The Truth Side of Namjoon pt. 1
.
.Menjadi seorang Bangsawan tidak senikmat dan semudah yang kalian bayangkan. Terlebih kau menjadi salah satu dari lima Bangsawan tingkat I.
Tata krama; dari adab bagaimana berkelakuan di hadapan bangsawan lainnya sampai adab memegang cangkir teh. Itu semua sungguh merepotkan. Belum lagi konflik yang bisa saja terjadi di antara ke lima bangsawan ini, memaksa kami para bangsawan untuk berlatih seni bela diri dan seni pedang melebihi pengawal dan rakyat.
Memiliki otak yang cepat tangkap dan cerdik merupakan suatu keharusan. Dalam sebuah kalimat kau bisa menggali informasi sejuta banyaknya. Oleh karena itu, di dalam kamar setiap Pangeran tidak lepas dari yang namanya buku. Buku apapun itu.
Belajar siang dan malam, kami memulainya sejak berusia satu setengah tahun.
Sebagai sesama Pangeran, kami semua saling berkompetisi. Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan 'Siapakah yang lebih kuat?' atau 'Siapakah yang lebih pantas'. Meski pada akhirnya, orang yang akan menjadi pewaris tahta Raja adalah Putra Mahkota yakni Pangeran pertama.
Sebagai Pangeran Kim ketiga, aku tidak memiliki kelebihan apapun untuk menyaingi kedua hyungku untuk memperebutkan tahta. Bahkan, aku tidak lebih baik dari adikku, Pangeran Kim keempat. Yang digadang-gadang sebagai yang terkuat di Kerajaan ini. Atau mungkin yang terkuat di Benua Yyrlandre ini.
Seni bela diriku biasa saja begitu pula dengan seni pedangku. Aku tidak lebih baik dalam hal memanah dari Pangeran Kim kelima. Satu-satunya hal yang dapat menyamakanku dengan mereka hanyalah kecerdasan otakku.
Dan hal itu jugalah yang membuatku menjadi yang terlemah.
Saat kecil, aku tidak pernah menang melawan Seokjin hyung, Hoseok hyung, dan Jimin. Satu-satunya kemenangan yang aku dapatkan hanyalah ketika aku melawan Taehyung. Tapi, apa untungnya bagiku? Justru hal itu membuatku muak akan diriku sendiri.
Menang dari seseorang yang selalu kalah adalah hal yang biasa.
Tapi, ini sama sekali tidak biasa. Mungkin tidak banyak yang menyadari kekuatan terpendam dari Pangeran Taehyung. Jika dipikirkan secara logika bagaimana kehebatan yang dimiliki Pangeran Jimin sama sekali tidak dimiliki kembarannya, Pangeran Taehyung. Itu sangat tidak masuk akal.
Taehyung itu cerdas, hanya saja dia ceroboh. Dia tidak memikirkan konsekuensi dari semua tindakannya. Dia bertindak bukan berdasarkan pikiran melainkan hatinya. Dan dia itu kuat, hanya saja kekuatannya terkunci oleh kebaikan hatinya. Keinginan untuk tidak menyakiti apapun, pikiran yang berpikir kalau kekerasan itu tidak boleh dilakukan, membatasi kemampuan yang dia miliki. Sehingga itu semua menjadi sia-sia dan terkunci.
Menang dari orang seperti itu adalah hal yang paling memuakkan. Tapi, itulah alasan kenapa Taehyung menjadi sangat berharga. Dia mengerti rasa sakit orang lain dan bertindak agar mereka tidak merasakan itu lagi.
Saat adik bungsu kami dilahirkan, aku tidak peduli apa jenis kelaminnya. Semua tergantung sikapnya, bisakah dia membuatku mengakui dirinya?
Tapi, semuanya berubah sejak saat itu. Raja Kim, seorang Raja yang dikenal dengan kebijaksanaannya berubah menjadi iblis yang tidak tahu arah tujuan.
Sejak saat itu, kami dilarang bertemu dengan Ratu. Dengan alasan kami harus memperkuat diri kami. Saat melihat ekspresi dari saudara-saudaraku yang lain, mereka terlihat sangat bergembira. Tidakkah mereka peduli pada wanita yang telah melahirkan mereka? pikirku saat itu.
Setelah berlatih, aku kerap mencuri waktu mengunjungi Ratu di kamarnya. Setiap aku mengunjunginya, pasti dia tengah menangis. Dia akan memalingkan wajahnya, menghapus air matanya, lalu tersenyum kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Taehyung [End]
Fanfiction[Jangan Lupa Follow Akunnya^^] [Belum Revisi] Choi Taehyung, pergi ke kota untuk mewujudkan impiannya yakni bertemu dengan idolanya. Pangeran Jungkook, putra bungsu kerajaan adalah idola seorang Choi Taehyung. Saat pergi kekota ibu Taehyung yang tin...