10. Ternyata

30 17 0
                                    

"Shaquille ?" Tanya Irsyad.

"Syakila ?" Tanya Satya.

"Kakak." Kataku dan Shaquille nyaris bersamaan.

"Eh ?" Kami berdua jadinya kembali bertatapan. Aku merinding mengetahui kenyataan ini.

"Kau.."

         Mataku terbelalak menatap Shaquille. Shaquile juga mengernyit heran memandangiku, Satya dan Irsyad bergantian. Dua kakak itu juga saling berpandangan heran. Lalu tatapan mereka tertuju pada tanganku dan Shaquille.

"Kalian sedang apa ?" Tanya Irsyad, akhirnya mencairkan suasana yang sesaat sempat membeku.

"Sudah saling kenal ya ?"

.

.

.

"Wah, benarkah? Jadi senior jahat, tukang tindas yang membuat stress Masa Orientasi Syakila itu Shaquille ?"

"Hmm.. junior rese, suka melawan, nyusahin dan selalu membuat Shaquille emosi itu Syakila ?"

"Pernah waktu itu Syakila pulang menangis dan marah-marah tidak terima dirinya diperlakukan seperti itu oleh Shaquille."

"Shaquille benar-bener melempari Syakila dengan kacang? Wkwk... anak itu."

"Sekejam dirimu Irsyad. Tapi kurasa dalam Orientasi, senior memang begitu. Mungkin Syakila-nya aja yang masih terlalu manja."

"Tapi tetap saja itu keterlaluan Satya. Kau tidak marah adikmu diperlakukan begitu? Terus setelah itu Shaquille malah heboh gara-gara surat cinta kutukan."

"Hahaha...kupikir Syakila tak akan benar-benar menulis surat cinta seperti itu."

"Tapi kelihatannya justru karena ini mereka sekarang jadi akrab, hahaha.."

"Wah, gimana nih Irsyad? Bisa-bisa kita nanti jadi saudara ipar."

"Aku sih tak keberatan. Toh aku memang ingin punya adik manis seperti Syakila."

"Hei..hei.. dua kakak disana. Berhentilah bergosip !" Protesku yang sudah kesal mendengar mereka saling curhat antara aku dan Shaquille.

"Jangan bicara yang tidak-tidak. Kak Satya tahu kan aku gak suka sama dia." Lanjutku sambil melirik Shaquille yang baru datang ke ruang makan.

         Dia sudah berpakaian. Mengenakan t-shirt hitam bertuliskan Seattle dan celana hitam selutut. Terlihat santai sekali. Berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Lho, jadi Syakila naksir sama orang lain ?" Tanya Irsyad.

"Hei, adikku.. apa pesonamu sudah pudar, sampai tak bisa memikat Syakila ?"

"Hm, itu karena seleranya saja yang rendahan." Cibir Shaquille lantas mengambil kursi dan duduk di seberang mejaku.

         'Grrr...' aku ingin membalas perkataannya , tapi kutahan karena sesosok wanita cantik memasuki ruangan.

.

.

.

         Rasanya aku ingin melarikan diri dari tempat ini. Saat situasi kemudian berubah jadi kesalahpahaman. Entah apa yang sudah Kak Irsyad ceritakan pada ibunya. Tapi wanita berusia 40 tahunan itu tak henti-hentinya tersenyum menatapku dengan seksama.

         Parasnya cantik dan tetap terlihat anggun meski mengenakan dress biasa dan apron berenda. Penampilan khas ibu rumah tangga. Rambut hitamnya terurai panjang sepinggang. Dan lagi-lagi aku terpesona pada mata hitam itu. Selalu tampak memikat. Kurasa aku tahu dari mana asalnya wajah rupawan Shaquille dan Irsyad kalau ternyata ibu mereka secantik ini.

Shivviness[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang