37. Hurt to Start

1.5K 180 163
                                    

Baru satu minggu dan rasanya sudah sesulit ini, tambah sulit lagi karena harus mengawasi satu gadis yang bisa saja hilang tiba-tiba dan membuatnya takut seperti sekarang.

Sekala diam menunggu di rumah, duduk di ruang tamu sambil menunduk.

Persetan dengan makan malam atau tidur. Sekala cuma berharap Anka tahu jalan pulang.

Dan Praise the lord pintu tiba-tiba terbuka dan Sekala langsung bediri.

"Kemana aja lo?!" Nada suara Sekala tak bisa difilter lagi.

Anka tak mengubris. Dia masuk ke kamar.

"Anka!" bentak Sekala. Lagi-lagi Anka diam.

"Nangis-nangis-nangis! Bisa gak lo ngomong aja gak usah pake nangis?"

"Gue nanya, lo jawab!" sentak Sekala lagi. Dia tak tahu kalau Anka menangis itu karena dia. Karena Sekala membentaknya dan Anka takut.

"Seharian gak sekolah maksud lo apa? Mau jadi gembel yang gak punya masa depan? Hah, jawab!"

Sekala menarik tangan Anka sampai cewek yang tadinya duduk itu sampai berdiri.

Sekala menatap mata Anka yang terus menangis. Cewek itu menggeleng.

"Aku gak mau sekolah!" teriaknya.

"Apa?" geram Sekala.

"Gue susah payah cari duit supaya lo tetap bisa sekolah dan seenaknya lo bilang gak mau sekolah?"

"Bagus, kan? Aku berhenti sekolah biar abang gak susah-susah cari duit." balas Anka. Tatapannya sangat berani.

Sekala menyipitkan mata tajamnya. Anka tak ada rasa gentar sedikitpun.

"Argh!" Sekala meraung menjambak rambutnya sendiri. Lebih memilih menyakiti diri sendiri daripada harus melampiaskannya pada Anka.

Sekala lelah. Mungkin tidak ada yang tahu itu.

"Abang dikeluarin dari sekolah karena aku kalah olimpiade, kan?"

Sekala terdiam. Dia kaget.

"Darimana lo tau?"

"Abang keluar dari sekolah karena aku ...,"

"Gue gak keluar karena lo—"

"Terus karena apa?"

Anka tak akan percaya apapun alasan yang akan Sekala ucapkan karena ia sudah tahu kebenarannya.

Anka terus menatap Sekala yang masih diam.

Sekala tak mau melanjutkan, "Tidur. Besok sekolah." Katanya. Dia berniat keluar.

"Aku mau berhenti sekolah." Tekad Anka bulat. Dia tak main-main,

"Anka!" bentak Sekala. Suaranya kelewat kuat.

Anka takut tapi pura-pura tak takut.

"Gue berhenti sekolah karena gue mau, gak ada hubungannya sama lo, ngerti?"

"Bohong."

"Iya, bohong. Gue gak punya uang untuk bayar uang sekolah 2 orang. Puas? Gue gak bisa biayain lo dan semua kehidupan lo kalo gue juga sekolah!"

Hening. Sekarang Anka tahu alasannya.

Pukul 2 pagi, Anka keluar dari kamarnya. Dia belum tidur dari tadi, cuma bengong di pinggir ranjang kecilnya. Memikirkan semua ucapan Sekala malam itu.

Sekala tidur di sofa kecil itu, yang jelas tidak cukup untuk panjang tubuhnya.

Bau ini ...

Beberapa kaleng minuman tergeletak di lantai. Anka memungut beberapa puntung rokok di lantai juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang