ANGKANA 33•

5.9K 362 11
                                    

Aku hampir bersamamu, sayangnya hanya hampir. Kamu yang mampir, kamu pula yang pergi melimpir.

•••

Sinar matahari yang tembus melewati celah-celah gorden dapat membangunkan seorang gadis dengan tubuh yang hanya di tutupi oleh selimut dan tidak mengenakan sehelai benang pun. Seyna dengan perlahan mencoba duduk, tubuhnya terasa sangat pegal dan bagian sensitifnya terasa nyeri. Ia menyesuaikan cahaya yang menyorot tubuhnya, ia beberapa kali meringis merasakan pegal pada setiap bagian tubuhnya karena kelakuan Angkasa yang menggagahinya cukup lama.

Mata sayu miliknya menatap jam yang berada di-dinding, dan wajah lemasnya langsung berubah menjadi terkejut saat melihat jam yang sudah menunjukan pukul 10.17 pagi, ia sangat telat untuk masuk ke sekolah.

"ANGKAsaaa.." Seyna yang berteriak seraya menoleh ke arah samping langsung memelankan suaranya di akhir karena tidak melihat keberadaan suaminya.

"Anjir, kemana tuh bocah!" gerutu Seyna pelan, ia dengan cepat turun dari atas kasur, menyebabkan bagian sensitifnya semakin terasa nyeri. "Aduh, emang gila tuh bocah semalem, sakit banget punya gua!" ringis Seyna kesal.

Pintu terbuka saat Seyna tengah asik menggerutu dan sibuk memegangi selimut agar tidak merosot dari tubuhnya. Dan Seyna langsung menoleh ke arah pintu, di sana berdiri Angkasa yang hanya mengenakan celana boxer dan apron, sang pelaku yang sudah membuat tubuh Seyna pegal bukan main.

"Habis ngapain lo? Bukannya bangunin gua! Ini udah jam sepuluh anjir. Kita telat." omel Seyna seraya terus memegangi selimut yang sering melorot dari tubuhnya.

Angkasa mengendus sebal, ia menghampiri Seyna dengan langkah besarnya, lalu ia mengetuk kening Seyna dengan sendok yang ia bawa. "Apaan gua-lo, gua-lo, hah?"

"Aduh. Sakit Angkasa!" jerit Seyna, ia mengelus keningnya yang terasa nyeri.

"Bodo!" sembur Angkasa. Ia mengendik kesal pada Seyna, padahal semalem udah romantis banget, masa pagi-paginya kembali kecetakan semula, gua-lo lagi ngomongnya, kayak masih sahabatan aja.

"Ih, kita itu telat masuk sekolah tau, Sa." Seyna memicing tajam. Kenapa bocah semprul itu malah santai saja, padahal mereka telat masuk.

"Ck," sebelah tangan Angkasa berkacak pinggang. "Santai aja napa sih, bolos sesekali gak bakalan bikin lo gak lulus."

"Heh kutil anoa!" Seyna merebut sendok dari lengan Angkasa lalu ia dengan cepat berjinjit dan memukul balik kening Angkasa. "Bentar lagi ujian kelulusan, jangan santai-santai begitu, absensi juga penting!'

"Dendaman ih." cibir Angkasa, ia juga mengelus keningnya yang terasa nyeri.

"Bodo!" sembur Seyna mengikuti gaya bicara Angkasa tadi, lalu ia kembali menarik selimutnya yang hampir melorot, mengundang Angkasa untuk menatap tubuhnya.

"Gausah liat-liat." ketus Seyna.

"Apa sih, sensi banget. Lagian semalem udah aku liat semua kali." gerutu Angkasa.

Seyna melotot, "heh! Gak usah di bahas." Pipi gadis itu bersemu karena otaknya memaksa dirinya untuk mengingat kejadian semalam.

Angkasa tersenyum jahil melihat wajah Seyna yang memerah, ia membungkuk lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Seyna.

"N-ngapain kamu?" panik Seyna, satu lengannya menahan dada Angkasa hingga ia menjatuhkan sendok yang ia pegang, satu lengannya mempertahankan selimutnya.

"Merah banget mukanya, inget kejadian semalem ya?" ledek Angkasa dengan wajah yang menyebalkan.

Seyna menggeleng cepat. "A-apaan! Eng-enggak, lah, anjir!" elaknya dengan gugup

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang