-3-

22 6 2
                                    

"Sore ini kita ada latihan?" Tanya Shira pada Azaka yang sedang membaca sesuatu.

"Nggak ada. Hari Senin adalah hari kita untuk bebas dari pekerjaan kita," jawab Azaka.

"Oh ya. Kalian berdua udah mencoba kekuatan kalian seperti Seira-chan?" Tanya Saki.

Shira dan Azaka kompak menggeleng karena memang mereka sudah hampir melupakan hal itu.

"Kamu sendiri bagaimana, Saki?" Tanya Shira yang takut kalau-kalau Saki merasa berbeda sendiri.

"Aku? Aku 'kan nggak punya kekuatan."

"Tapi," sela Seira, "semalam kamu kenapa?"

"Siapa? Aku?" Saki menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi yang semalam sampai bikin aku bangun," sungut Seira.

"Eh? Aku nggak bangunin siapapun," kilah Saki.

"Udahlah. Semalam kamu kenapa?" Desak Seira.

Saki menundukkan kepalanya menatap lantai yang diinjaknya, "entah. Udah kubilang kalau sejak mimpi itu, semuanya jadi aneh."

"Saki, kamu yakin nggak ada yang ingin kamu ceritakan?"

Saki menggeleng, "yang jelas, ayo kita cari tahu kekuatan Shira dan Aza-chan yang udah pasti punya kekuatan itu!"

"Kamu semangat banget?"

"Cepat, aku penasaran."

Shira mengamati kedua telapak tangannya, "apa yang harus aku lakuin?"

"Seira, semalam gimana bisa air keluar dari tanganmu?" Tanya Azaka pada Seira.

"Nggak tau. Aku cuma membuka telapak tanganku dan berharap ada sesuatu yang terjadi."

"Oke, aku coba," Shira kemudian memejamkan matanya.

"Tapi awas kalau kamu punya elemen api," sela Saki.

"Kurasa nggak akan," jawab Shira yakin lalu mengulurkan tangannya.

Kemudian sebuah kaki meja yang tepat didepan telapak tangannya itu terjerat oleh semacam akar.

Kedua bola mata Shira membulat tidak percaya melihat itu.

"Really?!"

"Keren, aku mau juga," keluh Saki.

Seira mengelus pundak kanan Saki, "ini berarti kami juga punya tanggungjawab, tahu."

Saki menatap Seira polos, "maksudmu?"

"Yah, kalau kamu tahu, memiliki kekuatan seperti ini mungkin bisa mengubah sifat kami," jelas Seira.

"Kamu benar," lirih Saki.

"Walau kamu nggak memiliki kekuatan seperti ini, kami janji akan membantu melindungimu," ujar Shira.

"Makasih."

Shira mengangguk.

"Lalu, Aza-chan? Bagaimana denganmu?" Tanya Saki.

"Aku nggak tahu caranya," jawab Azaka.

"Lakukan apa aja. Harapkan sesuatu akan terjadi," ujar Shira.

"Baiklah."

Azaka mengangkat tangannya lalu membuka telapaknya. Ia berharap sesuatu yang baik akan muncul.

"He?"

Tidak ada yang terjadi. Semuanya tetap sama.

"Aza-chan?"

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang