-5-

15 7 0
                                    

Saki berjalan cepat dan menarik tangan Shira agar tidak hanya diam saja.

"Ah, ketemu!" Haruto tiba-tiba saja sudah menghadang jalan mereka berdua dan seakan memblokir jalan keluar, "Nao, ada yang penasaran, nih."

Saki perlahan berjalan mundur sambil masih memegang erat tangan Shira.

"Wah, kita ketahuan, ya?" sahut Naoya yang berjalan mendekati mereka.

"K-kami nggak akan menadu ke siapapun!" teriak Saki.

"Heh? Mereka 'kan sama aja melakukan bullying. Kenapa nggak kita laporin?" protes Shira.

"Hei, dengar. Kalian pikir kalian bisa keluar dari sini kalau nggak kami ijinkan?" Naoya berjalan mendekati mereka. "Penakut."

Shira mendongak menatap Naoya saat ia mengatakan kata itu, "siapa yang kau maksud penakut, huh?!"

Naoya mengangkat tangannya dan seketika ruangan menjadi terang. Bukan, bukan karena lampu menyala, tapi cahaya itu berasal dari telapak tangan Naoya yang mengeluarkan api.

"S-shira," Saki semakin mengeratkan pegangannya pada Shira. Bukan apa-apa, Saki hanya takut kalau Shira juga mengeluarkan kekuatannya didepan Naoya dan Haruto.

"Nao, apa kamu mau membakar gudang ini?" tegur Haruto.

"Aku cuma ingin memperingati mereka berdua biar bggaj macam-macam," Naoya menurunkan tangannya dan begitu juga apinya ikut menghilang, "dan apa kamu ingat ucapan Yoshi-kun kemarin?"

Haruto tahu ucapan mana yang Naoya maksud, jadi ia berjalan mendekati Shira dan Saki, "oh ya, soal itu ya. Kalian nggak perlu menahannya. Kalian juga memiliki kekuatan itu, kan?"

Tidak ada ekspresi terkejut di wajah keduanya. Syukurlah mereka kompak dalam hal ini.

"Kekuatan apa? Kami pasti menyimpan korek, kan?" tuduh Shira.

"Huh? Apa kalian berniat mati terbakar?"

"Sudahlah, Nao. Biarin aja mereka keluar. Tapi dengan satu ancaman," Haruto memasukkan tangannya ke saku dan menatap mereka berdua remeh, "kalau ada yang tau tentang ini, kalian akan hancur."

Hawa dingin tiba-tiba menyeruak di dalam gudang itu. Padahal harusnya kondisi gudang itu pengap dan panas.

"Kalau ada yang melaporkan perbuatan kalian, yang akan hancur itu reputasi kalian, tau." Sudah cukup Saki berlindung dibalik Shira. Ia muak dengan dua orang dihadapannya itu.

Lagipula bukannya Ryubi dan grupnya memang berniat membongkar itu? Saki mengajak Shira kesini sebenarnya hanya untuk memastikan hal yang dikatakan Ryubi semalam.

Tidak ada kata dingin untuk Naoya yang memiliki api dalam tubuhnya, tapi tidak dengan Haruto, Shira, dan satu orang lagi yang masih mengerjakan tugasnya tadi.

Saki kesal. Ia sudah merasa lemah di depan kakaknya, tidak ada lagi kata itu di depan orang lain.

"Kamu," Haruto menunjuk Saki, "apa-apaan, huh? Yang membuat hawa dingin ini kamu 'kan!"

"Eh?" Saki menunjuk dirinya sendiri, "kenapa aku?!"

"Karena cuma kamu yang nggak kedingunan!"

"Heh! Jangan membentak!" sahut Shira.

Saki memang tidak merasa dingin saat ini. Tapi ia juga tidak pernah berniat menimbulkan suasana dingin ini.

Hanya saja, rasanya ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya, dan ini sedikit membuatnya lega.

"Singkirkan ini!"

Saki seakan mendapat bola lampu menyala diatas kepalanya, "biarin kami keluar dulu."

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang