Bagian 20 - Kelabu.

4.5K 656 174
                                    

[No Longer is playing now]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[No Longer is playing now]

Entah itu pagi, siang, sore ataupun malam dan menuju pagi yang lain, Doyoung enggan untuk tau bagaimana hari-harinya terus berputar seperti sedia kala.

Jendelanya tak pernah ia bentangkan, dia benar benar tak mau tau apakah hari masih akan terus berganti seperti sebelumnya. Rapuh, menggambarkan hampir keseluruhan bagaimana Doyoung menghabiskan hari-harinya di kamar tanpa sedikitpun penerangan disana. Dia sudah tidak lagi mengkonsumsi minuman penenang untuknya sejak semua kejadian itu bermula. Yang mana itu adalah kesalahan terbesarnya pada masa itu.

Penyesalan terbesarnya adalah ketika Doyoung membiarkan perempuan itu menetap disana dan tidak menahan kekasihnya untuk tetap tinggal.

Doyoung menyesal, sangat.

Mungkin dia butuh waktu untuk sendiri. Pikir Doyoung. Namun bentuk pemikirannya tersebut malah menjadi bumerang dan membombardir dirinya sendiri. Walau pada kenyataannya Hany dan Kejora bersahabat, tidak memungkiri untuk mereka saling menyakiti satu sama lain, guna mendapatkan posisi yang diinginkan.

Pernyataan itu lebih tepatnya ditujukan pada Hany, yang sangat berusaha keras untuk merebut kembali Doyoung ─dari sahabatnya.

Doyoung berpikir Kejora terlalu gegabah untuk mengambil keputusan tersebut, yang malah meninggalkan Doyoung dan Hany di dalam satu atap. Nyatanya, hal itu menjadi peluang terbesar untuk Hany agar kembali ke peluk kekasih lamanya, Doyoung.

Rasanya menangis memang bukan solusi. Bahkan sampai detik terakhir air matanya akan jatuh habis, Doyoung tidak bisa merubah apapun tentang keadaan. Keadaan belum banyak berubah, atau memang tidak berubah sama sekali untuknya.

Tubuhnya tak memiliki tenaga sama sekali, terlalu lelah untuk mencari keberadaan gadis itu yang tak kunjung ia temukan. Segelas air putih pun mengalir di tenggorokannya hanya untuk menahan rasa kering kerontang yang tersendat di tenggorokannya.

Berminggu-minggu, berbulan bulan, lamanya hari tak membuatnya berubah dari kondisinya yang terpuruk seperti sekarang. Hancur hatinya, sakit jiwanya, dan kini raganya hampir membusuk di kamar sempit milik gadisnya, yang sekarang selalu ia datangi setiap malam.

Johnny dan Taeyong sudah berusaha yang terbaik untuk menolong sahabatnya, namun mereka kesulitan mencari informasi tentang keberadaan gadis itu. Menghilang tanpa jejak, dan bahkan Doyoung tidak tau apakah Kejoranya masih hidup atau tidak.

BRUK

".. KAK!"

Dia tersungkur di bawah lantai, tergeletak tanpa daya, tanpa adanya gairah untuk melanjutkan hidupnya esok hari. Doyoung sudah sangat sekarat.

"Kak.. kenapa bisa begini?"

Jeno, adik bungsunya itu menepuk - nepuk pipi sang kakak, Doyoung tak memberikan reaksi apapun saat itu. Matanya hanya menatap siluet yang bergerak dari bayang pintu yang terbuka dan memberikan sedikit pantulan cahaya di luar sana.

SIR | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang