-10-

18 7 7
                                    

"Koki-kun, kamu tahu kalau adikmu itu dibully oleh kakak kelasnya?" adu Ryubi pada Koki yang merupakan salah satu teman dekatnya walau dari grup lain sekaligus kakak laki-laki dari Shira.

"Eh? Benarkah? Dia jarang pulang ke rumah, jadi aku nggak tahu. Emangnya siapa kakak kelasnya?"

"Kamu tahu grup Bossy?" tanya Ryubi sambil memasukkan daging ayam ke mulutnya.

Mereka saat ini sedang makan malam bersama di sebuah restoran yang dekat dengan rumah Ryubi.

"Hee?!? Mereka? Bohong."

"Terserah kalau nggak percaya," ujar Ryubi cuek sambil melanjutkan makannya.

"Eh? Itu benar? Tapi--"

"Tapi apa? Coba kau tanya adikmu."

Koki berdecak sebal, "bukan itu. Tapi kamu tahu darimana?"

Ryubi sempat tersedak saat Koki mengajukan pertanyaan itu. Sampai saat ini memang Koki belum tahu kalau Saki adalah adiknya.

"Eh? Kamu kenapa?" tanya Koki panik sambil menyodorkan air minum.

"Makanya jangan tanya kalau aku sedang mengunyah," sungut Ryubi setelah meminum setengah gelas air.

"Jadi?"

"Kamu lupa kalau aku satu sekolahan dengan adikmu itu?"

Koki menepuk pelan dahinya sendiri, "aku lupa."

"Kam ... nggak kesal kalau adikmu dibully?"

"Dibully yang macam apa sih?"

"Disuruh mengerjakan tugas mereka. Dan adikmu 'kan masih kelas satu," jawab Ryubi.

"Eh? Jahat sekali."

"Cuma gitu responmu?" tanya Ryubi sedikit tidak percaya.

"Ah, maaf, maaf. Nanti biar kusuruh dia mengaku."

"Kalau begitu, biar aku yang membantu adikmu."

"Maksudmu?" tanya Koki tidak mengerti.

"Aku punya video rekaman saat mereka membully siswa lain. Kalau kusebar, kurasa mereka akan kapok."

"Kamu yakin mereka akan kapok? Fimana kalau enggak?"

"Biar jadi urusanku," jawab Ryubi.

"Kenapa kamu kelihatan sangat ingin menjatuhkan mereka? 'Kan Shira itu adikku."

"Yah, sebagai teman yang baik, aku akan membantu adikmu."

/\/\/\

Saki sudah selesai menyalin tugas Ryubi yang tadi ia foto ke buku tugas Naoya dan Haruto.

Tidak ia sangka kalau Ryubi akhirnya membiarkan Saki memfoto tugasnya. Ia pikir Ryubi tidak akan mempedulikannya.

Tadi sepulang latihan, memang Saki memutuskan untuk kembali ke dorm. Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menatap jauh ke langit-langit kamarnya.

Sedangkan di kamar sebelahnya, Seira juga melakukan hal yang sama seperti Saki. Terlentang menatap langit-langit kamarnya. Hanya saja yang dipikirkannya berbeda.

"Apa kami bisa bertahan sampai lama?"

Pikirannya melayang pada ancaman yang diberikan Yoshinori sore tadi. Bagaimana kalau ada orang lain yang melihat mereka membully orang itu selain Saki dan Shira? Tetap saja yang berada dalam bahaya adalah mereka.

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang