31- Ending of Us

960 163 73
                                    

Selamat datang kembali di cerita ini, jangan lupa vote dan komen

Now play| Hanin Dhiya - Selalu Ada

Happy Reading❤

Kamu menghilangkan luka lama tapi membuat luka baru.

- Anka

Tak ingin kehilangan tapi keadaan menginginkan sebuah perpisahan.

- Alan

🍁🍁🍁

Acara sudah dimulai sejak tadi. Belum lama. Soal demi soal diberikan dan satu persatu sekolah yang ditunjuk berebut untuk memberikan jawaban terbaik.

"Semangat, Anka!" 

Anka masih melihat Titani memberi semangat dengan tangan dikepal dan senyum manis beberapa saat lalu, tapi tidak detik ini saat beberapa lampu tiba-tiba mati.

"Ada apa ini?" tanya seorang juri wanita yang terkejut. Beberapa juri lain ikut bingung saat lampunya mati secara teratur satu-persatu. 

Layar LCD tiba-tiba mati. Ratusan orang dalam aula dibuat celengak-celinguk kebingungan.

"Bisa-bisanya mati listrik pas lagi tegang-tegangnya." gumam Aslan sambil menggeleng heran.

"Para peserta dipersilahkan duduk sementara. Semuanya harap tenang, 10 menit lagi acara akan dilanjutkan." Pengumuman dari pembawa acara. 

Alan dan beberapa peserta cowok pamit turun dari podium dan peserta lain duduk tapi belum sepenuhnya LCD kembali hidup. Yang anehnya layar itu berwarna hitam tapi samar-samar terdengar suara seperti sebuah video rusak yang berputar.

"Hiks ...."

"Kak, jangan ...."

"Tenang, sayang. Kan kamu yang ngajak duluan tadi, kan."

Anka membulatkan mata. Itu ....

Anka menggeleng dan menutup telinga. 

Sekala terperanjat kaget detik yang sama.

"Bangsat! Apa-apaan ini?!" teriaknya. Cowok itu berdiri bersamaan dengan Ace, Alja dan Ion.

"Argh ...!"

"Kak Alkana?!"

"ANJING!"

"MATIIN LAYARNYAA!" teriak Sekala yang ikut membuat semua orang kaget. Matanya menggelap penuh emosi dan giginya saling menggertak. Cowok itu berlari menuju podium.

"F*ck! Kerjaan siapa ini!" Ace menggeram kesal. Cowok itu berlari duluan pergi keluar.

"Ketemu orangnya gue bunuh, bangsat!" Ion menyusul begitu juga dengan Alja. 

"Anka-Anka! Lo kenapa, Ka?" Aslan kebingungan sendiri, Anka bersembunyi di balik meja mereka, berjongkok dan menutup telinga dengan gelagat aneh, bergerak tak nyaman.

Suara-suara menjijikkan terus memenuhi ruangan itu. Mungkin mereka tak melihat apa yang terjadi tapi semuanya tergambar nyata di benak Anka.

"Kak Alkana, maafin Anka,"

"Berhenti, Kak, hiks ...."

"MATIIIN! SUARA ITU!!"

"Iya, tenang dulu, Ka. Kita gak tau itu siapa. Lo kenapa, sih?!" 

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang