ANGKANA 15•

8.5K 430 8
                                    

Rumus kangen
= Berat. Gaya. Jarak
= Kg. N. Km
= Kgn Km.


                     

•••

Acara pernikahan telah selesai 30 menit yang lalu, kini pun sudah pukul 23.30 malam, keluarga yang datang, juga para sahabat sudah pulang, kini saatnya Angkasa membawa Seyna untuk pulang ke Apartemen miliknya yang akan menjadi tempat tinggal mereka berdua.

Arland berjalan mendekati Seyna yang memegang dua koper di ruang tengah, "Kamu mau langsung ke sana? Gak mau nginep di sini aja dulu? Udah malem loh."

Seyna mengangguk. "Iya Bang, nanggung capeknya."

"Yaudah, kamu hati-hati aja di jalan. Kalau ada apa-apa langsung telpon Abang ya?" Arlend tersenyum kemudian ia mengusap puncak kepala Seyna. "Mulai besok kamu harus belajar istri yang baik buat suami kamu, jadi istri yang nurut buat suami kamu, kalau suami kamu salah tegur baik-baik, kalau ada masalah coba selesaikan dengan kepala dingin, ya?" pesan Arland, sebagai seorang Abang, jelas ia ingin adiknya menjadi seseorang dengan kepribadian yang baik.

Spontan, Seyna memeluk erat tubuh Arland, ia menangis tanpa suara, ia masih tidak menyangka, ia menikah di usia 18 tahun, dan kini ia bukan lagi tanggungjawab sang Ayah, dan juga Abangnya.

"Se–Seyna, akan mencoba untuk mencoba menjadi istri yang baik seperti yang Abang bilang, soalnya sekarang Seyna gak bisa manja-manja lagi sama Abang." balas Seyna dengan sedikit terisak.

Arland melepaskan dengan perlahan pelukan mereka berdua, ia mengusap lembut air mata Seyna. "Kamu masih boleh manja-manja sama Abang sampai kapan pun, kamu bakalan jadi adik kecil Abang, kamu jangan ragu meminta apapun sama Abang, kamu jangan pernah ragu untuk ngadu sama Abang, okey?"

Seyna mengangguk pelan, "Iya, makasih Abang. Kalau gitu Seyna pamit, ya?"

"Iya, kamu cepet jalan. Udah malem, takut kenapa-napa di jalan." Arland mengelus kepala Seyna dengan lembut.

"Lo, jagain baik-baik adek gua, sampe lu bikin nangis dia, habis lo sama gua?" kini Arland mengancam Angkasa, menatap bengis adik iparnya itu.

Angkasa menghela nafas berat, "Iya, datengin gua kalo Seyna kenapa-napa."

"Gua pegang janji lo." kata Arland yang hanya dibalas anggukan oleh Angkasa.

"Yaudah, aku pamit, bilangin sama Bunda sama Ayah." Seyna menyalami lengan Arland sekalian menitip pesan karena kedua orangtuanya itu sudah tidur lebih awal karena kecapean.

Angkasa mengikuti apa yang Seyna lakukan, ia menyalami lengan Arland walau Arland ikhlas tidak ikhlas lengannya digenggam oleh Angkasa.

"Pamit, Bang." kata Angkasa, lalu ia mengambil alih koper di lengan Seyna.

"Iya, hati-hati." ucap Arland.

Mereka berdua mulai beranjak keluar dari rumah dengan Seyna yang berjalan di samping kiri Angkasa dan Angkasa yang menarik kedua koper milik Seyna.

Mereka pulang menaiki mobil milik Angkasa yang tadi ia bawa bersama Vina, dan karena Vina sudah pulang lebih dulu diantar oleh Adrian yang kebetulan membawa mobil jadilah kini didalam mobil hanya ada Angkasa dan Seyna.

"Yakin gak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Angkasa seraya menggunakan seatbelt.

Seyna terdiam sebentar mengingat-ingat barang apa saja yang sudah di bawa kemudian mengangguk singkat. "Udah gua bawa semua, kok."

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang