ANGKANA 09•

9.1K 513 10
                                    

Hujan mengajarkanku jika ingin mendapatkan hasil yang indah seperti pelangi, kita harus rela jatuh berkali kali.

•••


Komen dong kalo menurut kalian ada yang kurang, komen saja apapun asal bukan bahasa kasar ya! Gunakan kata yang baik-baik aja, woke?

Kalian asalnya dari mana aja sih? Kepo loh aku, pembaca cerita pertamaku ini dari mana.

Semoga kalian suka ya!

Selamat Membaca!

•••

Terlalu lama jika kita melihat sehari sebelum Angkasa dan Seyna bertemu, kasihan Angkasanya, udah pengen banget nyelesaiin semuanya. Jadi, hari ini adalah hari yang Angkasa tunggu, yaitu bertemu dengan keluarga Seyna, tapi sayangnya hari ini adalah hari selasa jadi ia harus menunggu pulang sekolah dulu baru bisa kerumah Seyna pada Malam harinya.

Pada pukul 17.30 menit itu, Seyna terlihat duduk didepan meja rias kamarnya yang sudah ia tinggal selama seminggu. Ia menatap wajahnya, pikirannya terus melayang memikirkan hal yang sudah terjadi belakangan ini.

Keputusannya kemarin lusa bukan semata-mata ia ambil karena tidak tega mendengar Mamah Vina yang memohon tapi karena ia juga sudah banyak berbincang dengan Arland tentang semuanya jadi ia bisa mengambil keputusan. Lagi pula malam ini keluarganya, Angkasa dan Mamah Vina akan menyelesaikan masalah ini, baiknya akan bagaimana, dan harus bagaimana akan terjawab malam ini.

Ia jelas sudah memberitahu Citra sejak beberapa hari yang lalu soal kejadian ini, sahabatnya itu pun sering berkomunikasi dengannya lewat nomor WhatsApp baru yang ia buat. Citra pun cerita apa saja yang sudah ia perbuat pada Angkasa, salah satunya dengan menampar pipi cowok itu tanpa alasan, saat itu Seyna tertawa geli membayangkan wajah Angkasa dan kedua sahabatnya itu yang kebingungan akibat tingkah laku Citra.

Bahkan, hingga hari ini ia akan bertemu dengan Angkasa pun Citra tau, ia sepenuhnya memberikan dukungan pada Seyna, apapun keputusan Seyna.

Tok!

Tok!

Suara ketukan pintu itu membuat Seyna tersentak dan tersadar dari lamunannya, ia menoleh kearah pintu kamarnya itu.

"Siapa?" ucap Seyna dengan sedikit berteriak.

Cklek!

Pintu kamar terbuka, dan masuklah Arland dengan handuk yang tersampir dipundak sebelah kanannya.

"Ih, jorok, Abang belum mandi." ledek Seyna, ia memutar tubuhnya jadi menghadap Arland.

"Yeh, biarin aja." Arland tiba-tiba mencium ketiaknya. "Masih wangi juga kok." ungkapnya, lalu dengan jahil menyodorkan lengannya yang sehabis memegang ketiak pda Seyna.

"Ih, Abang!" jerit Seyna, ia bangkit dari duduknya dan menjauh. "Jorok banget, ew!"

"Heleh, songong amat, kemarin-kemarin mah sering nempokin Abang walaupun belum mandi." ujar Arland seraya berkacak pinggang.

Seyna bergidik geli mengingat kejadian itu, "Ya, kan, waktu itu aku lagi sedih, jadi gak mikirin soal itu, huh.."

"Terus sekarang udah happy, gitu?" tanya Arland yang secara spontan membuat Seyna mengangguk, "Mentang-mentang mau ketemu Angkasa jadi seneng gitu." goda Arland.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang