THE PROLOGUE

40 9 2
                                    

Delapan remaja itu masih berada dalam mimpi yang sama, namun di tempat yang berbeda.

"Aku ingin mengetahui apa yang akan kalian lakukan setelah mendapatkan kekuatan ini."

Reaksi kedelapan remaja itu sama, mereka bingung dan tidak percaya.

"Siapa Anda?" Tanya salah seorang gadis.

"Terserah kalian ingin menyebutku apa. Yang jelas, setelah kalian bangun nanti, perhatikan sebuah tanda yang kuberikan di lengan kanan kalian masing-masing.

Lalu perhatikan jumlah bintang yang ada disekitarnya. Aku bisa dengan semauku mengurangi atau menambah jumlah bintang itu.

Pastikan kalian menggunakan kekuatan yang kuberikan dengan baik."

/\/\/\

Dia pasti memiliki sebuah tujuan, kan?

Gadis yang lahir 16 tahun lalu di Perfektur Miyagi itu baru saja terjaga.

Sebuah mimpi yang sangat aneh, batinnya.

Padahal dalam beberapa minggu terakhir ini ia jarang sekali bermimpi. Itu karena akhir-akhir ini ia banyak berlatih untuk acara debutnya yang dilakukan kemarin sore. Jadi mana sempat ia bermimpi ketika sedang kecapekan?

Tapi mimpi semalam benar-benar membuatnya berpikir. Ia masih belum melihat lengan kanannya seperti yang dikatakan dalam mimpinya.

Ia takut mempercayai hal yang salah. Dan itu sangat tidak masuk akal, bukan?

Perlahan ia menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan mengambil ikat rambut dari dalam laci nakasnya.

Ia hanya me-molor-molorkan ikat rambutnya dan kembali melamun menatap tirai kamarnya yang menutupi jendela. Dalam dirinya sedang ada perang antara logika dengan perasaannya sendiri.

Mimpi semalam, terasa sangat nyata. Ia seperti dibawa ke suatu tempat, lalu saat akan bangun, ia dikembalikan ke kamarnya.

"Saki! Mau sampai kapan kamu tidur? Cepat bangun dan sarapan!" Teriak seseorang dari luar kamarnya.

Itu adalah rekannya. Semenjak kemarin, ia tinggal bersama teman satu grupnya di sebuah dorm.

Ia menatap jam dinding yang menunjuk angka delapan dengan jarum pendeknya. Ini adalah hari Minggu, jadi ia tidak perlu bersiap untuk berangkat sekolah.

Ia menghela napas panjang. Sepertinya ia tidak perlu banyak memikirkan mimpi semalam. Mungkin hanya mimpi yang tidak berarti sesuatu.

"Iya! Bentar lagi aku keluar!" Teriaknya untuk sekedar memberitahu bahwa ia sudah bangun.

Gadis itu mengikat rambutnya dengan ikat rambut yang sudah di tangannya daritadi lalu bangkit menuju kamar mandinya untuk membasuh wajahnya.

×+×+

"Saki sakit? Kamu kelihatan pucet banget hari ini," ujar seorang gadis yang empat tahun lebih tua darinya.

"Benar, lagipula pagi ini dingin, kan?" Sahut gadis lain yang bernama Azaka.

"Eh? Aku nggak sakit. Dan aku nggak kedinginan, kok," ujar Saki bingung.

"Tapi kamu pucet. Kamu bisa absen hari ini kalau nggak enak badan."

"Seira-chan, udah kubilang kalau aku baik-baik aja. Mungkin karena aku sama sekali nggak pakai bedak atau apapun, jadi kelihatan pucet," jawab Saki sambil memegang kedua bahu Seira.

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang