18. PDKT

194 29 4
                                    

Rara berjalan menyusuri lorong kampus, lorong kampus sangat ramai para mahasiswa berdesakan ingin pulang lebih dulu serasa dia saja yang penat.
Tiba-tiba orang dari belakang langsung menarik tangan Rara dan membawanya ke suatu tempat yang jauh dari keramaian itu.

"Dih, lepasin tangan gue!" Ucap Rara berusaha melepaskan tangannya dari orang itu

Namun orang itu tak melepaskan tangan Rara, ia menatap orang-orang agar tidak melihat mereka berdua.

Rara pun menggigit tangan orang itu.

"Awww, dasar." Ucap orang itu akhirnya melepaskan tangan Rara

"Lagian lo sih ngapain narik tangan gue? Gue mau pulang juga!" Rara ketus

Afisan. Pria itu. Yang katanya suka sama Rara. Sayang Rara. Cinta Rara.

"Mau pulang? Harus sama gue!" Afisan kembali menarik tangan Rara

"Minggir kalian!" Bentak Afisan kepada mahasiswa yang menghalangi jalan mereka. Benar saja mereka langsung memberi jalan kepada keduanya. Rara hanya diam bingung kenapa mereka nurut kepada Afisan.

Sesampainya di parkiran Afisan langsung memakaikan Rara sebuah helm berwarna merah, ya Rara memang suka warna merah.

"Kita mau kemana?" Tanya Rara bingung

"KUA!"canda Afisan

"Ih, pede banget sih!" Rara malu-malu

"Udah naik!" Ujar Afisan

Rara pun langsung naik di bangku belakang motor Afisan. Saat Afisan ingin menjalankan motornya.

"Cieeeee yang PDKT. Kalo udah jadi jangan lupa" Selfi naik turunkan kedua alisnya

"Kepo!" Ucap menjalankan motornya

****

Diperjalanan keduanya sama-sama hening, tak ada percakapan. Afisan fokus ke jalanan, Rara diam menatapi punggung Afisan.
Karena Afisan tipe orang yang gak bisa nyari topik pembicaraan sekarang ia berusaha agar bisa mencari topik pembicaraan, apalagi sama Rara.

"Ra?"

"Hm?"

"Kamu mau kemana?"

"Pulang."

"Kok pulang?"

"Anterin aja pulang! Kalo enggak pulang mau kemana lagi?"

"Aku gak akan anterin kamu pulang!"

"Terus?"

Afisan tak menjawab ia menaikkan kecepatan motor nya hingga Rara tiba-tiba berpegangan pada pinggang nya.

"Yang kuat, jangan dilepas!"

***

Akhirnya mereka sampai disebuah rumah, rumah yang asing bagi Rara.

"Ini rumah siapa?" Tanya Rara bingung

"Rumah aku!" Afisan kembali lanjut bicara setelahnya. "Yuk masuk!"

Awalnya Rara ragu, tapi karna ia tamu kan wajib tuh kalo udah ada dirumah orang harus masuk.

Didalam rumah sepi tak ada siapa-siapa, jantung Rara berdegup kencang. Bagaimana kalau Afisan melakukan sesuatu kepadanya? Gak boleh! Dia gak boleh berpikiran seperti itu.

"Memang gini, sepi. Gak ada siapa-siapa! Mama aku sibuk kerja jadi aku jarang dipedulikan. Makanya itu aku sering ke rumah Randa biar gak kesepian"

Rara mengangguk pelan dengan senyum kecutnya. Ia begitu fokus melihat-lihat sudut-sudut rumah Afisan yang sangat rapi.

"Kamu duduk di sini! Aku mau ke kamar dulu! Bibi!"

Musuhku ternyata jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang