ANGKANA 35•

6.6K 321 4
                                    

Ternyata rasanya bahagia saat aku kembali keluar dari lorong gelap dan menemukan cahaya dan warna dalam kehidupanku.

•••

Ternyata pada hari Senin, Seyna dan Angkasa baru bisa masuk ke sekolah, karena pada hari Sabtu kemarin tubuh Seyna terasa lebih baik dari yang sebelumnya. Angkasa memutuskan tidak masuk pada hari Jum'at karena ia ingin menjaga Seyna, ia takut istrinya kesulitan dalam melakukan sesuatu.

Kini mereka bertiga masih berada di dalam kelas, padahal jam istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tapi karena ini adalah istirahat yang kedua jadi waktunya lebih panjang dari istirahat yang pertama.

Seyna menatap formulir di hadapannya, "disini harus ada tanda tangan orangtua, kira-kira kapan kita ke rumah Bunda sama Mamah?" tanyanya pada Angkasa yang berdiri tepat di sampingnya.

"Mau hari ini aja?" tawar Angkasa, lebih cepat lebih baik, kan? Lagi pula lusa sudah harus di kumpulkan.

Seyna menatap Angkasa dengan bingung, "loh, emang kalo sekarang, kamu gak kerja?"

"Enggak," Angkasa menggeleng. "Kata Kevan hari ini libur, gak tau pasti karena apa."

"Oalah, yaudah nanti pulang sekolah kita langsung ke rumah Bunda sama Mamah." ujar Seyna setuju, lalu ia melipat kertas formulir menjadi dua, menyelipkannya di buku tulis baru memasukannya ke dalam tas.

"Ayo, kita ke kantin sekarang. Si Varo udah mesenin pesenan kita." ajak Citra, ia bangkit lebih dulu dan berjalan keluar kelas.

"Ayo!" Angkasa mengulurkan lengannya pada Seyna.

Seyna tersenyum, lalu ia menggenggam lengan besar Angkasa, baru ia bangkit dari duduknya, kemudian mereka berjalan berdampingan keluar dari dalam kelas.

"Nanti kita ke rumah Omah kamu, ya, berarti?" Seyna mendongkak menatap Angkasa seraya bertanya.

Angkasa menunduk sekilas lalu kembali menatap ke depan, "enggak usah, kita ke butiknya Mamah aja, soalnya kalau sore Mamah suka masih ada di butik."

"Oh," Seyna mengangguk. "Jadi kita ke butik Mamah dulu baru ke rumah Bunda aku?"

"Iya, Seyna." balas Angkasa, ia menunduk untuk menatap Seyna yang masih menatapnya. "Liat depan, nanti kamu nabrak loh."

Seyna terkekeh, lalu ia menghadapkan wajahnya ke depan untuk melihat koridor yang ramai, banyak orang yang menatap mereka berdua, mulai dari tatapan biasa saja hingga tatapan tak suka dari beberapa siswi.

"Aku udah gak liat Cheryl berkeliaran lagi di sekolah." ungkap Seyna saat mengingat keberadaan adik tiri Angkasa.

"Ya bagus dong, kalo dia munculin wujudnya bakalan rese banget." Angkasa mengendikkan bahunya tak acuh. Ia tak peduli tentang Cheryl, karena jika cewek itu ada, itu akan menguras emosinya.

"Apa jangan-jangan dia udah pindah." tebak Seyna, ia penasaran kemana perginya cewek yang sangat ingin memiliki Angkasa itu.

"Itu lebih bagus, emosi aku liat mukanya." ungkap Angkasa dengan jujur, wajah yang biasa saja tapi selalu bertingkah seakan sangat cantik.

"Gak boleh gitu, dia adik tiri kamu loh." tegur Seyna, gimana pun juga Cheryl adik tiri Angkasa, walau pun tidak ada ikatan darah.

"Gak peduli sih," ucap Angkasa santai.

Mereka sudah sampai di depan pintu masuk kantin, mereka mencari Citra, Varo dan Adrian, begitu mereka sudah menemukannya, mereka berdua langsung menghampiri. Di atas meja sudah ada pesanan Angkasa dan Seyna yaitu gado-gado dan juga ketoprak.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang