-8-

18 7 3
                                    

Shira pergi ke perpustakaan sendirian saat istirahat ini karena Saki tadi sudah mendahuluinya keluar dari kelas saat bel baru saja berbunyi.

Entahlah tadi Saki ingin kemana, akhir-akhir ini dia jadi sedikit pendiam dari biasanya.

Shira melangkah ke ruangan berpendingin itu untuk sekedar mencari novel fantasi yang ada disana.

Jarinya menelusuri rak buku di bagian novel mencari satu judul yang menarik perhatian.

Gerakannya terhenti saat seseorang menghalangi jalannya kesamping. Ia menoleh mencoba mencari tahu siapa yang menghalanginya.

"Kamu?!" Shira lalu menutup mulutnya sendiri karena teringat ia sekarang berada di ruang perpustakaan.

"Yo. Bisa bicara sebentar?"

Shira menarik acak salah satu buku di rak saat orang itu menarik pergelangan tangannya.

"Jadi?" Shira melepaskan diri dan mendudukkan dirinya di kursi terdekat.

"Ah," orang itu duduk didepan Shira, "cuma mau minta maaf." Meski begitu, nada yang digunakan sama sekali tidak mengenakkan.

Shira membuka lembar pertama novel di tangannya, "cuma ke aku? Kamu lupa semalam kalian hampir mencelakai Saki?"

Haruto menggaruk tengkuknya bingung, "yah, itu sebenarnya ide Nao. Bukan sepenuhnya salahku."

"Terus?"

"Terus, kalau kamu nggak melaporkan kejadian kemarin siang pada siapapun, aku nggak akan menyuruh orang itu mengerjakan tugasku lagi."

Shira mengangkat wajahnya, "yakin?"

Haruto mengangguk, "itu sih kalau kamu dan temanmu itu nggak membocorkannya kemana-mana."

"Terus gimana dengan Saki? Dia juga lihat kejadian itu."

"Ah, itu urusan Nao," jawab Haruto singkat.

"Eh? Maksudmu?"

"Maksudku? Eh ... lupakan, maksudku, nanti 'kan kamu bisa memberitahunya," kilah Haruto.

Shira menggeleng, "kamu nggak mau minta maaf ke dia?"

"Itu ... nanti aku akan minta maaf."

.

Sedangkan saat ini Saki sedang berada di rooftop. Ia duduk di pembatas dan membiarkan kakinya menggantung.

Ia membayangkan bagaimana kalau ia terpeleset lalu jatuh ke bawah sana. Pemikiran seperti itu selalu muncul saat dirinya berada di ketinggian.

Seseorang baru saja menutup pintu yang menghubungkan dalam gedung dan rooftop. Jujur, ia sedikit terkejut karena gadis yang beberapa meter didepannya itu terjatuh kapan saja.

Ia mencoba berjalan pelan dan berusaha tidak memperburuk keadaan. Perlahan ia mendekati gadis itu.

"Kau bisa saja jatuh kalau ada angin kencang."

Gadis itu tidak bergeming seakan tidak mendengar suara itu.

Saki baru sadar kalau ada orang lain saat merasakan pundaknya ditepuk oleh seseorang. Saki hanya menoleh sekilas orang itu lalu melanjutkan lamunannya.

Merasa diabaikan, orang itu mencoba mengagetkan Saki dengan tiba-tiba seolah mendorongnya.

Benar saja, Saki hampir saja terjatuh kalau orang itu tidak segera memegangi kedua lengannya.

"Sudah kubilang, kan."

Saki menghempaskan kedua lengannya lalu berbalik dan turun dari pembatas itu, "apa maumu?"

Story Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang