatan terhadapku, tapi aku rela jikalau ini membuat kamu bangkit lagi... Ton jangan kau sia-sia kan pengorbanan aku ini, jangan kau buat aku kecewa untuk ke dua kalinya."

GELOMBANG NESTAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang