Bagian 31 - Special Day

4.7K 488 245
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Suasana yang sibuk dan penuh dengan keriuhan terdengar disana sini, tapi tidak dengan ruangan sang calon mempelai wanita. Begitu tenang dan senyap. Tentu saja, di dalam ruangan itu hanya ada Seha dan Kejora. Sang Mama menunggu saat saat ketika Kejora telah selesai dirias secantik mungkin. Seha mengambil kursi pendek dan kini berhadapan tepat dengan Kejora. Netra mereka bertemu, dan saling menatap penuh arti. Kejora tersenyum, matanya hampir menangis. Tapi Mamanya berkata bahwa itu akan merusak riasan yang sudah disiapkan sejak 2 jam yang lalu. Rasanya tubuh itu akan mengerat dan membagi pecah tangisnya. Kejora larut dalam perasaan terdalamnya kepada sang ibu kandung.

Walaupun Seha tak mengurus dengan baik ketiga anaknya, Kejoralah yang paling dekat dengannya. Sedari kecil anak itu telah bersama sang ibu. Anak pertama memanglah bagaikan anak emas. Kejora mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.

"Mamah masih ingat, saat kamu merengek, mau minta dibelikan permen kapas.. sayangnya sudah habis, akhirnya Papa yang cari permen kapas sampe tengah malam. Dan pas itu kamu Mamah ceritain kisah anak kecil yang doyan banget sama makanan manis terutama cokelat, dan akhirnya keesokan harinya kamu gak mau lagi makan makanan manis kayak gitu karena kamu takut nanti bakal ada seribu satu kecoa yang masuk ke dalam mulutmu," Seha tersenyum setelah menceritakan ulang, matanya penuh berkaca kaca. Jelas dia masih mengingat saat anak gadisnya masih ada didekapnya, saat itu tubuhnya masih terlalu kecil untuk di rengkuh.

Pelukan itu akan dipindah tangankan kepada sang suami yang lebih berhak. Walaupun begitu, Seha tak menyesalinya. Dia percaya. Doyoung bisa menjaga putri semata wayangnya.

"Walaupun Mamah belum bisa membahagiakan kamu dan adik adik seutuhnya, tolong bahagia ya nak. Jangan jadikan kami contoh untuk keluarga kecil kalian di masa depan, kami bukan orang tua yang pantas kamu jadikan panutan. Maafkan Mamah dan Papah sudah memberikan kamu contoh yang buruk."

Seha menitikan sedikit air matanya. Ada rasa penyesalan terdalam. Rasa kecewa yang amat, karena telah menjadi orang tua yang gagal untuk anak anaknya.

"Jangan jadikan anak anakmu nanti pelampiasan di masa lalu, jangan sampai ya sayang?" Seha memeluk putrinya dengan anggun. "Putus tali rantainya sampai sini saja, kalau memang Kejora nggak bahagia.. maafkan kami berdua sudah menjadi orang tua yang gagal dalam mendidik kalian, jangan diturunin sama cucu Mama nanti ya? Mereka punya Ayah dan Ibu yang baik dan bisa mendidik. Jangan berhenti, jangan lelah, dan jangah pernah menyerah."

"Satu pesan Mamah, kehidupan pernikahan itu layaknya kapal kecil di tengah lautan. Suami kamu adalah nahkodanya. Kejora harus nurut sama apa kata suami. Jika salah satunya goyah, tolong ingatkan.. kapal akan karam kalau salah satunya lepas kendali dan hilang arah. Tapi tidak.. awak kapalnya berhasil untuk tetap memberi dukungan kepada sang nahkoda. Memberi bala bantuan dan saling bekerja sama satu sama lain. Kalian harus membangun rumah tangga yang kokoh, dan selalu tangguh.. disaat ombak besar menerjang bebas."

SIR | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang