Bagian 38 - Dorayaki

3.9K 404 149
                                    

⚠️

Doyoung masih kesal atas kejadian tadi sore. Dia menemukan Kejora dan Jefry yang sedang asik mengobrol di ruang tamu, sedangkan dirinya sendiri sudah meneriaki sang isteri dari luar namun rupanya Kejora tidak mendengar itu, ia malah fokus berbicara dengan Jefry.

Rupanya benih cemburu itu masih tertanam kuat dalam - dalam di hati sang suami. Doyoung masih sedikit mawas diri akan adanya Jefry di rumah mereka. Jefry memang adik kandung Doyoung, namun siapa yang tahu dia akan melalukan suatu kebodohan lagi yang pernah dilakukannya saat Jefry mencoba mencuri ciuman milik istri kakaknya saat mereka belum menikah.

Doyoung mengambil langkah kakinya bergerak dan menyusuri ruang tamu, dia membiarkan Kejora tidur di ranjang sendirian sementara Doyoung bersama Jeno sedang asik tanding game di ruang tengah yang tempatnya cukup luas itu.

"Apa mas masih marah sama aku?" Pikir Kejora.

Dia diem terus daritadi, sampai nyinggung aku gitu kan sama adiknya. Tapi masa iya dia cemburu? Kan Jefry adiknya sendiri?

Dia tidak bisa tidur hingga waktu berdentang di waktunya yang sudah menunjukan pukul 12 malam.

Kejora menyusul suaminya yang masih asik di ruang tengah dengan telepon genggamnnya. Jeno sudah kembali ke kamarnya di lantai atas.

Kejora menghampiri suaminya dan memeluknya dari samping, memeluknya dengan erat dan begitu mendekap.

"Mas.. kok diem terus?" Tanya Kejora. Doyoung masih sibuk memainkan permainan minecraft di dalam handphonenya.

"Mas jangan diemin aku."

Wajah Kejora di dekatkan dekat dengan layar hapenya. Dadanya bergemuruh, seharusnya dia tau bahwa Doyoung masih lah tetap menyimpan rasa cemburu yang besar untuk adiknya.

Bulir air mata lepas, tidak tertahan. Ketika pelukannya tak kunjung terbalas, akhirnya Kejora melepaskan rengkuhan itu dan berjalan pelan ke kamarnya. Dia terisak, Doyoung tidak mau mendengarkan penuturannya. Bahkan Cake yang dibawakan Doyoung tak kunjung dia sentuh.

Kejora merapatkan selimut dan hampir semua tubuhnya terbungkus selimut tebal berwarna putih itu.

Dia menangis di dalam selimut. Menahan isakan. Perutnya lapar, tapi rasa sedih akibat Doyoung yang masih mengabaikannya hingga saat ini masih terngiang. Perutnya terasa perih, tapi rasanya menangis memang lebih nikmat daripada merasakan rasa lapar.

Perutnya mulai berontak, tapi dia tetap tidak mau bergerak. Dia meringkuk di dalam selimut sambil menangis karena Doyoung tidak mau berbicara dengannya.

Cukup hening dan senyap dari dalam kamar itu. Selimutnya sedikit bergeser dan ranjangnya berdecit sedikit. Tidak ada celah yang bisa merebakkan selimut Kejora sebab wanita itu mencekal selimutnya kuat - kuat.

Tetapi tenaga perempuan bukan apa apanya dibanding tenaga laki laki. Doyoung menarik ujung selimutnya yang berada di puncak kepala Kejora dan menangkap pergerakan gadis itu memelan.

"Ra"

Kejora belum berkutik, isakannya kian mengeras.

"... maafin Mas"

Pecah. Saat itu juga tangis sedu Kejora berubah menjadi tangis sesenggukan. Semakin keras dan air mata istrinya itu tercetak pada selimut yang menjadi penutup tubuhnya saat ini.

Lapisan tebal yang menutupinya kala itu ditarik sekuat tenaga oleh Doyoung. Kejora tertangkap, masih meringkuk dengan menekuk lengannya sambil menutupi seluruh wajahnya.

SIR | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang