ANGKANA 44•

998 27 0
                                    

Semua orang memiliki masalah, tapi tidak semua orang memiliki tempat untuk bercerita

•••


Tepat saat Adzan Magrib berkumandang, murid SMA Merah-Putih sampai di Hotel Matahari, yang berada di Jl. Parangtritis No.123, Brontokusuman, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Karena roommate di atur oleh pihak sekolah, jadi mereka tidak bisa memilih teman secara bebas. Seperti Seyna yang satu kamar dengan Citra, Kiara, Revina, Siti, Lisa, Dian, dan Marsya – mereka semua teman sekelas dari Seyna juga Citra.

Kamar Seyna berada di lantai 3 hotel, dan di nomor 125 sedangkan kamar Angkasa dan teman-temannya berada di lantai 3 di nomor 135, jaraknya melewati sepuluh kamar ke arah kanan dari kamar Seyna.

Kini Seyna keluar dari dalam kamar mandi dengan baju piyama berwarna cream dan rambut yang di gulung dengan handuk. Gadis itu terlihat segar dari sebelumnya, karena sebelumnya gadis itu terus mengeluh gerah, dan lengket.

"Lo udah selesai?" tanya Siti, ia terlihat membawa alat mandi dan handuk di pundaknya.

Seyna mengangguk lalu menyingkir dari depan pintu kamar mandi. "Ada alat mandi gua di dalem, jangan di pake ya!" pesan Seyna ketika Siti sudah masuk ke dalam kamar mandi.

"Iya, siap!" balas Siti lalu menutup pintu kamar mandi.

Seyna berjalan ke arah teman-temannya yang berada di ruang tengah, di ruang tengah itu terdapat 4 kasur lantai yang cukup untuk 4 sampai 6 orang karena kasurnya di satukan, tidak di pisah, lalu di samping kamar mandi terdapat satu kasur berukuran cukup besar yang cukup untuk 2 atau 3 orang.

"Na, gua minta kripik lo." Citra mengangkat tinggi sebungkus camilan milik Seyna seraya menyengir.

"Iya makan aja." pasrah Seyna, anak itu memang terkadang nyomot dulu baru bilang bukan bilang dulu.

"Kalian mau mesen makanan gak?" tawar Lisa, gadis itu terlihat sedang mencari makanan di aplikasi pemesan makanan online.

Seyna mendekat ke arah Lisa, lalu menunduk karena gadis itu sedang duduk di atas kasur. "Emang boleh pesen makanan di luar?"

"Boleh, lah, ya kali kagak boleh." timpal Dian seraya mengunyah kripik bersama Citra.

Seyna menaikan satu alisnya melihat itu, dan Dian langsung terkekeh pelan. "Gua minta kripik lo juga, ya." seru Dian.

"Iya makan dah." Seyna mengibaskan lengannya, lalu beranjak mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja televisi.

"Weh, pada mau pesen kagak nih?" tanya Lisa sekali lagi seraya menatap satu persatu teman satu kamarnya itu.

Revina duduk di depan Lisa, lalu melihat ke ponsel Lisa. "Gua mau mesen dong."

"Gua juga!" sahut Kiara, kini ia duduk di samping Revina dan melihat ponsel Lisa juga.

"Lo mesen gak, Na?" tanya Citra, ia menatap sang sahabat yang sibuk mengetik di ponselnya.

Seyna mendongkak sekilas, "bentar nanya Angkasa dulu."

Citra yang tau maksud Seyna pun hanya mengangguk, tanpa harus bertanya lagi, tapi ada saja satu orang yang kepo.

"Kenapa harus nanya Angkasa, Na? Emang lo di larang makan malem sama dia?" tanya Marsya penasaran, gadis yang duduk di samping Lisa itu melirik Seyna bingung.

Tak langsung menjawab, Seyna terdiam dulu seraya memikirkan jawaban yang tepat, tak mungkin ia bilang kalau lagi hamil jadi tidak boleh makan sembarangan.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang