"Kapan? Kemari kemana ?" Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal.
"Yahh..kau baca pesan dariku semalam tidak ?" Aku terheran sesaat.
"Pesan yang mana ?"
"Ya ampun, Syakila.." dengus Satya
"Waduh, maaf Kak. Dari kemarin malam aku belum memeriksa ponselku nih. Jadi aku tidak tahu kalau ada pesan baru di ponselku."
"Huff.. aku kan menyuruhmu pagi ini untuk mengantarkan tabung gambar yang ada dikamar. Antarkan kemari, ke rumah temanku. Alamatnya juga sudah sekalian aku kirim. Itu penting sekali. Aku masih sibuk dan tidaka da waktu untuk mengambilnya ke rumah. Jadi tolong secepatnya kau antarkan itu padaku sekarang juga !" 'Hahhh...' aku menghela nafas.
"Apa harus sekarang ?" Sejujurnya aku males banget minggu pagi ini bila aku harus keluar rumah.
"Ayolah Syakila, aku akan ganti uang ongkosnya." Bujuk Satya seakan dia tahu aku tak mau.
"Hmm.. gimana ya ?" aku mulai mempertimbangkannya.
"Sekalian aku traktir makan siang juga deh, setuju ?" Tawar Satya.
"Wah.. ini baru aku setuju. Iya, iya Kak aku berangkat sekarang juga."
"Huhh.. dasar kau ini, giliran ditraktir baru mau." Dengus Satya.
"Ehm, cepat antar ya. Hati-hati di jalan. Terus kalo udah sampai nanti chat aku."
"Oke. Oke Kak." Jawabku riang.
'Pip'. Ku tutup teleponnya dan mulai membuka pesan di ponselku."Wah ternyata memang ada pesan dari kakak kemarin malam. Jadi kemana aku harus mengantarkannya ?" Aku baca setiap isi pesan itu. Kemudian terheran saat membaca alamat yang tertera disana 'Cemara 7A. Komplek Diamond.'
"Daerah mana tuh ?"
.
.
.
' Tiin.. Tiin..' Terdengar bunyi klakson. Aku yang sedang berjalan di trotoar sedikit menoleh mengikuti laju sebuah motor sport hitam yang melambat dan kemudian berhenti tidak jauh didepanku. Si pengendara lantas membuka kaca helm full face-nya. Senyumku mengembang saat melihat tatapan lembut mata hijaunya.
"Kak Gavin !!" Teriakku seraya menghapiri.
"Hei, Syakila.." sapa Gavin setelah melepaskan helmnya. Cowok itu sebentar merapikan rambut pirangnya yang sedikit berantakan. Wahh.. aku tidak tahan melihat wajah tampannya itu.
"Mau kemana Syakila ?" Tanyanya kemudian.
"Halte. Aku disuruh mengantarkan ini ke rumah temannya Kak Satya." Jawabku sambil memperlihatkan tabung berwarna hitam yang kutenteng dibahuku.
Gavin hanya tersenyum dan mengangguk-angguk kecil. Sebentar aku memperhatikan penampilannya yang tampak keren dengan jaket merah, celana jins dan sepatu sneakers berwarna hitam.
"Anu.. kakak sendiri mau kemana? Rapi sekali. Jangan-jangan mau pergi kencan nih, hehe.." kataku sambil sedikit menggodanya.
"Ya begitulah." Jawab Gavin terkekeh sambil menggaruk- garuk kepalanya yang tak gatal.
"Eh ?" Aku terpana saat melihat ekspresi yang tampak malu- malu itu. Padahal barusan aku hanya basa- basi tapi Gavin terlihat serius sekali menjawabnya. Apa dia benar- benar akan pergi kencan? Batinku jadi resah.
"Mau diantar kemana." Tanya Gavin yang terdengar seperti sedang mengalihkan pembicaraan.
"Itu.. aku juga tidak tahu." Aku sedikit menundukkan pandangan, memainkan jari- jari telunjukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness[END]
Teen FictionSuatu ketika aku bermimpi. Berlari tanpa arah di tengah jalan berkabut. Dan batu kecil pun bisa membuatku jatuh tersandung. Dengan rasa sakit, tak mampu berdiri sendiri. Aku menengadahkan kepala dan melihat sosok samar orang yang kusukai. Dia hanya...