"Ok, cing gue cabut dulu," ucap Dai sambil menutup teleponnya.
Kemudian, Dai melanjutkan langkahnya dipagi hari ini, di mana seperti yang dia rencanakan sebelumnya bersama para teman dan sahabatnya, mencari orang yang telah mengusik Anton bersama keluarganya. Dan, Dai memilih untuk mencari seseorang yang menjadi tokoh kunci dalam bisnis hitam Hendrik. Dan, sosok itu adalah Arief, salah seorang tangan kanan Hendrik yang bertugas sebagai pemegang pembukuan keuangan bisnis gelap Hendrik.
Tak membutuhkan waktu lama Dai telah mendapatkan informasi di mana target yang ia cari ini berada. Dan, kini Dai berada di sebuah perumahan di pinggiran kota Bekasi, di mana sosok yang dia cari menurut info yang dia dapat bertempat tinggal bersama istri mudanya di perumahan itu.
Tak jauh dia berjalan langkahnya terhenti di sebuah kedai kopi di bawah pohon rindang di perempatan jalan. Dai berdiri terdiam, matanya tertuju pada satu rumah 50 meter tak jauh di seberang jalan kedai kopi. Diamatinya situasi dan kodisi rumah itu dengan cermat hingga tak ada suatu pun yang terlewat. Merasa dah cukup, Dai pun melanjutkan langkahnya, dia masuk ke dalam kedai kopi.
"Pagi Bang Kosan, biasa kopi susunya. Tolong buatin lagi, ga usah pake lama. Hehehe..." ucap Dai sambil duduk dipojokan kedai ke arah lelaki yang sedang membersihkan etalase.
"Lah, ini si abang Dai kagak salah pagi-pagi dah nongol. Hahaha...! Bentar bang, aye buatin." jawab Bang Kosan penjaga warung kopi disertai gelak tawanya.
"Gimana bang, ada info yang bagus?" tanya Dai sambil melirik ke luar, dia bertanya seolah telah mengenal lama pada abang penjaga kedai.
"Pasti bang, kalo info pasti update terus. Hehehe, untuk orang yang abang Dai cari sih, belom keliatan batang hidungnya. Udah 3 hari ini belum kembali ke rumah itu! Oiya, malahan tadi malam. Aye liat bininya pulang bersama lelaki yang aye tak kenal bang, keliatannya dia selingkuh, Bang. Silahkan kopinya, Bang!" jawabnya sambil memberikan kopi susu pada Dai, lalu ikut duduk di hadapan Dai
"Sstt... Bang. Coba liat dua orang lelaki yang lagi ngopi itu di sana! Mereka sedari malam mengikuti bininya yang abang cari." bisik Bang Kosan sambil tangannya menunjuk dua orang lelaki yang duduk di bawah pohon palem.
"Hhmm... Siapa mereka itu?" gumam Dai sejenak lalu bertanya padanya. "Bang Kosan kenal?"
"Dari gelagatnya, keliatannya mereka anak buah yang Bang Dai cari! Mereka sepertinya sedang memata-matai istri bossnya." jawab bang Kosan.
"Ya udah, Bang. Gue numpang nunggu di sini aje!" ucap Dai memberitahu. "Gue jadi penasaran dan curiga dia pasti muncul kali ini."
"Lah abang, kayak sama siapa aja? Santai aja. Iya kali bang, aye rasa juga begitu. Oh, Bang. Aye tinggal dulu bang, itu bini baru dateng dari pasar!" sahut bang Kosan sambil beranjak menyambut istrinya yang baru pulang dari pasar. Sementara Dai hanya mengangguk dan kembali mengawasi.
--oo0oo--
Sementara itu, 7 jam sebelumnya di tempat lain, tepatnya jam 2 malam di sebuah tempat hiburan malam. Disaat tempat hiburan itu, akan mengakhiri aktifitasnya
"Bim, yang mana orangnya kroco Hendrik? Yang lu bilang, ngerecokin Anton. Lu yakin, dia mangkal di sini!" tanya bang Iwan, sambil mengamati orang orang yang bubaran dari sebuah hiburan malam.
"Menurut info Dai. Di sini bang, mangkalnya tuh Bobby! Tapi, ane lum lihat batang hidungnya. Kita tunggu bentaran, Bang!" jawab Bimbim sambil celangak-celinguk mencari sosok yang dia cari.
Beberapa menit kemudian...
Suasana mulai sepi dan sedikit lengang, hanya beberapa orang saja yang masih nongkrong depan pintu masuk.
"Bang.. Bang.. Lihat itu..!" ujar Bima menunjuk ke arah samping bangunan di sebuah gang kecil.
Di sana terlihat seorang lelaki yang sedang berbicara serius dengan sepasang muda-mudi, sambil menyerahkan sesuatu pada mereka.
"Ok, Bim. Lo bawa mobil, biar gue giring dia. Lo lihat situasi dan tunggu di sini!" ujar bang Iwan sambil melirik ke arah seberang jalan memberikan aba-aba pada anak buahnya.
Lalu Bang Iwan menyeberangi jalan yang sudah lengang. Dengan hati-hati, dia mendekati di mana Bobby berada, lalu dia mengambil posisi bersandar pada pagar dekat gang kecil, agar dengan mudah memantau Bobby. Bobby yang sedang bertransaksi di gang samping bangunan tersebut, tidak menyadari kehadiran Bang Iwan.
"Ok. Kalau lu butuh lagi, hubungi gue. Tinggal kontak-kontak, barang selalu siap buat kalian." Terdengar suara Bobby menyudahi transaksi dengan pelanggannya. Lalu Bang Iwan mengisyaratkan pada anak buahnya untuk mendekati Bobby.
Bang Iwan mengamati Jimmy dan Brandy yang mulai berjalan mendekati Bobby.
"Eheeem... Bang masih ada paketannya. Gue beli tiga paket dong, buat party ama temen gue." kata salah seorang anak buah Bang Iwan bernama Brandy mendekati dan berbisik pada Bobby sambil menunjuk pada temannya yang lain.
Bobby hanya memperhatikan anak buah Bang Iwan, seolah waspada dengan mereka, seseorang tak dikenal mencoba membeli barang pada dirinya.
"Soryyy...! Lo pasti bingung, gue dapet info dari mana? Kenalin, gue Brandy dan nih, temen gue Jimmy. Tuh penjaga pub yang ngasih tau gue, kalo gue butuh, hubungi loe orang." ujar Brandy menjelaskan untuk menjawab kewaspadaan Bobby yg sedari tadi terdiam. Lalu Brandy melambaikan tangannya ke arah penjaga pub, dan mereka pun membalas dengan mengacungkan jempol pada Bobby.
Sejenak Bobby terdiam, diperhatikannya wajah anak buah Bang Iwan satu persatu, hanya wajah yang bernama Brandy yang cengengesan melihat kecurigaan Bobby pada mereka.
Tapi bukan Bang Iwan namanya, jika tidak pintar dan licik dalam mengatur strateginya.
Dengan planing-nya, dia sengaja memilih dan mengajak anak buahnya yang tidak terlalu mencolok dari segi penampilan dan wajahnya. Sehingga orang lain yang tak tau pun ga akan menyangka bahwa kedua lelaki yang dibawa Bang Iwan adalah seorang yang sadis dan bengis.
Setelah menilai penampilan keduanya, rasa curiga Bobby pada Brandy dan Jimmy sedikit berkurang. Dan yang membuat yakin adalah karena biasanya Om Hendrik memberitahu jika ada pihak polisi yang menyamar jadi pembeli di wilayahnya ini lalu Bobby tersenyum.
"Sorry, Bang. Gue musti waspada, kalo ada pelanggan baru! Gue Bobby, tadi abang mau pesen berapa paket?" tanya Bobby mulai yakin, sambil berjabat tangan. Dalam otak Bobby, dia merasa senang bertambahnya pelanggan baru membuat target yang ia terima telah tercapai.
"Cukup 3 paket aja, kira-kira berapa duit?" Brandy balik bertanya.
"Untuk pelanggan baru, saya kasih diskon dah ***jt. Gimana abang mau? Barang bagus bang, dijamin ok!" Bobby mulai hilang kecurigaannya dan mencoba mulai ramah pada pelanggan barunya ini.
"Gimana bro, nih orang ngasih kita diskon, lu mau ambil ga?" tanya Brandy ke Jimmy yang sedari tadi hanya diam.
"Oke dech. Gue ambil. Tapi, duit gue kurang dikit, lu ada ga?" Jimmy menjawab.
"Ah lu, kebiasaan. Katanya, lu mau traktir ujung-ujungnya patungan juga." Brandy menimpal.
"Duit gue tinggal di mobil, gue ambil dulu, lu nunggu dulu di sini!" jawab jimmy sambil berlalu meninggalkan mereka berdua ke arah pelataran parkir.
Sudah terlalu lama Jimmy belum juga muncul membuat Bobby merasa resah.
"Gimana Bang? Dah lama nih, gue nunggu temen abang! Jadi gak, soalnya gue musti pulang?" tanya Bobby yang ga sabar menunggu.
"Nggak tau nih, kok lama banget. Emang lu mau balik. Gini aja, kita susul dia ke parkiran! Sekalian deh, gue anter lu pulang, gimana? Atau lu mau ikut party ama kita-kita..?" ajak Brandy.
"Duh gimana, yach?" Bobby sedikit bimbang akan tawarannya, dalam pikirannya ingin rasanya dia merayakan keberhasilannya mencapai target penjualan dan bertambahnya pelanggan, hanya saja orang yang mengajaknya masih asing.
"Lah santai aja, ini ane undang lu sebagai perkenalan. Udah ga usah dipikirin, gue ini yang bayar jualan lu." ujar Brandy membujuk Bobby sambil merangkul Bobby dan memaksa Bobby menuju pelataran parkir.
Bang Iwan yang sedari tadi mendengar, tersenyum setelah melihat target yang dicari ternyata sangat mudah terpedaya, lalu bang Iwan berjalan kembali ke seberang pinggir jalan menuju Bima alias Bimbim yang menunggu di mobil.
"Gimana, Bang? Sukses?" tanya Bimbim saat bang Iwan masuk ke dalam mobil
"Ternyata, itu orang bener-bener bego. Mudah tertipu, kok bisa gangguin si Anton. Ok, Bim. Kita jalan, kita tunggu mereka di sana!" ujar Bang Iwan sambil mengacungkan jempolnya.
"Siiippp... Ok, bang siap!" jawab Bimbim dengan tersenyum, lalu menyalakan mobil dan mulai meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GELOMBANG NESTAPA
AcakWARNING ⚠️⚠️ ADEGAN 21+ Seorang Pemuda yang mencari kebenaran masa lalu kelam kedua orang tuanya. Tak kala dirinya mencoba mengorek semuanya, orang orang yang di sayanginya semakin terancam hidupnya. Bagaimana dia bisa mengatasi itu semua? Mampuka...