Bagian 44 - Make A Wish

3.6K 379 146
                                    

Kejora

Aku terbangun di pagiku yang selalu kulalui setiap hari dan terus berulang. Ditemani laki laki baik yang selalu menjagaku dan menemani anak kami. Namun akhir - akhir ini tidurku tak nyenyak .. sebab pergerakan bayi kami selalu mengganggu Mima dan Ayahnya ketika tidur. Lebih tepatnya untuk Mimanya.

Terkadang ketika aku bisa menidurkan tubuh ini hanya sekejap saja namun saat itu terjadi, aku bisa langsung tiba tiba terbangun karena rasa panas yang menghinggap ke seluruh area tubuh. Terutama bagian punggung.

Frekuensi ke kamar mandi jadi lebih sering, belum lagi kram dan nyeri punggung yang luar biasa menyakitkan.

Mamah mengatakan bahwa itulah hal yang akan terjadi disaat seorang wanita hendak melahirkan. Mengingat perut ini sudah sangat membesar. Aku bahkan tahu, anak kami selalu berbisik seperti ini. "Mima .. dedek kapan keluar ya? Enggak sabar lihat Mima dan Ayah yang sempurna kayak kalian, yang dipenuhi cinta dari kalian."

Ah aku menangis lagi.

Bahkan ini terlalu sempurna untuk menjadi sebuah alur kehidupan layaknya di film. Kami akan berakhir bahagia selamanya.

Bukankah semua orang akan seperti itu? Mendapatkan akhir yang bahagia. Aku rasa semua alur kehidupan manusia akan mengarah kepada hal yang baik .. jika memang manusia itu telah menabur benih kebaikan di sisa hidupnya.

Aku mengedarkan pandangan ke sekitarku, mencari Mas Doyoung yang sepertinya sudah bangun lebih dulu, tapi dia tetap tidak ada.

Aku mencoba memanggilnya beberapa kali, handphonenya dia letakkan di atas nakas di sebelah ranjang kami tapi orangnya tidak ada. Aku masih mencarinya ke seluruh ruangan.

Napasku sedikit sesak karena aku terus membawa perut besar ini sepanjang pencarian pagiku untuk menemukan keberadaan Mas Doyoung. Jendela rumah kami begitu berisik, seperti ada yang melempari batu dari luar sana. Aku memberanikan diri untuk mengecek keadaan di luar. Aku menyeka dahiku yang mulai banyak mengeluarkan keringat dingin karena aku mulai panik saat mencoba melihat keadaan luar rumah kami.

Semoga aja Mas Doyoung nggak kenapa kenapa.

Derap langkah kaki menyusuri jejak menapakku saat ini. Aku bisa merasakan seseorang mengikuti gerak tubuhku semakin menyusuri. Gerakannya yang lincah juga diiringi oleh cepatnya kaki ku melangkah, aku memberanikan diri untuk berbalik badan.

"Selamat ulang tahun istriku"

Mas Doyoung menangkapku tepat di hadapan tubuhnya. Napasku menggiring perlahan merasakan sensasi yang amat lega luar biasa .. walaupun agak menakutkan. Mas Doyoung memelukku dengan erat, menciumi dengan hangat ujung kepala serta mengusap punggungku dengan nyaman.

Ah dia tau caranya agar menenangkan hati istrinya yang sedang dendam terhadapnya.

"Mas .."

Isakku, saat dia menenggelamkanku pada dadanya lebih dalam. Aku mencengkeram kemeja Mas Doyoung karena aku begitu ketakutan.

"Takut Mas." Ujarku aku menangis keras di hadapan Mas Doyoung. Dia terkekeh melihatku menangis ketakutan seperti ini. Padahal istrinya saja sedang ketakutan .. bisa bisanya dia anggap ini cuma bercandaan. Untungnya suami sendiri.

"Surprise!"

"Enggak lucu Mas!"

"Mas bukan pelawak sayang, jadi wajar aja enggak lucu. Mas itu pinter, ganteng, setia, penyayang, cerdas .. dan apalagi ya?"

"Mesum!" Tambahku di sela sela perbincangan kami, Mas Doyoung tertawa lebar saat itu. Aku melihat rentetan gigi putihnya yang begitu manis saat dia tersenyum seperti itu.

SIR | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang