12.Wheel of life

1K 138 50
                                    

Thank You, Alaska -12

Wheel of life

**** ****

Semua orang itu munafik. Orang punya rasa marah, benci, sedih,  iri dan jahat tapi berpura-pura hidup baik dengan menyembunyikannya. Itu munafik. - Titani Umbrah

**** ****

"Udah lah, Cel. Makanya gue bilangin dari dulu, ungkapin gak ungkapin ya berani terima resiko. Tapi kalo gak ngungkapin resikonya lebih besar."

Analisa menepuk-nepuk punggung Celci yang masih menangis dari pagi. Seharian ini dia tidak ada niatan belajar. Jam istirahat langsung mengadu ke kelas Analis, Anka dan Titani.

Anka menghela napas juga ikut menepuk bahu Celci. "Sabar," katanya. Dia melirik Titani.

Cewek itu juga mengangguk. "Yah mau gimana lagi. Orang yang suka itu memang aneh. Sukanya tiba-tiba, kode-kodean minta pertanggung jawaban, dianya gak peka lo-nya marah-marah. Yang salah siapa? Gak ada, kan." katanya.

Kali ini Analis mengangguk karena kejujuran Titani. Meskipun dia agak sebal karena cewek itu terlalu jujur.

"Kek gue ke Kak Ace," kata Analis.

"Ho'oh, masih gitu aja tah?"

Analis mengangguk. "Sedih kalo diceritain." Dramanya.

"Hiks-hiks ...," Celci menghapus air matanya dan menutup wajah. Wajah memerah, matanya sembab.

"Gue gak bisa terima. Rasanya sakit banget, kalian gak paham." lirihnya dari balik tangannya.

"Lo pikirin, Ka. Kalo seandainya Alan tiba-tiba punya cewek lain. Rasanya gimana?"

Hah?

Anka menatap Celci bingung.

"Sakit, kan? Tapi lo gak tau sakitnya gimana. Gak bisa dijelasin." kata Celci menatap dengan wajah yang membuat mereka sedih.

Kalau Alan punya cewek lain?

Jelas Anka tidak bisa menjawab. Dia tidak pernah berpikir ke sana karena dia percaya siapa orang yang dia sukai.

"Lo tau Kak Alja udah nikah?" tanya Celci menatap Anka.

Anka cukup kaget. Dia kebingungan.

Celci lantas memicing. "JAWAB, KA! Diantara kita cuma lo yang paling dekat sama mereka!" bentak Celci.

Demi Tuhan mulut Anka tidak sanggup berbicara.

Analis pun tampak menatapnya dalam-dalam. Menunggu jawab.

"Lo tau, Lis?" Celci menoleh ke samping.

"Enggak." jawab Analis cepat sambil menggeleng.

Dia mendongak menatap Titani.

Cewek itu sempat kaget ketika ditatap Celci.

"Lo tau, Ni?" sambar Celci.

Titani diam. Tangannya meremas rok-nya.

"Kata Kak Alja dia orang yang gue kenal, dekat sama gue. Dan orang yang dekat sama gue itu cuma kalian bertiga. Kalo gak Analis, Titani berarti Anka." tuduh Celci seenaknya.

"Kok lo malah nuduh gue, sih? Gue gak suka Alja kali." serang Analis tak terima dituduh.

"Atau lo orangnya Ni?"

"Lo istrinya Alja?" Celci semakin tak sabaran. Bahkan dia sampai berdiri dan menggebrak meja.

Titani menatap Anka. Mereka sama-sama mencurigakan di mata Celci.

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang