-7-

13 6 0
                                    

Naoya kembali menarik lengan Saki agar sedikit menjauh dari Haruto dan Shira.

Ia kemudian membuat batas lagi diantaranya dengan Haruto, "Kamu urus dia, ya."

"Tunggu! Nggak adil!" teriak Seira.

"Apanya yang nggak adil?" tanya Haruto.

"Saki nggak punya kekuatan seperti itu! Jangan macam-macam kalian," ujar Azaka.

"Eh?" Naoya berjalan mendekati Saki dan menarik paksa lengannya. Beruntung gadis itu sedang memakai kaus lengan pendek, "nggak ada."

Naoya lalu beralih pada lengan yang lain. Dan hasilnya sama, tidak ada apapun.

"Haruto, coba lihat dia," perintah Naoya.

Haruto maju satu langkah, tapi Shira langsung mundur dan seolah memeluk lengannya sendiri, "ada! Aku ada!" teriak Shira.

Naoya lalu kembali menatap tajam kearah Saki, "kau benar-benar nggak punya?"

Saki menggeleng cepat.

"Nggak berguna," umpat Naoya, "nah, Haruto, kau tetap urus dia. Biar yang didepanku ini akan kuurus dengan caraku sendiri."

"Heh! Siapa yang kamu bilang nggak berguna?" Saki menendang lutut belakang Naoya dan membuat laki-laki itu terjatuh karena tidak siap, "beruntung aku nggak menendang wajah sok manis milikmu itu."

Naoya tertawa sumbang, "memangnya kakimu sampai untuk--"

Benar saja. Posisi Naoya sekarang 'kan cukup rendah karena belum berdiri sejak terjatuh tadi, jadi kesempatan ini digunakan Saki untuk menendang pundaknya.

Beruntung Ryubi memang sempat mengajarinya cara membela diri di saat seperti ini. Ternyata ajaran kakaknya itu ada gunanya di saat seperti ini.

Api disekitar mereka semakin membesar karena Naoya saat ini sedang mengepalkan tangannya marah.

"Oi, Nao! Kau ingin membunuhku juga?" teriak Haruto yang juga terjebak dalam api itu.

"Tenang saja. Aku bawa air, kok," dengan santainya tangan kiri Asahi berada di pundak Seira sedangkan tangan kanannya sedang melambai-lambaikan tangan kanan gadis itu.

Seira menginjak kaki Asahi dengan kencang lalu menatap sinis kearahnya, "tadi kamu bilang apa? Kamu pikir aku mau menuruti ucapanmu nanti?"

"Mudah saja. Temanmu juga ada disana," jawab Asahi enteng.

Sialan Asahi benar. Seira kembali menatap kearah dua temannya yang masih didalam lingkaran api tersebut.

Ah, kebetulan tangannya sudah tidak dipegang oleh Asahi. Seira bersiap mengangkat tangannya, tapi dengan cepat ditahan kembsli oleh Asahi.

"Belum waktunya."

Naoya kembali berdiri dan mencengkeram pundak Saki keras, "berani kau menendangku?"

"S-sudah kubilang 'kan, beruntung aku nggak menendang wajahmu," jujur saat ini Saki sedikit menciut karena melihat wajah marah Naoya.

Naoya menghempaskan tubuh Saki ke tanah dengan keras, bersamaan dengan itu, api makin membesar.

Gawat. Lama-lama pasti akan menarik perhatian banyak orang.

"Nao, kontrol emosimu. Jangan memancing orang kesini," ujar Yoshinori yang semakin panik karena api yang membesar.

"Saki!" Haruto menarik lengan Shira yang ingin berlari kearah Saki.

"Kamu nggak lihat kalau ada api?"

Dengan cepat Shira membalikkan keadaan menjadi ia yang memegang lengan Haruto.

Tujuannya adalah,

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang