-1-

31 9 3
                                    

"Omong-omong, semalam aku mimpi aneh," ujar Shira sambil duduk disamping Azaka.

"Mimpi apa? Aku juga mimpi aneh, sih, semalam," sahut Seira.

"Kebetulan? Aku juga mimpi aneh semalam. Jangan-jangan hal itu benar?" Ujar Azaka.

"Loh? Emangnya mimpi apa?" Tanya Saki yang mendadak lupa mimpinya semalam.

"Semalam sesuatu bilang kalau dia memberiku sebuah kekuatan, dia menyuruhku untuk melihat lengan kananku, tapi waktu kulihat, sama sekali nggak ada apa-apa," jelas Shira.

"Kenapa sama? Coba lihat lenganmu," ujar Seira.

Shira mengangkat lengan kaosnya sebatas pundak dan membiarkan Seira melihatnya.

"Ada!" Teriak Seira.

"Ada apanya?" Shira melihat lengannya sendiri dan tidak menemukan apapun.

"Coba lihat," sela Saki sambil merangkak menyempil untuk ikut melihat lengan Shira, "ada. Tanda bulan sabit. Dengan tiga bintang."

"Eh? Aku nggak lihat apapun," ujar Shira sambil kembali melihat lengannya sendiri.

"Hei, coba lihat punyaku, ada atau nggak?" Seira melipat lengan kaosnya.

"Ada juga. Tiga bintang juga," ujar Azaka.

"Aku juga nggak lihat apapun di lenganku. Aza, coba lihat lenganmu," ujar Seira.

"Ada! Jumlah bintangnya juga sama," seru Shira.

"Berarti kita nggak bisa lihat tanda dan jumlah kita sendiri?" Gumam Seira.

"Dan mimpi semalam itu ... ternyata kenyataan?" Imbuh Azaka.

"Hei, Saki, coba lihat lenganmu," ujar Shira yang mencoba menarik lengan kaos Saki.

"Heh! Sebentar!" Saki menyentil tangan Shira.

"Loh? Kok nggak ada?" Shira membolak-balik lengan Saki.

"Heh! Sakit tahu!" Lagi-lagi Saki menyentil tangan Shira.

"Coba lenganmu yang satunya," ujar Azaka sambil mendekat.

"Nggak ada juga. Tapi semalam kamu juga bermimpi yang sama?" tanya Seira.

Saki mengarahkan pandangannya keatas. Mencoba mengingat-ingat mimpinya semalam.

"Aku nggak ingat. Aku sama sekali nggak ingat mimpiku semalam. Yang aku tahu, mimpi semalam rasanya aneh," jawab Saki.

"Jangan-jangan cuma kamu yang nggak memiliki kekuatan itu?" Ujar Shira.

"Kamu benar-benar mempercayai hal itu?" Tanya Azaka.

"Kenyataannya? Tanda ini benar-benar ada. Dan siapa yang tahu kalau hal kayak gini juga ada di bumi?" Balas Shira.

"Terus kamu pikir kalau aku-"

Entah berasal darimana, air datang dari tangan Seira ketika ia mengarahkan telapak tangannya kearah teman-temannya. Dan tentu itu membuatnya terdiam karena air itu membasahi mereka bertiga.

"Bohong!" Teriak Seira masih sedikit tidak percaya.

"Seira!? Kamu tahu ini udah dingin! Dan sekarang kamu mandiin kami lagi?!" Teriak Azaka.

"Aku mana tahu kalau akan keluar air seperti ini," balas Seira.

"Bukannya ini lebih baik?" Sela Saki, "daripada yang keluar dari tangannya adalah api?"

"Itu nggak lebih baik," ujar Shira.

"Jadi, kita benar-benar akan mempercayai ini?" Tanya Seira.

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang