21. Tolong tanyakan ...

923 137 24
                                    

Welcome to story Thank You, Alaska Bagian 21 - Tolong Tanyakan ...

Play music¦ Tolong tanyakan pada Tuhanmu (Aku yang salah - Elmatu)

Jangan lupa vote sebelum baca

Komen setelah baca

Selamat membaca❤

"Aku mencintaimu meski tasbih di jemariku berbeda dengan salib di lehermu."

*** ***

"Anka?"

Tangan Sekala menjegat tubuh cowok itu mendekat. Dengan wajah menyeramkan dan tatapan dinginnya Sekala menghakimi cowok yang berdiri di depannya Sekarang.

Bugh!!

Tanpa aba-aba tangannya melayangkan pukulan keras ke wajah cowok itu. Seolah-olah pukulan adalah bagian paling membanggakan baginya.

"Sekala!" pekik teman-temannya tapi Sekala tak peduli.

Alan mundur dan Sekala maju lagi dengan sebuah pukulan keras lagi untuk perutnya.

"Uhuk ... Uhuk ...."

Alan terbatuk sambil memegang perutnya yang terasa sakit. Sekala tak peduli. Tatapan matanya malah semakin menggelap penuh emosi.

"Udalah, Kala. Lo jangan apa-apa langsung main fisik gitu." kata Ion ingin menengahi. Tapi tangannya yang memegang siku Sekala ditepis kasar oleh cowok itu.

Dia masih memburu Alan lewat tatapannya. Alan memberanikan diri menatap cowok itu, tapi ia tetap memilih diam tanpa perlawanan. Alan tahu akibatnya sebelum ia melakukannya. Perlawanan tidak akan membenarkan perbuatannya malah cuma jadi alasan tak masuk akal untuk mereka.

Sekala maju lagi. Alan diam di tempat. Kerah kemejanya ditarik kasar oleh cowok itu.

"Lo udah makin berani, yah. Jangan sampe gue bener-bener emosi dan buat lo mati di tangan gue sendiri. Maksud lo apa nyembunyiin dia?"

Sekala menyebut 'dia' seolah Anka adalah orang asing bukan adiknya.

"Jawab, Bangsat! Berani bohongi gue, berani bertanggung jawab!"

"Lo apain dia?"

"NGOMONG KALO LO EMANG COWOK!!"

"ARGH!"

Bungkamnya Alan benar-benar membuat Sekala gila. Bahkan Ace, Alja dan Ion takjub melihat cowok itu betah diam menerima semua makian dan pukulan Sekala. Hanya matanya yang jelas melawan namun ditahan. Dia juga pasti emosi, tapi tak berniat memaki.

Alan menerima pukulannya dengan besar hati. Cowok itu tersungkur di lantai. Sekala bersandar dengan napas memburu di depan pintu, kepalanya menengadah frustasi.

"Kalo terjadi hal yang enggak-enggak sama dia, siap-siap lo!" ancam Sekala dengan lirikan tajam.

Tiba-tiba pintu terbuka, mereka semua menoleh dan Alan dengan cepat bangkit walau tertatih.

"Gimana--" sambar Sekala bersamaan dengan Alan yang mendahului.

"Gimana, dok?"

Dokter itu tampak memperhatikan Sekala, lalu menatap Alan cukup lama. Mereka yang membangkitkan emosi Sekala.

"Saya kakaknya! Maksud dokter liat-liat dia apa? Saya yang berhak atas Anka di sini, bukan dia yang jelas-jelas menyembunyikan adik saya dari keluarganya. Brengsek!"

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang