10. Alan kemana?

1K 132 14
                                    

Thank You, Alaska - 10

Alan kemana?

Happy reading :)

***** *****

Temenan sama Antartika lo dapat apa?
Cari teman itu yang menguntungkan dong. - Sabina

****

Mata cokelat khas orang Asianya terbuka perlahan. Hanya sedikit dan samar, ada bayangan hitam di dekatnya.

Sudut bibir Anka di sentuh, kepalanya dielus lembut. Anka yakin itu tangan kekar karena terasa berat dan besar.

Selimut perlahan naik membungkusnya. Anka ingat dia hanya pakai selendang tipis yang kebetulan lumayan panjang, karena di kamarnya cuma ada satu selimut dan selimut lain ada di kamar orang tuanya. Jadi Anka hanya memakai apa yang ada.

Setelah memakainya, sosok hitam itu pergi, berbalik dan hilang di balik pintu.

Siapa dia? Di rumah ini, apa ada yang peduli padanya?

Anka terbangun. Selimut tebal ini lagi.

Orang tuanya memang sering bertengkar seperti semalam, sebulan bisa beberapa kali. Makanya Mika sering tidur di kamar Anka dan mengambil tempatnya. Anka terpaksa mengalah. Bukan-bukan. Tapi dipaksa mengalah tanpa diperintah. Dia sering tidur di lantai.

Jangan tanya kenapa tidak tidur di sofa? Di kamar sekecil ini jangankan sofa, satu kursi sama sudah syukur bisa masuk.

Dia jarang pakai selimut karena keadaan tidak memungkinkan untuk masuk ke kamar orang tuanya yang sibuk bertengkar tanpa memikirkan perasaan anak-anaknya. Mereka bisa begitu di depan Anka dan Sekala tapi jangan Mika. Bahkan dari kecil Mika sudah melihat bagaimana orang tuanya saling adu mulut dan tak jarang ayahnya main tangan.

Tapi saat Anka bangun, selimut itu pasti ada. Tak tahu punya siapa.

Mungkin Sekala atau orang tuanya. Yang jelas Anka tidak pernah masuk ke kamar mereka, jadi dia tidak tahu. Beda dengan mereka yang bebas masuk ke kamar Anka. Anka tak boleh marah, kalau marah, kalau marah dia yang dibentak balik.

"Mi?"

"Mika, bangun."

Anka mengguncangkan tubuh Mika. 05.00 waktunya mereka bangun.

"Eughhh," racau Mika malah menarik lagi selimutnya.

"Dek, bangun siap-siap mau ke sekolah."

"Bisa diam, gak?! Sekolah aja sana sendiri! Berisik amat. "

Mika berbalik. Sekarang kepalanya pun ditutup.

Anka diam dengan wajah datar. Pinggangnya sempat ditendang oleh Mika dan Anka hanya menatap tanpa ekspresi.

Ia memutuskan bersiap sendiri, berpakaian dan mengemasi barangnya.

"Itu apa?" Mika muncul dari belakang.

Buru-buru Anka memasukkan benda itu ke tasnya, membuat rasa kepo Mika semakin menggebu.

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang