25. If

808 131 31
                                    

Welcome to this story again. Makasih buat semua pembaca setia yang masih ngikutin aku sampe di cerita ini. Pokoknya love you so much, jangan bosen-bosen nungguin aku yang makin gak nentu jam updatenya, yaa💋

Now baca sambil dengerin musik dari Jikustik -  Bila ada cinta yang lain (Michela Thea cover)

Jangan lupa vote dan koment

 Happy Reading ♡

*** 

"Mencintaimu adalah tentang keikhlasan."

*** 

Pagi ini dengan matahari cerah namun tanpa omelan Sekala. Bukan cuma Sekala, seisi rumah tampak lebih sunyi dari biasanya. Saat Anka selesai memasak sarapan, satu per satu orang menghampiri meja makan dengan wajah malas-malasan. Mereka makan dengan tenang bahkan mata mereka pun tak ada yang saling meyapa.

"Bu?" panggil Anka ragu-ragu dan agak takut.

Sekala dan Mika hanya melirik kecil lalu fokus makan lagi.

"Minggu depan olimpiade Anka di Jakarta, yah. Anka cuma mau nginetin Ayah sama Ibu biar gak lup --"

Ucapan Anka terpotong karena Ritma tiba-tiba meletakkan sendoknya mengakibatkan bunyi melengking. Anka agak tersentak saat Ritma menatapnya tegas.

"Bilang sama Ayah kamu sana, jangan apa-apa Ibu mulu."

"Ayah mana, Bu?"

Anka kembali kaget. Kali ini Ritma langsung bangkit berdiri dan sempat membuat Anka takut karena wanita itu juga memegang piring kacanya.

"Mana Ibu tau Ayah kalian di mana. Jangan-jangan lagi main sama perempuan lain. Semalaman gak pulang juga!" Lalu wanita itu pergi menyimpan piringnya.

"Gue berangkat duluan." Mika menyambar kemudian. Mengambil tas dan pergi meninggalkan mereka.

Sekarang tinggallah Sekala dan Anka tapi Sekala cuma diam membuat Anka pun ikut diam. Cowok itu melirik kecil ekspresi sendu Anka. Wajah ceria itu memang tak pernah ada lagi. 

"Minggu depan Abang ikut, yah?!" pinta Anka saat tak mendapati Sekala menatapnya tadi.

Sekala menyudahi acara makannya. Menyambar tas satu talinya dan satu tangan dibuat di saku. Pakaian khas Sekala adalah kaos tipis di dalam, biasanya warna hitam lalu kemeja sekolah di luar tak dikancing. Poni panjangnya sering dipakaikan bando hitam khusus untuk cowok. 

Dia melirik Anka. "Lo gak ikut?" tanyanya tapi itu bukan pertanyaan sebenarnya. Kode supaya Anka berhenti bicara, menyelesaikan makannya dan mengikutinya. Sekala berjalan duluan dan Anka mengejarnya dari belakang.

Biasanya Sekala akan mencampakkan tasnya kepada Anka tapi kali ini tidak. Malah memberikan helm untuk gadis itu.

"Bang? Kenapa akhir-akhir ini Ayah sama Ibu makin sering berantem?" tanya Anka. Pelan. Tapi Sekala diam.

"Biarpun dikeluarga ini gak ada yang peduli sama lo, Sebaiknya lo berjuang keras untuk menang atau lo dan gue bakal dikeluarin dari sekolah." katanya. Tegas dan kali ini Sekala benar-benar serius.

"Tapi... Abang ikut, ka--"

"Jangan berharap."

*** ***

Anka mengerlingkan pandangan mencari Alan. Katanya hanya sebentar, tapi sudah hampir sejam cowok itu tak kembali juga. Pembagian kelompok kali ini agak membuat Anka canggung. Ia meninggalkan Aristo dan Analisa di lapangan untuk mencari Alan. 

Thank You, Alaska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang