Episode 39 ~~ DENDAM DI ATAS CINTA (III)

274 7 0
                                    

Di malam yang sepi hanya suara jangkrik yang bernyanyi saling sahut menyahut sesekali kicauan burung malam.

Dengan hati gundah gulana, Anton berbaring di atas ranjang, tubuhnya tak bisa diam, terus berubah posisi tidurnya. Rasa gelisah, resah, takut kehilangan, sekaligus rindu,membuatnya tak bisa memejamkan matanya. Di pelupuk matanya, hanya terbayang Renata seorang.

"Mut, kenapa kamu pergi meninggalkan aku tanpa pesan dan kabar? Sebegitu marahnyakah kamu padaku? Aku tahu, aku bersalah padamu, tapi besarnya rasa salahku padamu, membuat aku semakin menyayangi dan mencintaimu. Aku tidak mau kehilanganmu, aku ingin selalu dekat denganmu, menjagamu seumur hidupku. Walaupun ini tak akan bisa menebus semua dosa dan salahku padamu. Pernahkah kamu merasakannya, semua sikap, perhatian dan kasih sayangku padamu selama ini?" gumam Anton dalam hati.

"Jika ada yang salah pada diriku, selain kejadian di Bandung, kenapa kamu tidak bilang? Kenapa kamu malah pergi meninggalkanku tanpa ada pesan sedikitpun?" lanjutnya membatin dalam hati.

Diangkatnya bantal lalu ditutupkan pada matanya...

"Ya Allah.... apa yang telah aku perbuat, sehingga perempuan yang kusayangi dan kucintai meninggalkanku?" ucap Anton merenung sejenak.

"Lalu Anna! Kenapa kamu juga ikut meninggalkanku? Kenapa.. Na?? Aku khawatir dan takut bila nanti terjadi apa-apa padamu! Aku tahu ini salah memberikan harapan padamu, tetapi aku melakukannya karena ingin menjagamu, menyayangi sebagai sahabat, mendampingimu sebagai kakak, sampai saatnya nanti kamu menemukan pendamping hidupmu sebagai penggantiku yang lebih baik! Aku mohon kamu jangan sampai melakukan tindakan yang bisa merugikanmu dan bayi dalam kandunganmu."

Anton terus bergumam, hingga tak terasa matanya terpejam, kini ia terbawa ke alam mimpi.


***

Di sebuah pantai yang indah di waktu senja, pemandangan lembayung mengiringi terbenamnya sang mentari, kesibukan para nelayan perahu layar yang sedang bersiap-siap mencari nafkah di bentangan laut biru, di tengah hiruk pikuk para nelayan terlihat tiga anak manusia yang sedang tertawa bercanda terlihat kemesraan di antara mereka,

Mereka adalah Anton, Renata dan Anna yang sedang berlibur, melepas penat dari masalah yang mereka hadapi. Perut Anna semakin terlihat membuncit menandakan usia kehamilannya yang semakin tua.

Anton sedang duduk di atas pasir pantai memandangi Renata dan Anna, mereka berdua sedang bermain-main di bibir pantai sambil berlari-larian. Pakaian mereka berdua basah, ketika keduanya bermain air. Anton tersenyum bahagia saat melihat kedua wanita yang ia sayangi, terlihat tertawa-tawa penuh kebahagiaan.

"Anton...! Ayo, sini turun !" seru Renata melambaikan tangannya mengajak Anton ikut bermain bersama mereka.

"Aku tidak ingin kehilangan senyum mereka berdua. Aku berjanji, akan membuat mereka berdua selalu tersenyum. Apapun akan kulakukan demi mereka berdua selalu tersenyum," gumam Anton sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.

Anna menjauh dari bibir pantai lalu dia menaiki sebuah batu karang yang besar.

"Anna, kamu jangan ke situ, nanti kamu jatuh, ingat kamu sedang hamil tua!" teriak Anton mengingatkan, tetapi Anna mengindahkan teriakan Anton. Anna menaiki batu karang itu.

Lalu.....

"Rena..... Anton, sini...! Lihat itu!" seru Anna dari atas batu karang itu, menunjuk sebuah kapal layar yang berbeda dengan kapal layar milik nelayan lainnya, sedang berlabuh di dermaga.

Renata berlari mendekati Anna, Anton hanya diam ditempatnya, cuma bisa berdiri mematung, seakan berat melangkah.

"Mut, ajak Anna ke sini! Jangan ke situ, nanti jatuh!" teriak Anton mengingatkan.

Mereka berdua tak menggubris, malah menjulurkan lidahnya, meledek Anton.

"Lihat, Ren! Ada gadis cilik cantik di sana! Dia melambaikan tangannya pada kita, Ren..!! Lihat itu, ditangannya ada sesuatu yang bergerak gerak! Iiih lucuuu.. Aku pengen tahu.. itu apa?" ujar Anna sambil menuruni batu karang itu, ia terus berlari ke arah dermaga, Renata hanya diam, dan hanya melambaikan tangannya pada Anna.

"Mut, kejar Anna! Jangan jauh-jauh, nanti kenapa-kenapa? Aku nggak mau," Anton yang masih tak bisa bergerak, mengingatkan Renata, tapi Renata hanya tersenyum menoleh sambil melambaikan tangannya pada Anna.

"Muut .. kejar dia..! Arrrgggh... kenapa ini? Kenapa dengan kakiku? Kenapa kakiku berat untuk melangkah?" gerutu Anton. Ia geram dengan dirinya, berusaha melangkah dengan menyeret kakinya.

Selangkah demi selangkah, Anton menyeret kakinya mengejar Anna, hingga sesampainya di dermaga, terlambat, kapal layar sudah mulai berlayar meninggalkan dermaga, masih terlihat Anna berbincang dengan gadis cilik yang memangku sesuatu berbulu putih pada lengannya, mereka berdua terlihat bahagia.

"Mut... kapal itu membawa Anna! Mut, kejar dia, Mut...! Kejar dia...!" teriak Anton sambil mencari kapal layar di sekitarnya, tapi tak satu pun terlihat.

"Mut.. gimana?" Belum sempat Anton menuntaskan perkataanya. Ia menoleh ke arah Renata, tetapi ia tidak melihat sosok Renata di sana! Padahal tadi Renata berdiri di atas batu karang itu. Anton celingak-celinguk mencari keberadaan Renata.

"Anna, ayo cepat turun. Rena hilang! Ayo turun, Anna!" teriak Anton, tapi Anna hanya berdiri di buritan kapal, terlihat gadis cilik memasuki ruangan di kapal layar, lalu Anna berteriak,

"Antoooon... aku selalu sayang kamu. Aku selalu mencintai kamu, maafkan kesalahan aku selama ini, kekhilafanku yang terbelenggu akan nafsu membuat kamu kecewa padaku. Ton, aku minta maaf. Ton, aku minta sesuatu pada kamu, jika aku ga kembali lagi nanti, aku minta kamu menjaga dan merawat anakku ini, rawatlah anakku ini bersama Renata nanti, rawatlah dengan sepenuh hati dengan rasa sayang seperti kamu menyayangi dan mencintaiku... Makasih, Ton, kamu telah membuatku bahagia selama ini! Sudah ya, aku dipanggil, dagh..!!" teriak Anna sambil tersenyum indah disorot lembayung senja.

"Anna.. jangan pergi..! Annna.... Muuut, dimana kamu? Mut, kamu jangan tinggalin aku. Anna kembali... Muttt kembali... Haaaa... Haaaa... " Anton menjerit menangis sambil menjambak rambutnya di dermaga.

Seiring mentari yang tenggelam di bentangan laut, Anton pun mulai kehilangan kedua wanita yang disayanginya
..

GELOMBANG NESTAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang