Jari-jari Rara yang lentik itu bergerak, bibirnya memanggil seseorang ' Afisan..'.
Afisan tak menyangka perempuan itu menyebutkan namanya, pertanda bahwa Rara sudah sadar. "Rara?" Ucap Afisan
"Rara sadar, Ra. Ini aku Afisan! Dokter! Dokter!" Teriak Afisan
Tak lama kemudian dokter pun datang dengan diikuti oleh suster di belakangnya, dengan cekatan sang dokter langsung memeriksa keadaan Rara.
"Syukurlah pasien sudah sadar. Pastikan jangan terlalu banyak diajak untuk berbicara karena pasien baru saja melewati masa kritisnya" ujar dokter
"Baik dok" jawab Afisan
Sang dokter dan suster pun pergi meninggalkan Afisan dengan Rara di ruangan itu.
"Rara?"
"Fi, kak Tasya mana?" Tanya Rara meskipun suara nya agak pelan
"Kak Tasya tadi pulang. Tapi dia nanti balik lagi kok! Kamu tenang aja!" Ucap Afisan
Rara menatap sekelilingnya, ruangan yang hanya bercat putih polos itu membuat nya ingin cepat-cepat pulang. Mana lagi pasti dia udah lama di rumah sakit, banyak pelajaran yang ia tertinggal.
"Fi, udah berapa lama aku disini?" Tanya Rara
Afisan tersenyum kepadanya. "Hampir seminggu"
Rara terdiam menatap pria yang ada dihadapannya itu dengan intens, pria itu tersenyum kepadanya gak tau kenapa.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri? Gila?"
"Gak kok. Aku seneng aja kamu sadar"
"Oh"
"Ra, aku minta maaf. Aku tau ini semua salah papa aku, tapi beneran aku gak tau ini semua, Ra. Aku mohon sama kamu jangan dendam lagi jangan benci lagi sama aku. Aku akan lakuin apapun yang membuat mu tak membenci dan dendam lagi kepada ku, Ra" ujar Afisan
"Karena kamu suka sama aku kan?" Rara berhenti sejenak lalu berbicara kembali. "Aku tau, kamu kaget mendengar itu, tapi Afisan semuanya tak akan mengembalikan apa yang hilang dariku dulu" kata Rara
Afisan menggenggam erat tangan Rara. "Aku tau, aku tau apa yang kamu rasakan" Afisan mengelus pipi Rara. "Tapi semua itu takdir, Ra. Percaya kepada ku, aku akan bertanggung jawab atas semua yang hilang kepada mu dulu! Aku janji!" Ucap Afisan serius
Hati Rara geli seperti ada kupu-kupu, jantung nya berdegup kencang, matanya berkaca.
"Kenapa?"
"Rara, dengan kamu membenci aku gak ada guna. Semakin kamu tak menyukai ku semakin aku menyukai mu, Ra."
Ingin rasanya Rara berteriak, berteriak sekeras mungkin sampai semua orang ada di dunia ini mendengar suara nya. Afisan benar-benar menyukainya, ingin membuat nya tersenyum kembali seperti dulu. Rara yang dulu, yang baik, tak pendendam.
"Udah, aku gak maksa kamu! Mending kamu istirahat! Aku gak mau kamu kenapa-napa!" Ucap Afisan hendak pergi, tapi Rara mencegah nya
"Tunggu!"
Afisan menoleh ke arah Rara, tatapan sendunya wajah nya yang sedikit pucat.
"Kenapa?"
Rara tersenyum kepada Afisan, senyum yang baru kali ini ia beri kepada pria itu, senyum tulus yang pertama kali Afisan lihat di Rara.
"Makasih udah suka sama aku. Aku bakal usahain"
"Usahain apa?"
Rara menggeleng pelan, ia menyembunyikan sesuatu yang belum sekarang ia utarakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Musuhku ternyata jodohku
Teen FictionCover nya ganti guys, cerita tetap sama;) Ceritanya di stop untuk beberapa waktu dulu ya.. Cerita seorang musuh yang berujung jodoh. Ia membenci pria itu, ia sangat tak suka kepada pria itu. Tapi Tuhan mempersatukan mereka. Sebuah cerita yang sangat...