ANGKANA 06•

9.6K 537 10
                                    

Simpan perasaanmu pada posisi yang tepat. Agar ketika semua terjadi tidak sesuai dengan harapan kamu tidak akan merasa sakit yang tak berujung.

•••

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi, jalanan kota Jakarta nampak begitu basah karena hujan turun dengan sangat deras, petir pun berbunyi dengan sangat keras.

"Eugh.." Seyna mengerang pelan, menggeliatkan tubuhnya sebelum ia duduk secara perlahan.

"Aw.." Seyna meringis, "sakit, banget." Racaunya.

Seyna membuka matanya lebih lebar, mencoba untuk benar-benar sadar, lalu ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.

"Astaga!" Jerit Seyna.

Ia menutup mulutnya tak percaya kala matanya menatap tubuhnya yang tanpa busana, di bawah tubuhnya pun terdapat bercak darah yang membuatnya meneteskan air mata.

Seyna menoleh ke arah samping kanannya, "Angkasa.." lirihnya kala melihat sang sahabat yang ternyata sudah melakukan hal jahat padanya.

"Enggak, enggak mungkin semua ini terjadi." Seyna terisak pelan, dadanya terasa nyeri sekali.

"Apa? Apa yang sebenarnya terjadi." Di sela isak tangisnya, Seyna mencoba mengingat kejadian semalam.

"Reyga! Ini semua pasti gara-gara cowok sialan itu!" Maki Seyna begitu ia mengingat bahwa semalam cowok itu memberikannya sebuah minuman yang membuat tubuhnya merasakan panas.

Air mata Seyna terus mengalir karena otaknya terus mencoba memutar kejadian semalam yang terekam lumayan jelas di pikirannya.

"Eugh.." Angkasa nampak menggeliat, mengubah posisi menjadi membelakangi Seyna.

Seyna menatap dalam sahabatnya itu dengan deras air mata yang terus mengalir namun bibirnya tak mampu mengeluarkan suara lagi akibat terlalu menyakitkan.

Angkasa pun ntah mengapa masih belum terbangun hingga saat ini, apa ia tidak mendengar jeritan dari Seyna?

Seyna tak peduli, ia dengan perlahan turun dari kasur.

"Aduh, sakit banget." Ringis Seyna kala bagian privasi-nya terasa sakit karena ia berdiri.

Tapi, walaupun nyeri, Seyna tetap berusaha berjalan memunguti satu persatu bajunya yang berserakan di lantai.

Ia memakai bajunya satu persatu dengan hati-hati, hingga tubuhnya kini sudah kembali terbalut oleh pakaian yang semalam ia pakai.

Seyna menatap sebentar ke arah Angkasa yang nampaknya masih tertidur pulas, matanya terus mengeluarkan air mata, ia menatap sendu Angkasa.

Lalu, setelah itu ia mencoba berjalan ke arah pintu, ia hendak membukanya, namun, pintu terkunci.

"Ini kuncinya dimana?" Seyna celingak-celinguk, menatap sekeliling kamar.

Hingga pandangannya terfokus pada benda tepat di bawah pintu, dan ia mengambilnya.

Itu adalah cart yang merupakan akses untuk membuka pintu kamar hotel ini.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang