33. Tentang Hari Tanpamu

665 141 48
                                    



Welcome to Thank You, Alaska Bagian 33 – Tentang Hari Tanpamu

Kayaknya kita semakin dekat ke akhir cerita nih. Gak terasa ya, padahal jarang banget updatenya, eh udah mau tamat aja.

Sebelum kita masuk ke partnya, aku boleh tanya kan?

Pesan apa saja sih yang bisa kalian dapat setelah baca Alaska?

Tolong dijawab ya, aku mau tau kalian udah nemuin apa aja selama baca Alaska atau mungkin ada bagian-bagian yang pernah kalian rasain dan alamin terus membekas di kalian.

Share di komen ya👍🏻

***

Alaska, hari ini masih belum terbiasa tanpamu. —Antartika

***

Sekala mengeryit, wajah familiar itu terlihat jelas oleh matanya.

Sekala hanya diam, mereka berdiri berhadapan.

"Ngapain?" tanya orang itu. Lucu sekali, dia bukan orang yang mau memulai percakapan duluan.

Sekala melirik sosok lain yang berdiri di sampingnya. Gadis itu agak bersembunyi di balik punggung cowok di hadapannya. Kelihatan wajah ketakutannya saat ditatap oleh Sekala.

Sekala tak peduli dengan mereka dan memilih masuk ke ruangan inap itu kembali tapi tangannya di cekal oleh cowok tadi.

Matanya sempat mengintip ke dalam tapi ranjangnya kosong.

"Ngapain lo di sini?" tanyanya agak memaksa. Menuntut jawab karena rasa penasarannya yang besar.

"Urusannya sama lo apa?" Sekala menatap remeh dari atas ke bawah.

"Urus tuh selingkuhan lo." Tambahnya melirik cewek itu.

"Gu ..." saut cewek itu. Membantah.

"Bukan selingkuhan, yaa? Oiya kan Anka yang dijadiin selingkuhan." decih Sekala. Menyindir cowok itu. Alaska.

"Oiya, lo ngapain di sini? Cewek lo sakit?"

"Baguslah." Sekala tertawa kecil.

Sabrina menggeram kesal tapi tak ada pengaruhnya untuk Sekala.

Alaska memilih meredam emosinya. Menarik napas pelan lalu pergi meninggalkan Sekala.

Baguslah, meskipun Sekala pikir dia akan bertanya tentang Anka tapi nyatanya tidak.

"Ngapain coba kamu nanggepin orang kek gitu? Pantes satu sekolahan gak ada yang suka sama dia. Ngomong aja gitu. Nyebelin. Ngerasa paling jago kali dia."

"Dia di sini juga kan bukan urusan kamu, namanya aja biang onar, udah langganannya rumah sakitlah."

Alaska cuma diam. Tapi beberapa kali berdehem sebagai jawaban agar cewek di sampingnya tidak merasa terkacangi.

Sabrina mencak-mencak di sepanjang koridor karena wajah Alan tidak pernah punya ekspresi apa-apa selain datar dan mentok menjawab dengan ehm, ya atau nggak.

Alaska berjalan seperti orang yang dipenuhi banyak beban pikiran.

***

Meskipun di dalam ruangan, angin masih saja bisa menggoyangkan rambut panjangnya sampai menari indah saat puannya sedang menutup mata dan berdoa.

Antartika ada di sebuah ruangan kecil di rumah sakit yaitu ruang doa.

Doa yang lucu.

Tuhan, ajarku cara menangis lagi.

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang