20. Akhir cerita mereka

168 26 1
                                    

"Dari pada kita pacaran banyak yang gak suka sama kita? Lebih baik, kita jangan pacaran lagi!" Ujar Rara serius

Afisan diam sejenak memikirkan apa yang harus ia lakukan, ikuti mau Rara dengan menyerah begitu saja, atau tetap mempertahankan hubungan mereka.

"Baiklah, Ra. Jika itu menurutmu yang terbaik untuk kita!" Afisan berbicara

Rara tersenyum mendengar perkataan Afisan, ia beralih memeluk erat Afisan, mungkin itu pelukan terakhir mereka.

"Terimakasih, kamu udah mau ngikutin apa kata aku!"

"Gak masalah, Ra, yang terpenting itu adalah jalan keluar dari masalah kita ini!"

*****

Selfi terus menatap Rara dengan intens, tatapan nya seolah-olah tak berpaling darinya, Rara bak mangsa yang akan ia terkam kapan saja.

"Kamu kenapa sih? Kaya nya lihatin aku gitu banget!" Ucap Rara yang menyadari hal itu

Selfi menghela nafas sejenak, lalu berbicara. "Ra, apa bener lo putus sama Afisan? Cuman gara-gara si Clara?"

Belum Rara menjawab ucapan Selfi, Selfi malah berbicara lagi. "Lo nyerah gitu aja? Hello, Rara, hubungan kalian masih tumbuh masa udah hancur gitu aja cuman gara-gara ada orang baru".

"Selfi, ini yang terbaik buat aku dan Afisan. Kalo kami melanjutkan hubungan kami, yang ada Clara makin mengusik! Kan lebih tenang kalo kami putus kan?" Ucap Rara

"Gini nih, kalo ngomong sama orang yang gak pernah berpengalaman pacaran! Gak nyambung!"

Rara hanya diam mendengarkan kata gak pernah berpengalaman pacaran, emang iya, ucapan Selfi benar, Rara belum pernah pacaran sebelumnya, Afisan lah orang pertama yg pacaran dengannya.

"Kenapa diam? Aku bener kan? Rara kenapa kamu lepas yang bener-bener sayang sama lo? Yang udah jelas dia bakal buat lo seneng? Ra, yang seperti itu gak akan datang dua kali, kalo pun ada gak bakalan sama".

Sekarang Rara tidak akan bicara lagi soal hubungannya yang kandas itu, terlalu sakit jika dijelaskan mengapa putus, mengapa bisa, kenapa harus putus. Apa yang dikatakan Selfi benar. Pasti yang seperti Afisan tidak datang dua kali, jika ada tidak akan sama.

*****

Waktu menunjukkan pukul tiga sore lewat lima menit, para mahasiswa keluar dari kelasnya masing-masing, ada yang langsung pulang, ada yang masih di kantin.

Afisan melihat Rara yang sedang berjalan menuju gerbang kampus.

"Ra, kamu mau pulang bareng aku?" Tawar Afisan

Rara diam, dirinya benar-benar tak ingin berbicara, seperti kehabisan kata-kata.

Afisan memperhatikan Rara yang masih diam. "Hei! Aku nanya! Malah diem aja! Mau pulang bareng aku gak?"

"Engg.. eh iya mau!" Rara gugup

"Ya udah"

Sementara disisi lain, Clara melihat kedekatan mereka merasa panas, ada api di hati dan pikirannya.

"Udah putus juga, masih aja deketin Afisan! Liat aja lo! Lo bakal tau apa akibatnya kalo berurusan sama Clara!" Ucap Clara sinis

"Jadi lo mau deketin Afisan? Gue bisa bantuin!" Ucap Farel dari belakang Clara

"Siapa lo?" Tanya Clara

"Gue Farel. Gue bisa buat lo deketin Afisan, dan gue bisa deket sama Rara!"

"Gimana caranya?"

"Lo setuju gak?"

"Kalo buat mereka gak bersatu lagi, gue setuju!"

"Bagus. Gue bakal kasih tau rencana nya nanti!"

****

Hujan turun dengan derasnya tanpa diminta, padahal tadi panas terik. Afisan terus menjalankan motornya tak perduli hujan mengguyur membasahi baju mereka.

"Kamu gak papa hujan-hujanan begini, Ra?" Ucap Afisan

"Gak papa kok! Lagian kan hujannya turun bukan aku yang minta! Lagian aku juga suka hujan kok!"

"Oh. Kalo kamu sakit aku gak tanggung jawab ya!"

"Gak bakalan"

"Kamu masuk! Ganti baju! Entar masuk angin!" Ucap Afisan begitu sampai di depan rumah Rara

"Dih, perhatian banget!"

"Emang kenapa? Walaupun mantan, masih sayang kan?"

"Ngarep"

Afisan diam, menatap wajah Rara yang sedikit basah karena air hujan.

"Aku kira setelah kita putus, kita bakal musuhan"

"Gak mungkinlah. Masa iya yang dulunya sayang malah benci. Kita pantas dikatakan dewasa jika kita masih saling perhatian kepada mantan"

"Iya deh, iya! Sukanya kamu aja!"

Afisan diam lagi, menatap intens mata Rara yang masih menatap dirinya. Ia mendekati wajahnya dengan wajah Rara.

"I love you so much" Afisan mencium lembut bibir Rara

"Aku gak akan lupain kamu!"

"Ah, masa? Palingan besok lupa kalo aku mantannya"

"Iya bener. Kalo aku lupa marahin aja aku!"

"Iya, entar aku marahin!"

"Ya udah, aku pulang! Bye!"

"Hati-hati!"

"Cieeeee perhatian"

Rara tersipu malu, pasti Afisan kegeeran jika dia perhatian.

Begitu Afisan sudah pergi Rara pun masuk tapi ia mengurungkan niatnya.

Citttt... Brakkkk

"Suara apa itu? Jangan-jangan.." Rara langsung berlali keluar tak perduli walaupun hujan masih turun

Betapa terkejutnya dirinya melihat Afisan, pria yang tadi pamit untuk pulang sudah tergeletak di jalanan.

"Afisan!" Rara langsung menghampiri tubuh Afisan yang sudah tak sadarkan diri

Rara memangku kepala Afisan meskipun darah mengalir membuat celana jeans nya sedikit kotor karena darah itu.

"Afi, bangun! Afisan! Bangun! Gak lucu bercanda nya!" Rara mengelus pipi Afisan

"Afisan, jangan tinggalin Rara!"

Air mata Rara turun tanpa disadari, dirinya merasa bersalah akan hal ini, penyesalan pun ia rasakan.

"Afisan, maafin Rara! Jangan tinggalin Rara! Rara.. Rara.." Rara menghentikan ucapannya lalu mengatakan sebuah kata sekeras mungkin. "Aku sayang kamu!"

"Bangun! Kenapa kamu tutup mata? Afisan! Tolong!"

"Percuma aku minta tolong ke siapa, gak bakalan ada yang denger!"

"Maafin aku, Afisan! Aku gak bisa menjadi yang terbaik buat kamu!"




📍TO BE COUNTINED📍

Musuhku ternyata jodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang