22. Luka dan Bahagia

853 133 19
                                    

Welcome to story Thank You, Alaska Bagian 22 - Luka dan Bahagia

Music on media¦ Andmesh - Kumau dia ¦

Happy reading❤

Eh, mohon maaf kalo ada typo :)

*** ***

"Satu harap kita yang kutahu. Sekalipun di awalan DOA yang berbeda, aku yakin kita akan berakhir di AMIN yang sama."

*** ***

Ritma memeluk Anka erat-erat, wanita itu menangis sejadi-jadinya, tak pernah Anka sangka kalau ia akan disambut seperti ini. Anka pikir tak akan ada yang peduli padanya, entahlah, mungkin juga ini tak akan berlansung lama.

"Kamu dari mana aja, Nak? Ibu sudah capek nyariin kamu." adu Ritma masih betah menangis dipelukan Anka.

Gadis itu masih diam dengan wajah tanpa ekspresi. Ia melirik Sekala karena decihannya yang terdengar. Cowok itu lalu pergi naik ke kamarnya. Terlalu malas dengan semua drama mereka.

"Kamu dari mana saja? Muka kamu kenapa pucat gini?" Ritma sudah melepaskan pelukannya.

Anka masih diam cukup lama.

"Ibu ada nyariin Anka?" tanya Anka. Pertanyaan yang mengandung harapan kalau jawabannya adalah 'iya'. Pertanyaan polos tanpa maksud apa-apa. Tapi Ritma malah diam dengan wajah berubah bingung.

Anka menerka-nerka ekspresinya. Kini Anka paham.

"Ayah mana, Bu?"

Anka mengalihkan pembicaraan. Matanya memperhatikan seisi rumah yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sangat berbeda saat ada Anka di rumah.

"Ibu gak tahu. Gak usah tanya-tanya dia sama Ibu." kata Ritma. Tak acuh.

Anka melirik wanita itu. Wajahnya berpaling. Ada apalagi dengan mereka?

"Ayah sama Ibu berantem lagi?"

Anka harap tidak begitu tapi sepertinya tak ada doa yang terjawab untuknya.

"Sudah kamu naik ke atas. Sekali lagi jangan kabur-kaburan begitu, repot nyarinya. Wajah kamu kenapa lusu begitu lagi? Kalau belum makan, masak dulu karena ibu juga belum masak. Lagi sakit. Mika juga gak bisa ngapa-ngapain."

Setelah itu dia pergi.

See?

Secepat itukah air matanya berlalu dan apakah itu tangis palsu?

Anka berjongkok di samping meja. Membereskan semua kaleng-kaleng entah dari kapan masih berserakan di sana. Sisa-sisa makanan yang membau membuat Anka mual dan hampir muntah. Suara langkah kaki mengusiknya. Dinamika keluar kamar setelah mendengar kedatangan Anka.

"Mika. Kamu udah makan?" tanya Anka dengan ramah dan lembut.

Tapi Mika hanya menatapnya cukup lama dengan tatapan lekat dan membanting pintu masuk lagi ke kamarnya.

Ritma keluar kamar lagi dengan sebuah selimut di tangannya. Diberikan pada Anka.

"Kemungkinan Mika tidur di kamar kamu nanti. Ini selimut untuk kamu tidur di bawah." Kata wanita itu.

"Oh iya, waktu kamu pergi, kamu kemana?"

Anka mendongak. Berpikir cukup lama.

"Rumah Titani, Bu. Maaf kalo Anka bikin khawatir."

Ritma Cuma angguk-angguk kepala. "Lain kali izin dulu kalau mau nginap. Biar orang gak bingung nyariin."

"Iya, Bu, maaf."

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang